158
Selatan yang merupakan mata pencarian utama bagi masyarakat transmigrasi di daerah ini.
5.4. Karakteristik Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengukur hasil pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu daerah. Salah satu indikator
yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi secara makro pada suatu wilayah adalah dengan menggunakan pendapatan regional. Produk
Domestik Regional Bruto PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah yang didefenisikan sebagai keseluruhan jumlah produksi
nilai barang dan jasa dari berbagai unit produksi barang dan jasa yang dihasilkan dalam kurung waktu satu tahun dan membandingkannya dengan cara mengukur
pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut pada tahun sebelumnya. Kinerja perekonomian Kabupaten Buru dapat dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi atau
PDRB atas dasar harga konstan. Pada saat terjadinya krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia
pertengahan tahun 1997 memberikan dampak yang cukup besar terhadap perubahan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Buru baik secara keseluruhan
maupun sektoral. Tabel 10. Hasil PDRB Kabupaten Buru Tahun 1996 sd 2002 jutaan rupiah
Atas Dasar Harga Tahun
Berlaku Konstan 1993
Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Harga
Konstan 1996
184.429,96 154.393,92
- 1997
204.810,99 163.656,94
5,99 1998
287.812,77 147.414,68
-9,92 1999
200.973,98 94.148,98
-36,13 2000
209.788,33 85.818,55
-8,85 2001
236.233,66 86.163,33
0,40 2002
202.031,09 88.033,15
2,17
Sumber : Buru Dalam Angka, 2003
159
Pada Tabel 10 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buru sejak tahun 1998 sampai 2000 menunjukkan
kecenderungan yang menurun kontraks, namun mengalami sedikit perubahan dengan meningkatnya laju pertumbuhan pada tahun 2001 sampai 2002. Hal ini
ditandai dengan pertumbuhan negatif sebesar -9,92 1998; -36,13 1999 dan -8,85 2000, namun pada tahun 2001 terjadi sedikit perubahan dengan
kenaikan sebesar 0,40 dan mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 pada tahun 2002. Kecenderungan menurunnya laju pertumbuhan ekonomi tersebut,
selain karena faktor makro ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat itu, di mana perekonomian Indonesia masih dilanda krisis ekonomi dan moneter,
serta merupakan akumulasi dari dampak konflik sosial yang telah memporak- porandakan tatanan sistem sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Maluku di
pertengahan Januari 1999. Sehingga semakin jelas memperlebar terjadinya kesenjangan sosial dan ekonomi yang berakibat pada semakin tingginya
pengangguran dan kemiskinan. Secara umum tingkat pendapatan masyarakat relatif masih sangat rendah.
Hal ini terlihat dari tingkat pendapatan regional perkapita tahun 2002 berdasarkan atas harga yang berlaku yaitu hanya mencapai Rp 1.864.992,- per
tahun, sedangkan bila dilihat berdasarkan atas dasar harga konstan tahun 1993 maka pendapatan perkapita masyarakat Kabupaten Buru sebesar Rp 596.818,-
Perekonomian Kabupaten Buru masih tetap didominasi oleh sektor pertanian, dari laju pertumbuhan sektor memperlihatkan bahwa sektor pertanian
memberikan kontribusi cukup besar terhadap PDRB Kabupaten Buru. Kontribusi seluruh sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Buru dapat
dilihat pada Tabel 11.
160
Tabel 11. PDRB Seluruh Sektor di Kab. Buru Atas Harga Konstan 1993 juta Rp
Tahun 2001 Tahun 2002
No. Sektor Ekonomi
Nilai Nilai
Pertumbuhan
1. Pertanian,
Perkebunan, Kehutanan,
Peternakan dan Perikanan
47.651,88 55,41
48.656,14 55,27
2,11 2.
Pertambangan dan Pengalian
676,87 0,55
494,19 0,56
-26,99 3.
Industri Pengolahan 3.974,50
4,62 3.976,49
4,52 0,05
4. Listrik, Gas dan Air
Bersih 344,04
0,40 327,51
0,37 -4,80
5. Bangunan
1.325,26 1,54
1.373,84 1,56
3,67 6.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
13.797,40 16,04
14.246,88 16,18
3,26 7.
Pengangkutan dan Komunikasi
3.961,54 4,61
4.098,30 4,66
3,45 8.
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahan
2.742,15 3,19
2.820,64 3,20
2,86 9.
Jasa-Jasa 11.727,83
13,64 12.039,16
13,68 2,65
T o t a l
86.201,47 100,0
88.033,15 100,0
Sumber : Buru Dalam Angka, 2003
Sektor pertanian masih memberikan kontribusi lapangan usaha terbesar dengan 55,27 persen, dibandingkan dengan sektor lainnya. Walaupun demikian,
pada Tabel 11, memperlihatkan bawah pertumbuhan sektor pertanian relatif masih rendah 2,11, jika dibandingkan dengan sekor bangunan 3,67;
pengangkutan dan komunikasi 3,45; perdagangan, hotel dan restoran 3,26; maupun keuangan, persewaan dan jasa perusahan 2,86; dan jasa-
jasa 2,65. Berdasarkan data, sumber pendapatan regional Kabupaten Buru pada
tahun 2003 lebih banyak dari sektor pertanian terutama dari subsektor tanaman pangan dan perkebunan yaitu 23,92 persen dan 16,47 persen. Kedua subsektor
ini pun memberikan peluang lapangan usaha yang cukup signifikan, yang tercermin dari adanya kemauan pemerintah daerah dalam berbagai program
pembangunan pertanian. Peranan pemerintah dalam menumbuhkan partisipasi petani sangat menonjol dan dampaknya pun sangat dirasakan. Hal seperti ini
161
dipandang sangat tepat, terutama kalau dikaitkan dengan kondisi petani dan pertanian dewasa ini, yang intinya adalah untuk memperkuat sistem tatanan
pembangunan pedesaan yang tangguh. Hal ini didasari dari hampir sebagian besar penduduk Kabupaten Buru yaitu 36.037 jiwa 80,37 adalah bekerja pada
sektor pertanian. Keberadaan sektor pertanian diharapkan dapat menjadi motor penggerak
pembangunan ekonomi di wilayah ini, karena selain merupakan mata pencaharian sebagian penduduk, diharapkan pula dapat mendukung prospek
pengembangan wilayah sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kondisi ini didukung oleh ketersediaan lahan yang memiliki potensi
cukup besar untuk sektor pertanian baik pada sub sektor utama tanaman pangan dan perkebunan, maupun sub sektor pendukung kehutanan,
peternakan dan perikanan. Di kaitkan dengan pengembangan wilayah secara keseluruhan
pembangunan sektor pertanian memiliki nilai yang strategis, karena relevansinya dengan upaya swasembada pangan dan mengurangi ketergantungan kebutuhan
dengan wilayah lain sekaligus membuka peluang ekspor non migas, terutama komoditi perkebunan dan perikanan. Di Kabupaten Buru sub sektor pertanian
tanaman pangan dan perkebunan merupakan sub sektor yang paling dominan dalam menopang pengembangan dan pertumbuhan wilayah, karena memberikan
impilikasi yang cukup besar terhadap pembangunan ekonomi wilayah baik internal maupn eksternal.
5.5. Karakteristik Usahatani Kakao Rakyat