48 Sangat Tinggi 5, Tinggi 4, Cukup Tinggi 3, Rendah 2 dan Rendah Sekali 1.
Metode yang digunakan untuk menetapkan nilai akhir kekuatan modal sosial adalah fuzzy  semi  numeric.    Metode  ini  di  pilih  agar  dalam  penetapan  keputusan  yang
diambil  masih  mengakomodasikan  pendapat  dan  keinginan  stakeholders  dalam batasannya yang disebut wilayah “abu-abu”.
3.5.5.  Sub Model Kebijakan Publik
Sub  model  kebijakan  pemerintah  dibuat  untuk  merumuskan  draft  kebijakan pemerintah  terkait  dengan  pengembangan  usahatani  sayuran  dataran  tinggi  yang
berpihak kepada petani dan keberlanjutan usataninya sehingga tidak hanya sekedar memenuhi  target  produksi  dan  memperoleh  PAD  semata.    Proses  pemilihan
kebijakan  publik  yang mendukung  pengembangan  ecofarming  berdasarkan  proses Analitical  Hierarchy  Process  AHP  dilakukan  sebagai  bagian  dari  pendekatan
sistem  yang  akan  menghasilkan  kebijakan  yang  bersifat  integratif.  Kebijakan tersebut  diharapkan  dapat  memberikan  iklim  yang  kondusif  bagi  pengembangan
ecofarming  di  lahan  rawan  erosi  yang  dimanfaatkan  masyarakat  untuk  kegiatan budidaya.  Dengan  demikian  upaya  pemerintah  daerah  untuk  meningkatkan
kesejahteraan  petani  sekaligus  dapat  meningkatkan  PAD  disertai  dengan kesadaran untuk mempertahankan kualitas lingkungan demi keberlanjutan produksi
pangan nasional. Sumber  data  primer  terutama  berasal  dari  hasil  FGD  dan  pendapat  pakar
yang  dilengkapi  dengan  data  sekunder  berupa  kebijakan  pangan,  pertanian  dan ketahanan  pangan  yang  telah  ditetapkan  oleh  pemerintah  pusat,  propinsi  dan
kabupaten.  Data  tersebut  dikaitkan  dengan  respon  dan  ketaatan  petani  terhadap peraturan yang ditetapkan.
Model yang sebenarnya hanya akan dapat disusun apabila telah melakukan berbagai  analisis  tahap-tahap  sebelumnya.    Software  Powersim  dan  Visual  Basic.
Net. 2005 digunakan untuk membangun model dinamis ecofarming tersebut.
3.6. Desain Model Ecofarming
Sistem  usahatani  lahan  datarang  tinggi  merupakan  suatu  sistem  kompleks yang  di  dalamnya  terdapat  berbagai  variabelkomponen  yang  saling  berinteraksi,
terkait  dan  terkoordinasi  untuk  mencapai  tujuan  yaitu  memenuhi  pertumbuhan ekonomi, stabilitas sosial dan kelestarian lingkungan.  Identifikasi sistem merupakan
suatu rantai hubungan antara kebutuhan-kebutuhan stakeholders dengan berbagai masalah yang harus diselesaikan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
49 Identifikasi  sistem  sering  digambarkan  dalam  diagram  lingkar  sebab  akibat
causal-loop  dan  melanjutkan  interpretasi  tersebut  dalam  konsep  kotak  gelap Black  Box.    Jika  terjadi  hubungan  umpan  balik  feedback  antar  variabel  dalam
diagram  sebab  akibat  maka  keterkaitan  tersebut  disebut  sebagai  suatu  feedback loop.    Model  sistem  ini  diformulasikan  dalam  diagram  alir  stock  and  flow
menggunakan Software Powersim. Gambar 3.5 menjelaskan identifikasi sementara hubungan antar komponen dalam model ecofarming  dalam bentuk diagram lingkar
sebab  akibat.  Gambar  3.6  menunjukkan  diagram  masukan-keluaran  dari  sistem usahatani  yang  dikaji.    Selanjutnya  tahapan  penyusunan  model  berdasarkan  sub
model yang digunakan seperti dijelaskan pada Gambar 3.7. berikut ini
+ -
+ +
+ +
+
- +
Pemanfaatan lahan miring untuk pertanian
-  Hasil tanaman -  Penghasilan
-  Lapangan kerja
Produktivitas lahan
Kehilangan tanah, air, bahan organik
dan unsur hara -  Solum tanah
-  Kesuburan tanah
Ecofarming -  jenis tanaman
-  peternakan -  konservasi
-  agroteknologi -  pasca panen
-  kelompok
usaha Kesejahteraan
petani
Investasi
+
+
Gambar 3.5. Identifikasi Hubungan Antar Komponen dalam Ecofarming  di  Lahan Dataran Tinggi
50 Gambar 3.6. Diagram Masukan Keluaran Sistem Usahatani di Lahan Dataran
Tinggi
3.7. Simulasi Skenario
3.7.1.  Simulasi
Berdasarkan  struktur  model  ecofarming  yang  telah  dibangun  sebelumnya, dilanjutkan simulasi terhadap beberapa alternatif skenario yang dapat dilaksanakan.
