Rencana Sistem Drainase Rencana Sistem Pembuangan Sampah.

RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 47 memanfaatkannya sebagai akses penunjang dalam penambahan jaringan-jaringan baru.

B. Rencana Sistem Drainase

Tujuan dari rencana sistem pengembangan saluran drainase di Kabupaten Agam adalah mengalirkan air permukaan ke badan air penerima atau bendungan resapan buatan, dalam mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif. Sistem drainase di Kabupaten Agam masih menggunakan sistem drainase gabungan, adalah sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama baik untuk air permukaan maupun air limbah yang diolah. Penanganan pada sistem drainase di Kabupaten Agam adalah : 1. Saluran primer: melalui program normalisasi sungai dan perawatan sungai lainnya 2. Saluran sekunder, saluran tersier dengan berbagai dimensi yang mengikuti sistem jaringan jalan Selain itu, berdasarkan data kejadian banjir dapat dilihat bahwa pada areal dimana akan dijadikan pengembangan perkotaan seperti daerah Padang Luar sebagai ibukota Kecamatan Banuhampu sering terjadi genangan akibat banjir. Luas genangan ini akan semakin bertambah manakala lahan pertanian berubah menjadi lahan terbangun. Untuk mengatasi terjadinya banjir di daerah ini dan di daerah lainnya perlu disusun sistem drainase yang memadai. Pembangunan sistem drainase seyogyanya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan prasarana kota yang lain, yang mendukung rencana pengembangan wilayah sehingga sistem drainase ini dapat berfungsi secara optimal. RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 48

C. Rencana Sistem Pembuangan Sampah.

Secara umum, sampah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:  Sampah organik, yaitu jenis sampah yang dapat diproses oleh alam dapat didaur ulang secara alami, misalnya makanan, daun-daunan dan lainnya.  Sampah non-organik, yaitu jenis sampah yang tidak bisa didaur-ulang secara alami, misalnya sampah plastik, besi, logam, porselin, dan lainnya. Sedangkan untuk sumber sampah dapat berasal dari:  Sampah rumah tangga domestik  Sampah non rumah tangga non domestik yang terbagi atas:  sampah pasar dan pertokoan  sampah jalan,  sampah fasilitas umumsosial pendidikan, kesehatan, perkantoran, dsb  sampah kawasan industri pabrik, kerajinan, dsb  Sumber sampah lainnya. Perhitungan volume timbulan sampah didasarkan pada beberapa faktor, yaitu besarnya peningkatan tingkat pelayanan tiap tahun dan peningkatan jumlah penduduk. Dominasi komposisi sumber sampah untuk wilayah Kabupaten Agam diperkirakan tidak akan berubah terutama dalam waktu dekat, karena pola hidup masyarakat dalam mengurangi penggunaan barang yang menghasilkan belum dapat dirubah dalam jangka pendek. Jadi dengan bertambahnya jumlah penduduk akan terjadi penambahan volume sampah. RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 49 Jumlah timbulan sampah total domestik + non domestik per oranghari diasumsikan sebesar 1,5 liter Sumber Acuan: Standar Spesifikasi Timbulan Sampah di Indonesia, Dept. PU, LPMB, Bandung, 1993. Jumlah timbulan sampah perharinya, dapat diketahui dari perkalian antara jumlah timbulan sampah perliteroranghari dengan jumlah penduduk. Untuk mengetahui berat timbulan sampah maka volume sampah m 3 hari dikalikan dengan nilai densitas sampah kgm 3 . Berdasarkan perhitungan, jumlah timbunan sampah perhari yang dihasilkan oleh penduduk di Kabupaten Agam mencapai ± 1.009.728 literperhari dan prediksi timbulan sampah 20 tahun kedepan adalah 1.116.597 literperhari atau sekitar 1.116,60 m³perhari. Pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Agam, masih terbatas pada pelayanan di ibukota Kabupaten Agam Lubuk Basung dan juga sebagian di wilayah Timur Kabupaten Agam. Untuk lokasi Tempat Pengelolaan Akhir Sampah yang ada sekarang berlokasi di TPA Kota Lubuk Basung di Manggih dengan status sewa, namun dimasa depan diharapkan lokasi Rencana TPA Dusun Pinggir Nagari Sungai Jariang dapat direalisasikan. Arahan rencana pelayanan kedepan, diharapkan dapat mencakup minimal keseluruh ibukota kecamatan yang ada di Kabupaten Agam Berdasarkan hasil prediksi dan permasalahan yang ada, maka arahan pengembangan prasarana persampahan meliputi :  Pembangunan TPA baru di Kota Lubuk Basung sebagai pengganti TPA yang ada sekarang berstatus sewa. RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 50  Pemilihan lokasi baru untuk tempat pengelolaan akhir harus sesuai dengan persyaratan teknis dan daya dukung lingkungan yang direncanakan di Kecamatan palupuh.  Pengurangan masukan sampah ke TPA dengan konsep reduce-reuse-recycle di sekitar wilayah sumber sampah.  Pengolahan sampah dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis yaitu controlled landfill atau sanitary landfill.  Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan, bergerak dan tidak bergerak.  Mengembangkan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan kabupaten sekitarnya yang berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPA.

