36
adanya perbedaan nyata antara densitas biodiesel hasil sentrifugasi dan biodiesel hasil settling selama 12 jam 0,89 gcm
3
. Hal ini dapat disebabkan karena senyawa-senyawa seperti sabun, katalis basa, dan
metanol yang mengenap bersama gliserol lebih maksimal hasilnya melalui proses sentrifugasi. Kondisi tersebut menyebabkan berat jenis biodiesel
hasil sentrifugasi lebih rendah dibandingkan settling. Dengan demikian, jika dipertimbangkan keuntungan waktu dan
kecepatan pemisahan campuran heterogen biodiesel-gliserol kasar hasil transesterifikasi, maka proses sentrifugasi lebih baik dibandingkan settling
selama 12 jam. Standar biodiesel yang juga menggunakan suhu 15 °C
adalah standar negara Eropa EN 14214, dimana angka rata-rata densitas biodiesel kasar yang diperoleh dari perlakuan sentrifugasi memenuhi
standar ini.
3. Kadar Katalis KOH
Parameter kandungan alkali bertujuan untuk mengukur sisa katalis basa yang masih terkandung dalam produk. Schindlbauer 1998
mengatakan bahwa pengotor dari sisa katalis KOH lebih banyak pengaruhnya pada nilai karbon residu Conradson biodiesel daripada asam
lemak bebas atau gliserida. Standar yang telah ada umumnya menetapkan angka kandungan alkali dalam biodiesel berkisar pada 5-10 ppm. Adanya
katalis yang tidak bereaksi dalam proses transesterifikasi dapat menyebabkan korosi pada mesin diesel. Katalis yang tersisa setelah proses
transesterifikasi dapat menghasilkan reaksi ulang antara residu metanol dan molekul-molekul gliserida sehingga perlu dilakukan penetralan dan
pencucian metil ester yang sebaik-baiknya. Hasil uji kadar KOH biodiesel hasil sentrifugasi dapat dilihat pada Tabel 11.
37
Tabel 11. Hasil Uji Kadar Katalis KOH dalam Biodiesel Kecepatan Sentrifugasi
Kadar Katalis KOH ppm
500 rpm 30 g 714
1000 rpm 120 g 982
1500 rpm 270 g 749
2000 rpm 480 g 719
Berdasarkan uji ANOVA α=0,05 pada Lampiran 53, tidak
terdapat perbedaan yang nyata dari perlakuan kecepatan sentrifugasi terhadap hasil uji kadar katalis biodiesel. Namun, uji t-student Lampiran
63 menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara nilai kadar katalis KOH pada biodiesel hasil sentrifugasi dan hasil settling selama 12 jam
1.714 ppm. Sebagian besar sisa katalis KOH hasil transesterifikasi terdapat dalam gliserol yang mengenap selama proses separasi karena sifat
kepolarannya. Perbedaan proses pemisahan gliserol dari metil ester kasar dapat mempengaruhi kadar alkali dalam biodiesel hasil separasi, dimana
proses sentrifugasi menghasilkan karakteristik biodiesel yang lebih baik dibandingkan proses settling dalam hal parameter kadar katalis basanya.
Parameter-parameter pasca transesterifikasi, seperti proses separasi dan pencucian biodiesel setelah separasi adalah beberapa faktor yang
mempengaruhi kandungan logam alkali dalam biodiesel. Proses pencucian biodiesel kasar, yang bertujuan untuk menghilangkan sisa katalis basa
pada biodiesel, biasanya diawali dengan penambahan larutan asam lemah seperti asam asetat atau asam fosfat, kemudian disusul dengan
penambahan air hangat secara berulang-ulang hingga pH-nya netral. Jika dari hasil sentrifugasi selama satu menit dengan kecepatan 500 rpm 30 g
dapat memaksimalkan jumlah katalis basa yang mengenap dibandingkan dengan cara settling, maka metode sentrifugasi ini dapat mengefisiensikan
proses pencucian biodiesel kasar hasil estrans. Dalam hal ini efisien dapat berarti mereduksi jumlah penggunaan air untuk proses pencucian biodiesel
dan juga mempercepat proses pemisahan biodiesel dari gliserol.
38
Untuk mengetahui seberapa efisien proses sentrifugasi dalam meminimalisasi penggunaan air pada tahap pencucian biodiesel, dilakukan
pencucian pada biodiesel hasil settling dan biodiesel hasil sentrifugasi. Sampel biodiesel yang digunakan masing-masing sebanyak 10 ml,
kemudian ke dalam sampel ditambahkan larutan asam asetat 0,1 N sebanyak 10 ml untuk menetralkan KOH pada biodiesel. Setelah larutan
asam asetat dicampur dengan biodiesel, dilakukan pemisahan secara settling
hingga larutan asam asetat mengenap dan dipisahkan dari biodiesel. Tahap selanjutnya ialah penambahan air hangat bersuhu sekitar
50°C sebanyak 50 ml pada biodiesel. Air hangat dicampur dengan biodiesel dan dibiarkan mengenap, kemudian dipisahkan dari biodiesel dan
pH-nya diukur. Jika pH air yang diperoleh belum netral, maka biodiesel ditambahkan air hangat lagi secara berulang-ulang hingga diperoleh pH air
netral. Biodiesel yang diperoleh dari hasil separasi secara settling selama 12 jam membutuhkan tiga kali penambahan air hangat 3x50 ml hingga
diperoleh pH netral, sedangkan biodiesel hasil sentrifugasi hanya membutuhkan satu kali penambahan air hangat 50 ml agar pH-nya netral.
4. Perolehan Biodiesel Setelah Sentrifugasi