Teori Basis Ekonomi : Teori Lokasi

114 semua aspek-aspek tentang kesejahteraan manusia, yang secara spasial dan menurut lintasan waktu akan bermuara kepada sistem cara perencanaan dan pengelolaan pembangunan melalui kelembagaan. Berdasarkan paradigma pembangunan wilayah, ini dapat mengacu kepada apa yang disebut dalil kedua fundamental ekonomi kesejahteraan The Second Fundamental of Welfare Economics. Dalil ini menyatakan bahwa sebenarnya pemerintah dapat memilih target pemerataan ekonomi melalui transfer, perpajakan dan subsidi, sedangkan ekonomi selebihnya dapat diserahkan kepada mekanisme pasar. Sedangkan pengertian dari paradigma ini kepada pembangunan spasial adalah untuk mencari keseimbangan kemajuan pembangunan yang lebih merata secara regional regional balance dengan memanfaatkan potensi dan jenis keunggulan yang terdapat pada masing-masing wilayah dan menekan untuk tidak terjadinya urban bias. Dengan pendekatan strategi pembangunan sebagaimana yang dikemukakan di atas, maka Arsyad 1999 mengemukak an bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah dapat ditunjukkan pada tiga hal utama yaitu : a berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya basic needs, b meningkatkan rasa harga diri self esteem masyarakat sebagai manusia, c meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memilih freedom from servitude yang merupakan hak asasi dari setiap individu manusia.

2.5.2. Teori Basis Ekonomi : Teori Lokasi

Untuk lebih mengenal potensi aktivitas ekonomi suatu wilayah, maka pendekatan analisis yang sering digunakan adalah analisis basis ekonomi yang merupakan rujukan dalam menentukan keunggulan komparatif dan sekaligus sektor basis yaitu Location Quotient Analysis LQ, dan untuk melihat kemampuan berkompetisi competitiveness dari suatu aktifitas ekonomi tertentu 115 komoditas pada suatu wilayah, maka langkah yang dipakai adalah dengan pendekatan Shifr-Share Analysis SSA. Pendekatan dari kedua analisis ini adalah untuk melihat keunggulan baik secara komparatif maupun kompetitif suatu sektor di suatu wilayah. Potensi ekonomi suatu wilayah dapat dikatagorikan basis dan bukan basis dengan menggunakan metode LQ, yang merupakan perbandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas dalam suatu wilayah. Aktivitas ekonomi suatu wilayah dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu sektor basis di mana kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut menyebabkan terjadinya mekanisme ekspor dan impor antar wilayah. Artinya industri basis ini akan menghasilkan barang dan jasa, baik untuk pasar domestik daerah maupun pasar luar wilayahdaerah. Sedangkan sektor non basis adalah sektor dengan kegiatan ekonomi yang hanya melayani pasar di daerahnya sendiri, dan kapasitas ekspor ekonomi daerah belum berkembang. Asumsi dalam LQ adalah terdapat sedikit variasi dalam pola pengeluaran secara geografi dan produktivitas tenaga kerja seragam serta masing-masing industri menghasilkan produk atau jasa yang seragam. Berbagai dasar ukuran dalam pemakaian LQ harus disesuaikan dengan kepentingan penelitian dan sumberdata yang tersedia Blakely, 1994 dan Rondinelli, 1995. Jika penelitian dimaksudkan untuk mencari sektor yang kegiatan ekonominya dapat memberikan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya maka yang dipakai sebagai dasar ukuran adalah jumlah tenaga kerja sedangkan bila keperluannya untuk menaikkan pendapatan daerah, maka pendapatan merupakan dasar ukuran yang tepat sedangkan jika hasil produksi maka jumlah hasil produksi yang dipilih. LQ juga menunjukkan efisiensi relatif wilayah, serta terfokus pada substitusi 116 impor yang potensial atau produk dengan potensi ekspansi ekspor Shukla, 2000. Arus pendapatan yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi industri basis akan meningkatkan investasi, kesempatan kerja, pendapatan dan konsumsi, pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan kesempatan kerja serta menaikkan permintaan hasil industri non basis Kadariah, 1978. Hal ini berarti kegiatan industri basis mempunyai peranan penggerak pertama prime mover role, di mana setiap perubahan kenaikan atau penurunan mempunyai efek pengganda multiplier effect terhadap perekonomian wilayah. Untuk melihat perkembangan suatu wilayah dapat diketahui dari efek pengganda yang terbagi atas efek pengganda pendapatan dan efek pengganda tenaga kerja, di mana penetapan jenis efek pengganda itu sendiri sangat tergantung dari indikator yang akan digunakan. Umumnya indikator yang digunakan adalah pendapatan dan tenaga kerja. Menurut Blakely 1994 Pengganda pendapatan itu sendiri merupakan aproksimasi terbaik untuk mengetahui potensi perubahan kesejahteraan dari suatu aktivitas ekonomi baru. Asumsi dasarnya bahwa suatu perubahan di sektor produksi akan menghasilkan peningkatan pendapatan masyarakat. Sedangkan pengganda tenaga kerja bertujuan penciptaan sejumlah pekerjaan baru yang diciptakan oleh aktivitas ekonomi baru dalam masyarakat. Untuk memahami pergeseran struktur suatu aktifitas atau sektor serta menghitung seberapa besar share masing-masing sektor atau aktifitas tersebut disuatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi dengan cakupan wilayah yang lebih luas dalam dua titik waktu, yaitu dengan menggunakan Shift- Share Analysis. Hasil analisis ini dapat menjelaskan kemampuan berkompetisi competitveness tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan 117 aktifitas dalam cakupan wilayah yang lebih luas, yang terkait dengan pertumbuhan suatu wilayah. Hasil analisis shift-share mampu menjelaskan kinerja suatu aktifitas atau sektor pada suatu wilayah dan membandingkannya dengan kinerja di dalam total wilayah. Disamping itu hasil analisis juga memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu aktifitas di suatu wilayah antara lain: a berasal dari dinamika lokasi sub wilayah, b dari dinamika aktifitassektor dari total wilayah, dan c dinamika wilayah secara umum. Sehingga secara umum akan dijelaskan dalam tiga komponen hasil analisis yaitu: 1 Komponen laju pertumbuhan total komponen share, yang menjelaskan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah; 2 Komponen pergeseran proporsional, yang menjelaskan pertumbuhan total aktifitas atau sektor tertentu secara relatif. Dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektor atau aktifitas total dalam wilayah; 3 Komponen pergeseran differensial, yang menggambarkan bagaimana tingkat competitiveness suatu wilayah tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan sektor atau aktifitas dalam wilayah. 2.6. Kelayakan Usaha Pengembangan Perkebunan Kakao Rakyat 2.6.1. Kelayakan Finansial Untuk mengetahui secara komprehensif bagaimana aspek pengembangan komoditi kakao rakyat maka harus dikaji kelayakannya secara finansial. Menurut Gittinger 1982 aspek finansial terutama menyangkut perbandingan antara pengeluaran dengan pendapatan revenue earnings dari pengembangan komoditi kakao rakyat, serta waktu yang digunakan untuk mendapatkan hasil returns. Sehingga untuk mengetahui secara komprehensif tentang kinerja layak atau tidaknya suatu aktivitas usahatani komoditi kakao rakyat, maka 118 dikembangkan berbagai kriteria, yang pada dasarnya membandingkan antara biaya dan manfaat atas dasar suatu tingkat harga umum tetap yang diperoleh dari pengembangan komoditi kakao rakyat yang menggunakan nilai sekarang present value yang telah didiskonto selama umur industri tersebut. Oleh karena itu akan dipakai cara penilaian dalam