rtrw_2010_2030

(1)

PEMERINTAHAN KABUPATEN AGAM

TAHUN 2010

RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN AGAM 2010 -2030


(2)

Daftar Isi ii

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR PETA vii

DARTAR GRAFIK ix

DAFTAR TABEL x

BAB I PROFIL KABUPATEN AGAM I-1 1.1 Landasan Hukum ... I-2 1.2 Profil Tata ruang ... I-9 1.2.1 Gambaran umum kabupaten agam ... I-9 1.2.1.1 Letak Geografis ... I-9 1.2.1.2 Topografi ... I-14 1.2.1.3 Klimatologi ... I-17 1.2.1.4 Geologi ... I-19 1.2.2 Kependudukan ... I-21 1.1.2.1 Jumlah penduduk... I-21 1.1.2.2 Kepadatan penduduk ... I-22 1.1.2.3 Proyeksi Penduduk ... I-25 1.2.3 Potensi Bencana Alam ... I-26 1.2.4 Potensi sumber daya alam ... I-38 1.2.4.1 Sektor pertanian... I-38 1.2.4.2 Sektor perkebunan ... I-39 1.2.4.3 Sektor pertenakan ... I-40 1.2.4.4 Sektor kehutanan ... I-41 1.2.4.5 Sektor perikanan dan kelautan ... I-41 1.2.4.6 Sektor mineral dan pertambangan ... I-45 1.2.4.7 Sektor pariwisata ... I-49 1.2.5 Potensi ekonomi wilayah ... I-51


(3)

Daftar Isi iii 1.2.5.1 Pertumbuhan ekonomi wilayah ... I-51 1.2.5.2 Sektor-sektor berbasis ekonomi... I-54 1.3 Isu isu Strategis ... I-57

BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI ... II-1 2.1 Perumusam Tujuan ... II-1 2.1.1 Dasar-dasar perumusan tujuan penataan ruang ... II-2 2.1.2 Rumusan tujuan ... II-6 2.2 Tujuan Tata Ruang RTRW Kab Agam ... II-7 2.3 Kebijakan dan Strategi RTW Kabupaten Agam ... II-9

BAB 3 RENCANA STRUKTUR RUANG ... III-1 3.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah ... III-1 3.1.1 Pusat Kegiatan Lokal ... III-4 3.1.2 Pusat Kegiatan Lokal Promosi ... III-4 3.1.3 Pusat Pelayanan Kawasan dan Lingkungan ... III-5 3.2 Arahan Pengembangan Sistem Perkotaan ... III-7 3.2.1 Arahan Pengembangan Sistem Perkotaan Wil. Kabupaten ... III-8 3.3 Rencana Sistem Prasarana Wilayah ... III-17

3.3.1 Rencana sistem Transportasi ... III-17 3.3.1.1 Sistem transportasi darat ... III-18 3.3.1.2 Jaringan Jalan Kereta Api . ... III-25 3.3.1.3 Sistem transportasi laut ... III-26 3.3.2 Rencana sistem Prasarana Lainya ... III-28 3.3.2.1 Sistem Jaringan Energi ... III-28 3.3.2.2 Sistem Jaringan Telekomunikasi ... III-29 3.3.2.3 Sistem Jaringan Sumber Daya Air ... III-34 3.3.2.4 Sistem Pengelolaan Lingkungan ... III-45

BAB 4 RENCANA POLA RUANG ... IV-1 4.1 Rencana Pola Ruang ... VI-1 4.1.1 Rencana kawasan lindung ... IV-2 4.1.1.1 Kawasan Hutan Lindung ... IV-3 4.1.1.2 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan

Bawahannya ... IV-4 4.1.1,3 Kawasan perlindungan setempat ... IV-6


(4)

