Pengembangan Usaha Komoditas Kakao

92

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengembangan Usaha Komoditas Kakao

Dari segi kesesuaian agroekosistem Kabupaten Buru termasuk daerah potensial untuk pengembangan kakao rakya t, dengan memiliki topografi wilayah yang tidak beda jauh dengan daerah-daerah lain di wilayah provinsi Maluku yaitu sebagian besar merupakan perbukitan dan pegunungan dengan tingkat kemiringan rata-rata antara 15 persen sampai 40 persen, kondisi topografi semacam ini sangat cocok untuk pengusahaan tanaman kakao. Secara umum budidaya kakao Theobroma cacao L, terdiri atas : pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pasca panen. Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, lahan terlebih dulu ditanami pohon pelindung atau dapat dilakukan penanaman dibawah pohon yang sudah ada sebelumnya, dengan pola sistem tumpangsari. Kegiatan budidaya diawali dengan pembibitan kakao yang dilakukan dengan menyamaikan bijinya pada polybag sampai bibit berumur sekitar 6 bulan. Setelah itu bibit dipindahkan ke lapangan, di mana lubang-lubang penanaman dan pohon pelindung telah disiapkan sebelumnya. Jarak tanam kakao yang sangat ideal dalam pola sistem tumpangsari tanaman atau pohon pelindung adalah 3 meter dalam baris dan 6 meter jarak antar baris, sehingga barisan pohon pelindung terletak di antara barisan tanaman kakao. Selama masa pemeliharaan, kegiatan yang perlu dilakukan adalah mempertahankan kesuburan tanah dengan cara mengadakan pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit serta pemangkasan. Maksud dari pemangkasan adalah agar tajuk tidak saling bersinggungan sehingga menghalangi sinar matahari dalam proses fotosintesis. Tujuan lain dari 93 pemangkasan adalah agar dapat merangsang pertumbuhan dan pembuahan yang lebih baik. Tanaman kakao mulai berbuah setelah berumur 3 tahun dengan umur ekonomis 20 sampai 25 tahun. Pemanenan buah kakao dilakukan dengan mengamati tanda yang terjadi pada buah tersebut. Buah yang masak, setelah kulit buah yang merah menjadi orange atau kulit buah yang hijau menjadi kuning, di mana perubahan warna kulit buah tersebut menandakan bahwa buah tersebut sudah masak dan siap dipanen. Secara fisiologi, pada saat demikian maka biji- biji dalam buah mulai lepas dari diding buah. Setelah panen, pengolahan biji kakao untuk siap dipasarkan meliputi kegiatan antar lain : fermentasi, pencucian dan penjemuran. Waktu yang diperlukan untuk fermentasi biasanya 2 sampai 3 hari, kemudian dilanjutkan dengan dilakukan pencucian dengan maksud untuk menghindari kapan atau jamur. Setelah pencucian, tahap selanjutnya biji kakao dikeringkan yaitu dengan penjemuran selama kurang lebih tiga hari, kemudian dilakukan sortasi sebelum dipasarkan ke pabrik pengolahan. Biji kakao digunakan dalam industri pengolahan untuk dijadikan berbagai produk makanan, minuman dan bahan campuran kosmetik. Sedangkan sebagai by product, kulit buah kakao dapat diolah menjadi bahan makanan ternak.

2.2. Kajian Pengembangan Kakao