pengembangan komoditi kakao rakyat dengan mengunakan Discounted Cash Flow Analysis DCF atau Analisis Aliran Kas yang didiskonto Gittinger, 1982, analisis ini memiliki keunggulan yaitu bahwa uang mempunyai nilai waktu. Sedangkan yang membedakannya dengan teknik lain adalah direncanakan untuk menilai harga suatu pengusahaan komoditi kakao rakyat dengan memperhitungkan unsur waktu kejadian dan besarnya aliran pembayaran tunai cash flow, Di mana biaya dipandang sebagai negative cash flow sedangkan pendapatanpenerimaan sebagai positive cash flow. Sedangkan faktor untuk mengkonversi nilai masa depan ke nilai sekarang disebut discount rate dan prosesnya disebut discounting. Sehingga discount rate terjadi di mana nilai sekarang dari biaya dan manfaat akan sama dengan IRR. Oleh karena itu dalam menilai pengusahaan komoditi kakao rakyat yang menggunakan discounted cash flow analysis didasarkan atas tiga kriteria kinerja keuangan berikut Darusman, 1981; Gittinger, 1982 ;, yaitu : 1 Net Present Value NPV NPV merupakan merupakan nilai sekarang dari suatu usahatani kakao rakyat dikurangi dengan biaya sekarang dari suatu pengusahaan kakao pada tahun tertentu. Seleksi formal terhadap NPV untuk mengukur nilai suatu usahatani kakao rakyat bila NPV usahatani rakyat bernilai positif bila didiskonto pada Social Opportunity Cost of Capital. Di mana bila nilai NPV nol positif maka usahatani tersebut diprioritaskan pelaksanaannya tanda GO. Apabila besarnya NPV sama dengan nol berarti usahatani kakao rakyat mengembalikan persis sebesar social opportunity cost of capital. Sedangkan apabila besarnya 119 NPV nol negatif maka sebaiknya usahatani kakao ditolak dan sekaligus mengindikasikan ada jenis penggunaan lain yang lebih menguntungkan bagi sumber-sumber yang diperlukan usahatani kakao rakyat. 2 Internal Rate of Return IRR Cara lain untuk penggunaan aliran kas yang terdiskonto untuk menilai suatu usahatani kakao rakyat adalah dengan menentukan discount rate di mana NPV aliran kas sama dengan Nol, dan benefit cost ratio sama dengan satu discount rate ini disebut IRR yang merupakan tingkat suku bunga yang membuat usahatani kakao rakyat akan mengembalikan semua investasi selama umur usahatani kakao rakyat. Suatu usahatani kakao rakyat akan diterima bila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital atau lebih besar dari suku bunga yang didiskonto yang telah ditetapkan, dan sebaliknya usahatani kakao rakyat itu akan ditolak bila nila IRR lebih kecil dari suku bunga. Biasanya untuk menghitung besarnya IRR dilakukan dengan trial and error dengan nilai suku bunga i tertentu yang dianggap mendekati nilai IRR yang benar dan selanjutnya menghitung NPV dari arus pendapatan dan biaya. Jika nilai IRR lebih kecil dengan nilai suku bunga i yang berlaku sebagai social discout rate, maka NPV usahatani kakao rakyat besarnya nol negatif artinya usahatani kakao rakyat sebaiknya tidak dilaksanakan. Sedangkan, jika nilai IRR dari social discount rate maka kakao rakyat dapat dilaksanakan. 3 Benefit Cost Ratio BC ratio. BC rasio dipakai secara eksklusif untuk mengukur manfaat sosial dalam analisis ekonomi dan jarang dipakai untuk analisis investasi private. BC rasio sendiri merupakan cara evaluasi usahatani kakao rakyat dengan membandingkan nilai sekarang dari seluruh hasil yang diperoleh suatu usahatani kakao rakyat dengan nilai sekarang dari seluruh biaya pengusahaan kakao. 120 Diperoleh dengan cara membagi jumlah hasil diskonto pendapatan dengan jumlah hasil diskonto biaya. Kriteria yang digunakan adalah jika BCR 1 berarti NPV 0 dan memberikan tanda GO untuk suatu usahatani kakao rakyat. Sedangkan apabila BCR 1 berarti NPV 0 dan memberikan tanda NO GO untuk suatu usahatani kakao rakyat.

2.6.2. Kelayakan Ekonomi