Variabel dominan yang membangun struktur model juga menjadi variabel yang akan diskenariokan.    Alternatif  skenario  yang  disimulasikan  mengacu  kepada  peraturan
pemerintah  yang  mengatur  budidaya  pertanian  di  lahan  pegunungan  dan disesuaikan  dengan kondisi  sosial  budaya masyarakat  dan karakteristik agroklimat
masing-masing  wilayah  penelitian.    Software  Powersim  digunakan  sebagai  alat bantu di dalam melakukan simulasi tersebut.
3.7.2.  Validasi Model
Setelah  dilakukan  simulasi  terhadap  alternatif  skenario,  selanjutnya dilakukan  validasi  model.  Validasi  bertujuan  untuk  mengetahui  kesesuaian  antara
hasil  simulasi  model  yang  dibangun  dengan  gejala  atau  proses  di  dunia  nyata. Setiap  perbedaan  yang  terjadi  antara  hasil  simulasi  model  dengan  dunia  nyata
Usahatani Lahan Dataran Tinggi
Input Lingkungan
1. UUPeraturan pemerintah 2. Kondisi Pasar Nasional  Global
3. Kondisi Sosial Politik 4. Iklim
Output yang Dikehendaki
1.Peningkatan pendapatan petani 2. Penyediaan lapangan kerja
3. Sumber PAD 4. Terbangunnya modal sosial
5. Konservasi lahan 6. Kualitas produk memenuhi standard
7. Lingkungan terjaga
Input Tidak Terkendali
1. Suku bunga bank 2. Selera pasar
3. Investasi di bidang lain 4. Persaingan produk
5. Suplay  demand
Input Terkendali
1. Pengelolaan lahan berkelanjutan 2. LEISA
3. Kemampuan petani 4. Kontrol sosial oleh komunitas
5. Sistem informasi
Output Yang Tidak Dikehendaki
1. Eksploitasi SDA 2. Keuntungan usahatani rendah
3. Produk terkontaminasi 4. Erosi, banjir
5. Harga rendah
Manajemen Pengendalian Melalui Model Ecofarming
51 disebut  sebagai  kesalahan  error  atau  simpangan.    Model  dapat  dinyatakan  valid
jika  kesalahan  atau  simpangan  hasil  simulasi  terhadap  gejala  atau  proses  yang terjadi  di  dunia  nyata  relatif  kecil.    Hasil  simulasi  yang  sudah  divalidasi  tersebut
digunakan  untuk  memahami  perilaku  gejala  atau  proses  serta  kecenderungan  di masa depan, yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi pengambil keputusan untuk
merumuskan suatu kebijakan di masa mendatang. Suatu  model  juga  dikatakan  valid  jika  struktur  dasarnya  dan  polanya  dapat
menggambarkan  perilaku  sistem nyata,  atau  dapat mewakili  dengan  cukup  akurat, data yang dikumpulkan sehubungan dengan sistem nyata atau asumsi yang dibuat
berdasarkan  referensi  sesuai  cara  sistem  nyata  bekerja.   Walaupun  validasi  suatu sistem  sangat  dibatasi  oleh  mental  model  dari  pemodel,  namun  demikian  untuk
memenuhi  kaidah  keilmuan,  pada  suatu  sistem  dinamik  tetap  harus  dilakukan  uji validasi.