3.3.2.5 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya A. Rencana Jalur Evakuasi Bencana.

Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Agam merupakan daerah rawan bencana seperti; gempa bumi, tsunami, abrasi, banjir, pergerakan tanah, letusan gunung berapi. Untuk mengurangi atau memperkecil resiko bencana perlu merencanakan dan menetapkan jalur evakuasi bagi tiap-tiap jenis bencana. 1. Jalur evakuasi bencana gempa bumi. Sesuai dengan karakter fisik Kabupaten Agam yang rawan terhadap gempa bumi karena dilalui oleh patahansesar aktif. Sesar aktif ini menurut sifatnya merupakan jalur atau tempat terjadinya gempa, sehingga untuk mengurangi resiko perlu dibuatkan jalur evakuasi jika terjadi gempa. Adapun jalur atau tempat evakuasi direncanakan adalah sebagai berkut: RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 51 c. Taman lingkungan, untuk wilayah pemukiman perumahan pemanfaatan lahan fasos dan fasum dapat berupa ruang terbuka sehingga dapat dijadikan sebagai tempat untuk mengevakuasi warga. d. Lapangan olahraga, diarahkan untuk setiap pusat pemukiman untuk menyediakan lapangan olah raga yang fungsinya dapat berfungsi ganda yaitu pada kondisi normal dapat digunakan sebagai tempat olahraga sedangkan pada saat bencana digunakan untuk ruang atau tempat evakuasi. e. Bangunan sosial dan agama sekolah dan rumah ibadah, disamping untuk keperluan peningkatan SDM, bangunan sekolah dan rumah ibadah yang masih utuh setelah terjadinya bencana juga dapat dijadikan ruang atau tempat evakuasi dalam kondisi darurat. 2. Jalur evakuasi bencana tsunami. Khusus untuk kawasan pesisir, apabila terjadi gempa bumi besar yang pusat atau episentrumnya di laut, bahaya tsunami akan mengancam masyarakat. Untuk mengurangi resiko perlu direncanakan dan ditetapkan jalur evakuasi terhadap bencana tsunami. Prinsip dasar dari jalur evakuasi adalah jalur terpendek yang dibangun untuk mencapai daerah yang tinggi. Bagi daerah yang daerah yang mempunyai lokasi ketinggian relatif jauh, maka yang lebih efektif dibangunkan shelter. Untuk penyediaan jalur evakuasi di kawasan pesisir yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara dapat diarahkan sebagai berikut: RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 52 c. Untuk kawasan permukiman di Nagari Tiku Selatan dan Tiku Utara lebih efektif disediakan jalur evakuasi escape road menuju daerah ketinggian yang aman seperti: 1. Jalan Gasan Kaciak – Padang Tui, 2. Banda Gadang – Padang Tui, 3. Pasar Tiku – Simpang IV Cacang, 4. Kampung Darek – Simpang IV Cacang, 5. Durian Kapeh – SP. Mangkua; 6. Durian Kapeh – Bukik Sariak 7. Anak Aie Dadok – Padang Kajai d. Untuk kawasan permukiman di Nagari Tiku Limo Jorong, disamping dibangunkan jalur evakuasi juga sangat dibutuhkan lokasi penyelamatan shelter dan bangunan penyelamatan escape building karena sebagian pemukiman di kawasan pesisirpantai sangat jauh untuk mencapai daerah ketinggianaman. e. Disamping merencanakan jalur dan shelter, juga diperlukan ruang terbuka yang sewaktu-waktu dapat digunakan sebagai tempat pengungsian yang letaknya pada daerah aman. 3. Jalur evakuasi bencana abrasi. Kawasan pesisir Kabupaten Agam bukan hanya rawan terhadap bahaya tsunami, akan tetapi juga rawan bahaya abrasi. Karena bencana abrasi ini hampir setiap tahun melanda kawasan tersebut, kebijakan paling tepat adalah untuk tidak membangun pemukiman pada kawasan yang rawan abrasi. Sedangkan untuk pemukiman yang telah RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 53 ada disarankan untuk pindah ke daerah yang lebih aman atau menjauhi pantai. 4. Lokasi evakuasi bencana banjir Sebagian wilayah Agam merupakan daerah rawan banjir, untuk mengantisipasi dampak terjadinya bahaya banjir yang dapat menyebabkan kepanikan warga, maka perlu di rencanakan lokasi-lokasi evakuasi di beberapa lokasi yang memiliki potensi banjir. Untuk mengurangi korban jiwa dan dampak kerusakan dari gejala alam ini diperlukan sebuah kajian mitigasi bencana yang diwujudkan ke dalam pemetaan rawan bencana, rencana jalur penyelamatanevakuasi escape road, dan rencana lokasi penyelamatan darurat shelter. Dengan demikian diharapkan dampak dari bencana tersebut paling tidak dapat diminimalisir sedini mungkin. Terkait dengan rencana lokasi penyelamatan ruang untuk evakuasi, maka terdapat beberapa keriteria dasar yang diperlukan dalam penentuan lokasi penyelamatan, yaitu :  Lokasi penyelamatan ruang untuk evakuasi adalah lokasi yang dapat menampung penduduk dalam jumlah besar, seperti : ruang terbuka hijau, lapangan olah raga, fasilitas umum, fasilitas pemerintahan.  