33
1. Viskositas Kinematik
Viskositas yang tinggi adalah kelemahan pokok minyak nabati karena nilainya jauh lebih besar 10 kali lipat dari viskositas solar
sehingga akan menyulitkan pemompaan bahan bakar dari tangki ke ruang bakar mesin. Viskositas asam lemak lebih tinggi daripada metil atau etil
esternya karena adanya ikatan hidrogen intermolekular dalam asam di luar grup karboksil. Viskositas metil ester tidak jenuh akan menurun dengan
adanya ketidakjenuhan, tetapi ikatan rangkap berturut-turut tidak terlalu berpengaruh terhadap fluiditas daripada ikatan rangkap tunggal dalam
rantai asam lemak Formo, 1979. Knothe dan Steidley 2005 mengatakan bahwa viskositas
kinematik akan meningkat seiring dengan panjang rantai asam lemak dan alkohol dalam ester asam atau dalam hidrokarbon alifatik. Percabangan
memiliki efek yang tidak signifikan terhadap viskositas kinematik dibandingkan adanya ikatan rangkap, namun posisi ikatan rangkap tidak
terlalu mempengaruhi viskositas. Alkohol bercabang tidak mempengaruhi viskositas secara signifikan dibandingkan rantai lurus, sedangkan adanya
asam lemak bebas akan meningkatkan viskositas secara nyata. Kisaran viskositas campuran asam lebih besar daripada berbagai macam
hidrokarbon yang terdapat dalam petrodiesel. Biodiesel adalah campuran dari ester-ester asam lemak, dimana
masing-masing komponennya berkontribusi terhadap viskositas kinematik biodiesel secara keseluruhan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
viskositas biodiesel dipengaruhi oleh panjang rantai dan komposisi asam lemak, posisi dan jumlah ikatan rangkap derajat ketidakjenuhan dalam
biodiesel serta jenis alkohol yang digunakan untuk proses estrans. Hasil uji viskositas kinematik dapat dilihat pada Tabel 9.
Viskositas adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan pemisahan gliserol dari biodiesel selain densitas. Gliserol merupakan salah
satu senyawa yang dapat meningkatkan viskositas biodiesel. Dari data yang diperoleh terlihat adanya penurunan viskositas kinematik yang
signifikan setelah minyak jarak diolah menjadi biodiesel. Menurut
34
Openshaw 2000, solar adalah hidrokarbon dengan 8-10 atom karbon per molekul, tetapi minyak jarak memiliki 16-18 atom karbon per molekulnya.
Oleh karena itu, minyak jarak jauh lebih viskous daripada diesel dan memiliki kualitas pembakaran yang rendah.
Tabel 9. Hasil Uji Viskositas Kinematik Biodiesel 40 °C
Kecepatan Sentrifugasi Viskositas Kinematik cSt
500 rpm 30 g 4,61
1000 rpm 120 g 4,71
1500 rpm 270 g 4,65
2000 rpm 480 g 4,65
Viskositas biodiesel juga dipengaruhi oleh kandungan trigliserida yang tidak bereaksi dengan metanol, komposisi asam lemak penyusun
metil ester biodiesel serta senyawa intermediet seperti monogliserida dan digliserida yang mempunyai polaritas dan bobot molekul yang cukup
tinggi. Digliserida dan monogliserida merupakan senyawa yang mempunyai sifat aktif permukaan atau menurunkan tegangan permukaan
lebih baik daripada trigliserida. Hasil ANOVA α=0,05 pada Lampiran
51 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata dari perlakuan kecepatan sentrifugasi terhadap viskositas kinematik biodiesel. Rata-rata
viskositas kinematik biodiesel yang diperoleh sudah memenuhi standar mutu biodiesel Indonesia dan ASTM D 6751. Dibandingkan biodiesel
hasil pengenapan settling selama 12 jam 5,09 cSt, sesuai hasil uji t- student Lampiran 61, maka viskositas kinematik biodiesel hasil
sentrifugasi ini lebih baik. Dengan metode sentrifugasi zat-zat pengotor yang dapat meningkatkan viskositas kinematik metil ester hasil
transesterifikasi, mengenap lebih sempurna daripada pengenapan biasa. Zat-zat pengotor ini dapat berupa gliserol serta katalis basa dan
monogliserida yang bersifat lebih polar larut dalam gliserol dibandingkan biodiesel.
35
2. Densitas