Dalam  pengujian  validasi  suatu  model,  terdapat  beberapa  teknik  yaitu:  1 Diagram  lingkar  sebab  akibat  memiliki  hubungan  dengan  permasalahan,  2
persamaan  harus  disesuaikan  dengan  diagram  lingkar  sebab  akibat  3  dimensi dalam model harus valid, 4 model tidak menghasilkan nilai yang tidak masuk akal,
5 perilaku model harus masuk akal, artinya apabila ada sesuatu yang seharusnya terjadi,  maka  harus  sesuai  dengan  apa  yang  diharapkan  dari  model  tersebut,  6
massa model harus setimbang balance yaitu total kuantitas yang telah masuk dan keluar  dari  proses  sistem  tetap  dapat  dijelaskan.    Selain  itu,  validasi  model  dapat
juga  dilakukan  terhadap  kinerja  atau  keluaran  model,  yaitu  membandingkan  hasil keluaran  model  yang  dirancang  dan  data  lapangan  pada  periode  waktu  selama  5
tahun.    Validasi  kinerja  ini  dapat  dilakukan  dengan  memverifikasi  grafik  keluaran model  dan  membandingkannya  dengan  grafik  kecenderungan  trend  perubahan
dari  data  lapangan  berdasarkan  suatu  seri  data,  atau  dengan  memverifikasi  data lapangan berdasarkan perhitungan standar penyimpangan data root mean square
error  pada  masing-masing  level  keluaran  model  dengan  tingkat  perbedaan maksimal dari nilai rata-rata data empirik sebesar 10 berdasarkan persamaan:
......................................................... 5 Dimana:
E
i
=  Standar penyimpangan RMSE P
ij
=  Nilai data simulasi n
=  Jumlah simulasi T
j
=  Nilai rata-rata data empirik
=
− =
n j
j ij
i
T P
n
E
1 2
1
52 Model  dinyatakan  valid  jika  hasil  pengujian  verifikasi  sesuai  dengan  data
lapangan.  Hasilnya  dianggap  dapat  digunakan  untuk  mensimulasikan  atau memproyeksikan keadaan perubahan yang diperkirakan terjadi di masa mendatang.
3.8. Rekomendasi Kebijakan
Berdasarkan  hasil  analisis  keberlanjutan  sistem  usahatani  lahan  dataran tinggi  saat  ini  serta  hasil  pemodelan  sistem  pengelolaan  kawasan  menggunakan
model  ecofarming  selanjutnya  disusun  rekomendasi  kebijakan.  Rekomendasi kebijakan  tersebut  dapat  menjadi  bahan  rancangan  kebijakan  pemanfaatan
kawasan budidaya yang terdapat di dataran tinggi secara berkelanjutan.
53
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1. Kecamatan Lembang
Lembang  adalah  sebuah  Kecamatan  di  Kabupaten  Bandung  Barat,
Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Lembang terletak pada ketinggian antara 1.312 hingga  2.080  meter  di  atas  permukaan  laut.  Titik  tertingginya  ada  di  Puncak
Gunung  Tangkuban  Perahu.    Sebagai  daerah  pegunungan,  suhu  rata-ratanya berkisar  antara  17°C  -  27°C.   Wilayah  ini  beriklim tropis  dipengaruhi  oleh  angin
munson  dengan  curah  hujan  rata  –  rata  berkisar  antara  2.000  sampai  dengan 4.000 mmtahun Website Kabupaten Bandung, 2007.
4.1.1.  Kabupaten Bandung Barat
Kecamatan  Lembang  menjadi  bagian  dari  wilayah  Kabupaten  Bandung Barat sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.  122007 tentang Pembentukan
Kabupaten  Bandung  Barat  di  Provinsi  Jawa  Barat.    Kabupaten  Bandung  Barat menempati  wilayah  seluas  1.307,77  km
2
dengan  jumlah  penduduk  sebanyak 1.408.550  jiwa  dengan  proporsi  berdasarkan  jenis  kelamin  terdiri  dari  705.679
laki-laki  dan  702.871  perempuan.  Untuk  sementara  ibukota  Kabupaten  masih berlokasi di Padalarang.
Secara  geografis  letak  Kabupaten  Bandung  Barat  berada  pada  6°,41’  – 7°,19’  Lintang  Selatan  dan  diantara107°22’  –  108°5’  Bujur  Timur.    Kabupaten
hasil pemekaran dari Kabupaten Bandung ini baru selesai melaksanakan Pilkada Bupati  pada  bulan  Juni  2008.  Oleh  karena  itu,  sebagian  besar  data  masih
menginduk pada Kabupaten Bandung. Alasan  utama  dilakukannya  pemekaran  Kabupaten  Bandung  adalah
kepadatan  penduduk  yang  terkonsentrasi  di  lokasi  tertentu.  Sebanyak  4,2  juta jiwa menempati wilayah seluas 3.073,7 km
2
terpusat mengelilingi kota Bandung. Pemerintah  Kabupaten  Bandung  juga  dianggap  kurang  memperhatikan
pembangunan  di  wilayah  terluarnya.    Beberapa  Kecamatan  dilaporkan  tidak memiliki  infrastruktur  di  bidang  pendidikan  dan  kesehatan  yang  memadai.  Jika
masyarakat  membutuhkan  perawatan  kesehatan  lebih  lanjut,  mereka  harus dibawa  ke  rumah  sakit  Kota  Cimahi  atau  ke  Kota  Bandung.  Pemekaran
Kabupaten pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki segala kekurangan yang terjadi  dalam  pelaksanaan  pembangunan  daerah.  Pemerintahan  yang  baru
diharapkan  dapat  menarik  sejumlah  investor  untuk  membangun  kekurangan fasilitas umum yang ada.