Lokasi penyelamatan harus menjauh dari sumber bencana dan dampak lanjutan dari bencana. Terkait dengan kriteria diatas, maka lokasi-lokasi evakuasi terhadap penduduk yang terkena dampak banjir di wilayah Kabupaten Agam antara lain :  Kecamatan Palembayan.  Kecamatan Ampek Nagari; RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 54  Kecamatan Lubuk Basung;  Kecamatan Ampek Nagari;  Kecamatan Tanjung Mutiara;  Kecamatan IV Koto;  Kecamatan Tilatang Kamang :  Kecamatan Palupuh 5. Lokasi evakuasi bencana gerakan tanah atau longsor. Gerakan tanahlongsoran adalah proses pemindahan pergerakan massa tanah dan batuan karena pengaruh gaya gravitasi. Jenis gerakan tanah yang umum dijumpai adalah: jatuhan falls, gelincir slides, nendatan slumps, aliran flows dan rayapan creeps. Gerakan tanah longsoran terjadi akibat beberapa faktor seperti jenis dan sifat batuantanah, sudut kemiringan lereng, curah hujan, tutupan vegetasi, ulah manusia atau akibat pembangunan fisik dan keteknikan. Secara geografis, seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Agam, memiliki potensi gerakan tanah longsoran. Terkait dengan rencana lokasi penyelamatan ruang untuk evakuasi, maka terdapat beberapa keriteria dasar yang diperlukan dalam penentuan lokasi penyelamatan, yaitu :  Lokasi penyelamatan ruang untuk evakuasi adalah lokasi yang dapat menampung penduduk dalam jumlah besar, seperti : ruang terbuka hijau, lapangan olah raga, fasilitas umum, fasilitas pemerintahan.  Lokasi penyelamatan harus menjauh dari sumber bencana dan dampak lanjutan dari bencana. 6. Lokasi evakuasi bencana letusan gunung berapi. RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 55 Pada wilayah Kabupaten Agam mempunyai 2 gunung aktif yaitu Gunung Marapi dan Gunung Tandikat. Sebaran produk letusan dari Gunung Marapi cenderung menuju ke arah tenggara sedangkan letusan dari Gunung Tandikat menuju ke arah selatan. Daerah-daerah yang perlu mendapat perhatian dari letusan gunung api di Kabupaten Agam antara lain: 1. Letusan Gunung Marapi: aliran Batang Sarik, Lima Kampung, Tabek, Kepala Koto, Lukok 1, Surau Baru, Padang laweh, Lbk. dan Pulungan. 2. Letusan Gunung Tandikat : letusan ini tidak terlalu membahayakan kecuali di sekitar daerah Toboh. Untuk mengantisipasi terhadap dampak letusan gunung berapi yang ada di wilayah Kabupaten Agam, maka diperlukan lokasi-lokasi evakuasi. Terkait dengan rencana lokasi penyelamatan ruang untuk evakuasi, maka terdapat beberapa keriteria dasar yang diperlukan dalam penentuan lokasi penyelamatan, yaitu :  lokasi pengungsian yang tidak terjangkau oleh jatuhan piroklastik, aliran lava dan lahar dingin.  Karena letusan dapat berlangsung lama perlu disiapkan prasarana dan sarana yang dapat membantu kehidupan pengungsi seperti air bersih, tenda dan shelter, bahan makanan yang mencukupi dan fasilitas lain yang diperlukan.  Lokasi-lokasi evakuasi terhadap penduduk yang terkena dampak letusan gunung merupakan lokasi – lokasi yang dapat menampung penduduk dalam jumlah besar seperti : ruang terbuka hijau, lapangan lah raga, fasilitas umum dan fasilitas pemerintah. RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 56 RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 57 RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 58 RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 59 RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 60 RTRW Kab. Agam 2010-2030 III - 61 RTRW Kab. Agam 2010-2030 IV - 1

4.1 RENCANA POLA RUANG

Pola pemanfaatan ruang yang akan dikembangkan di Kabupaten Agam dirumuskan berdasarkan pertimbangan :  Arahan pola pemanfaatan ruang berdasarkan rencana tata ruang wilayah Nasional dan Provinsi Sumatera Barat.  Analisis daya dukung pengembangan wilayah, terutama daya dukung lahan untuk berbagai kegiatan budidaya dan sumberdaya air.  Penetapan status hutan berdasarkan SK Menteri Kehutanan.  Konsep struktur tata ruang yang akan diterapkan.  Pengalokasian peruntukan lahan sesuai kebutuhan luas dan kesesuaiannya. Didasarkan pada pertimbangan di atas, rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Agam meliputi alokasi pemanfaatan ruang : BAB 4 RENCANA POLA RUANG

Dokumen yang terkait

rtrw_2010_2030

1 15 381