Riyanto menyatakan bahwa belajar merupakan pengaitan pengetahuan ba- ru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa belajar. Hal ini mempunyai arti bahwa dalam
proses belajar, siswa akan menghubungkan pengetahuan atau il- mu yang telah tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan de -ngan pengetahuan yang baru. Dengan
kata lain, belajar adalah suatu proses untuk mengubah kompetensi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses
berpikir, sehingga dapat meng hasilkan perbaikan keterampilan guru Riyanto, Yatim http:sulanam.sunan-ampel.ac.id?p=51. Rabu,01-09-2012, 23.00
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan ling -kungan,
menggunakan panca indra, dan dianggapnya properti sekolah dan belajar juga merupakan proses mendapatkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan
kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang baru.
2.1.2 Hakekat Matematika
Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang teror -ganisasi, mulai dari unsur
yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.Hakekat matematika adalah memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada
kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Setiap konsep matematika yang abstrak dan baru memahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam
memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakan siswa tersebut
http:shinobio.blogspot.com201206hakekat-matematika-di-sekolah.html. Senin,02-1- 2012.01.03 WIB
Matematika adalah sumber kehidupan. Pernyataan ini mungkin berlebihan dan terlalu mendramatisir sesuatu, tapi tidak bagi kehidupan besar ilmuwan ber -kaliber
dunia bahkan yang paling berpengaruh seperti Sir Isaac Newton, Euklides, Leonhard Euler, sampai Cari Friedrich Gauss. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
bentuk , susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis, dan geometri Mulyani,Sri 2011:13
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu
tentang keteraturan, dan memiliki objek tujuan abstrak, yang bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif dan sumber kehidupan.
2.1.2.1 Tujuan Tujuan pembelajaran matematika di SD BNSP 2008:44 bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut: 1
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
memecahkan masalah 2
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi mate -matika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, me -rancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4
Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.
5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, pengertian dan minat dalam mempelajari mate -matika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah Per -mendiknas nomor 22 tahun 2006.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembela -jaran matematika adalah untuk mengajarkan konsep, penalaran dan pemecahan masalah kepada
siswa, kemudian menyajikan data dan memberikan rangsangan keingintahuan kepada siswa
dalam hal belajar.
2.1.2.2 Langkah Pembelajaran Matematika Di Sekolah dasar Heruman merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika SD dalam
mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisiensi, sesuai dengan kurikulum pada pola pikir siswa.
Dalam mengajarkan matematika guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menye -nangi pelajaran matematika.
Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep, dan pembi -naan keterampilan.
Tujuan pembelajaran matematika di SD ini adalah agar sis -wa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari,Akan tetapi untuk menuju tahap
keterampilan tersebut harus melalui langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan
lingkungan siswa. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep- konsep matema -tika,Heruman 2010:3
1 Penanaman konsep dasar penanaman konsep yaitu pembelajaran konsep baru
matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yaitu dicirikan de -ngan kata mengenal.
Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkankemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru
matematika yang abstrak. Dalam ke -giatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir
siswa. 2
Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman
konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan lan -jutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Kedua, pembelajaran pemahaman konsep
dilakukan dari pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.
3 Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep
dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.
Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan ke -terampilan juga terdiri dari dua pengertian. Pertama, meruapakan kelan -jutan dari pem
belajaran penanaman konsep dari pemahaman konsep dalam satu pertemuan.
Kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lan- jutan dari nanaman konsep dan
pemahaman konsep. Pada pertemuan ter -sebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya,disemester
atau kelas sebelumnya http:syarifartikel.blogspot.com200901langkah-
langkah-pembelajaran-matematika_11.html. 13 Januari 2012 00.06 WIB
2.1.2.4 Teori Belajar Bruner Bruner mengemukakan bahwa dalam belajar anak sebaiknya diberi ke -sempatan
untuk memanipulasi benda-benda alat peraga. Melalui alat peraga a -nak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat pada benda yang
diperhatikannya. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak di -hubungkan dengan keterampilan intuitif yang telah melekat pada dirinya. http:8tunas8.wordpress.comteori-
belajar-mengajar-menurut-jerome-s-bruner Tiga tahapan dalam teori Jerome Bruner tentang perkembangan intelektual adalah:
1 Enactif, dimana seseorang belajar tentang dunia melalui aksi-aksi terhadap objek.
2 Iconic, dimana pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model dan gambar-
gambar. 3
Symbolic, yang menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah-istilah ya -ng abstrak. Bruner dalam Riyanto 2010:4 dalam metode penemuannya mengung -kapkan
bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang diperlukannya. “Menemukan” disini terutama adalah menemukan lagi discovery
, atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru invention. Oleh karena itu, materi yang disajikan kepada siswa bukan dalam bentukakhir dan tidak diberitahukan cara
penyelesaiannya. Guru harus lebih ba -nyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu Suprijono, Agus.2011:30
Atas dasar uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika haruslah dimulai dari penjelasan materi secara konkrit terlebih da -hulu, mengingat usia
anak sekolah dasar masih dalam tahapan berpikir operasio -nal konkrit. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa lebih mudah mengetahui dan memahami tentang materi yang
diajarkan dengan menggunakan media pembela -jaran yang sesuai. Setelah dari tahapan berfikir konkrit selesai dikemudian dapat lanjutkan ke tahapan berfikir yang abstrak. Dengan
demikian peneliti melaksana- kan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan CTL.
2.1.3 Pendekatan CTL