Perolehan Biodiesel Setelah Sentrifugasi Kadar Air

38 Untuk mengetahui seberapa efisien proses sentrifugasi dalam meminimalisasi penggunaan air pada tahap pencucian biodiesel, dilakukan pencucian pada biodiesel hasil settling dan biodiesel hasil sentrifugasi. Sampel biodiesel yang digunakan masing-masing sebanyak 10 ml, kemudian ke dalam sampel ditambahkan larutan asam asetat 0,1 N sebanyak 10 ml untuk menetralkan KOH pada biodiesel. Setelah larutan asam asetat dicampur dengan biodiesel, dilakukan pemisahan secara settling hingga larutan asam asetat mengenap dan dipisahkan dari biodiesel. Tahap selanjutnya ialah penambahan air hangat bersuhu sekitar 50°C sebanyak 50 ml pada biodiesel. Air hangat dicampur dengan biodiesel dan dibiarkan mengenap, kemudian dipisahkan dari biodiesel dan pH-nya diukur. Jika pH air yang diperoleh belum netral, maka biodiesel ditambahkan air hangat lagi secara berulang-ulang hingga diperoleh pH air netral. Biodiesel yang diperoleh dari hasil separasi secara settling selama 12 jam membutuhkan tiga kali penambahan air hangat 3x50 ml hingga diperoleh pH netral, sedangkan biodiesel hasil sentrifugasi hanya membutuhkan satu kali penambahan air hangat 50 ml agar pH-nya netral.

4. Perolehan Biodiesel Setelah Sentrifugasi

Perolehan biodiesel dihitung untuk mengetahui jumlah biodiesel kasar yang diperoleh setelah sentrifugasi dibandingkan terhadap total seluruh campuran sebelum sentrifugasi vv. Sentrifugasi dapat mempercepat pemisahan produk gliserol dari biodiesel kasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pemisahan tersebut adalah viskositas, perbedaan densitas antara gliserol serta senyawa-senyawa hidrofilik lainnya dan biodiesel. Laju pemisahan akan meningkat jika viskositas biodiesel rendah, sementara viskositas bergantung pada temperatur. Hasil sentrifugasi yang dilakukan menunjukkan bahwa suhu pada ruang sentrifugasi 25 °C menyebabkan gliserol mengental atau dengan kata lain partikel-partikelnya membentuk suatu agregat yang kompak dan padat. Akibatnya, gliserol serta partikel-partikel senyawa lain yang larut di dalamnya lebih mudah terpisah dari biodiesel. Hal ini juga dipengaruhi 39 oleh densitas gliserol 1,26 gcm 3 yang memang lebih besar daripada biodiesel serta sifatnya yang tidak larut dalam biodiesel. Pengaruh dari kecepatan sentrifugasi diharapkan dapat memperbesar perolehan metil ester atau memaksimalkan jumlah gliserol serta senyawa lain yang mengendap. Hasil penghitungan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Uji Perolehan Biodiesel Setelah Sentrifugasi Kecepatan Sentrifugasi Perolehan Biodiesel Setelah Sentrifugasi vv 500 rpm 30 g 77,37 1000 rpm 120 g 78,82 1500 rpm 270 g 80,20 2000 rpm 480 g 81,49 ANOVA α=0,05 tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata akibat perlakuan kecepatan sentrifugasi yang diberikan terhadap hasil perolehan biodiesel Lampiran 54. Rata-rata perolehan biodiesel hasil sentrifugasi lebih tinggi dibandingkan hasil settling selama 12 jam 74,44. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat dibuat neraca massa kasar biodiesel dengan proses separasi secara sentrifugasi Lampiran 7.

5. Kadar Air

Kadar air biodiesel mempengaruhi penyimpanan biodiesel dan juga proses pencampuran dengan solar karena sifatnya yang higroskopis. Metil ester dapat mengandung air sampai 1600 ppm yang terlarut sempurna dengan biodiesel Schindlbauer, 1998 di dalam Hariyadi et al., 2005. Kadar air biodiesel yang tinggi dapat menyebabkan mikroba mudah tumbuh sehingga mengotori biodiesel, korosi pada mesin, dan pada suhu rendah menyebabkan pemisahan biodiesel murni maupun blending. Hasil uji kadar air ditunjukkan dalam Tabel 13. 40 Tabel 13. Hasil Uji Kadar Air Biodiesel Kecepatan Sentrifugasi Kadar Air bb 500 rpm 30 g 0,0129 1000 rpm 120 g 0,0144 1500 rpm 270 g 0,0168 2000 rpm 480 g 0,0152 Peningkatan kadar air minyak jarak setelah menjadi biodiesel disebabkan adanya akumulasi air pada minyak sebelum proses estrans dengan air sebagai hasil samping proses esterifikasi. Peningkatan kadar air ini dapat mendorong terjadinya proses hidrolisis antara trigliserida dan molekul air sehingga membentuk gliserol dan asam lemak bebas. Secara tidak langsung proses sentrifugasi setelah transesterifikasi mempercepat pemisahan air dari biodiesel kasar. Densitas air yang lebih tinggi daripada biodiesel menyebabkannya mengenap ke bawah bersama gliserol. Hal ini diperkuat dengan sifat kepolaran antara keduanya. Hasil ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95 Lampiran 55 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap hasil uji kadar air dalam biodiesel dengan perubahan kecepatan sentrifugasi. Hal ini dikarenakan kadar air biodiesel lebih banyak dipengaruhi oleh karakteristik fisik minyak awal dan kondisi proses estrans daripada oleh faktor kecepatan sentrifugasi. Secara keseluruhan sifat fisik berupa kadar air biodiesel yang diperoleh telah memenuhi standar ASTM D 6751.

6. Bilangan Asam dan Kadar Asam Lemak Bebas ALB