Daftar Isi iv 4.1.1.4 Kawasan Suaka alam, pelestarian alam dan cagar

budaya ... VI-12 4.1.1.5 Kawasan rawan bencana alam ... VI-13 4.1.1.6 Kawasan lindung geologi ... IV-18 4.1.1.7 Kawasan lindung Lainnya ... IV-22 4.2 Kawasan Budidaya ... IV-23 4.2.1 Kawasan peruntukan hutan industri ... IV-24 4.2.2 Kawasan peruntukan Pertanian ... IV-25 4.2.2.1 Kawasan Pertanian Tanaman Pangan ... IV-26 4.2.2.2 Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan ... IV-27 4.2.2.3 Kawasan Pertanian Holtikultura ... IV-28 4.2.2.4 Kawasan Peruntukan Perkebunan ... IV-29 4.2.2.5 Kawasan Peternakan ... IV-30 4.2.3 Kawasan Peruntukan Perikanan ... VI-31 4.2.3.1 Kawasan Peruntukan Perikanan Tangkap ... VI-31 4.2.3.2 Kawasan Peruntukan Perikanan Budidaya ... VI-32 4.2.3.3 Kawasan Pengolahan Perikanan ... VI-34 4.2.4 Kawasan peruntukan Pertambangan ... VI-35 4.2.5 Kawasan Peruntukan Industri ... IV-38 4.2.5.1 Kawasan Peruntukan Industri Besar . ... IV-38 4.2.5.2 Kawasan Peruntukan Industri Sedang . ... IV-38 4.2.5.3 Kaw. Peruntukan Industri Mikro, Kecil dan Menengah. ... IV-39 4.2.6 Kawasan Pariwisata ... IV-39 4.2.7 Kawasan permukiman ... IV-47 4.2.8 Kawasan peruntukan Lainnya ... IV-49

BAB 5 RENCANA KAWASAN STRATEGIS ... V-1 5.1 Pengertian kawasan strategis ... V-1 5.2 Kriteria kawasan strategis ... V-2 5.2.1 Kriteria umum ... V-2 5.2.2 Prinsip-prinsip pengembangan kawasan ... V-4 5.2.3 Rencana pengembangan dan penetapan kawasan strategis ... V-4 5.2.3.1 Kawasan strategis Dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tinggi. ... V-5 5.2.3.2 Kawasan strategis Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya


(5)

Daftar Isi v Dukung Lingkungan Hidup ... V-7 5.2.3.3 Kawasan strategis provinsi Sudut Kepentingan

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten ... V-8 5.2.3.4 Kawasan strategis Sudut Kepentingan Pembangunan

Wilayah Kabupaten ... V-12

BAB 6 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG ... VI-1 6.1 Dasar Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang ... VI-1 6.2 Perwujudan Rencana Struktur Ruang ... VI-3 6.2.1 Perwujudan Sistem Pusat-Pusat Permukiman Indikasi ... VI-3 6.2.2 Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah ... VI-12 6.3 Perwujudan Rencana Pola Ruang ... VI-25 6.3.1 Rencana Perwujudan Kawasan Lindung ... VI-25 6.3.2 Rencana Perwujudan Kawasam Budidaya ... VI-37 6.3.3 Rencana Perwujudan Kawasam Strategis ... VI-49 6.4 Indikasi Program Utama ... VI-52

BAB 7 ARAHAN PENGENDALIAN RUANG ... VII-1 7.1 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang ... VII-1 7.2 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi ... VII-3 7.2.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Struktur Ruang ... VII-3 7.2.1.1 Sistem Pusat Pelayanan ... VII-4 7.2.1.2 Sistem Jaringan Prasarana Wilayah ... VII-4 7.2.2 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang ... VII-7 7.3 Ketentuan Umum Perizinan ... VII-28

7.3.1 Izin Lokasi ... VII-30 7.3.1 Izin Pemanfaatan Ruang ... VII-31 7.4 Ketentuan Umum Pemberian Insentif dan Disinsentif ... VII-36 7.5 Arahan Sanksi ... VII-41

BAB 8 HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENETAAN RUANG ... VIII-1 8.1 Hak dan Kewajiban Masyarakat ... VII-1

8.1.1 Hak Manyarakat ... VII-2 7.2.1 Kewajiban Masyarakat ... VII-4 8.2 Peran Serta Masyarakat ... VII-5


(6)

vi

Gambar Hal

Gambar 1.1 : Citra Landsat Spot 5 Kab. Agam ... I-11 Gambar 1.2 : Gunung api Maninjau dengan Danau Kawah dibandingkan

dengan besarnya Gunung Merapi dan Singgalang yang

Mencapai 12 :1 ... I-14 Gambar 1.3 : Sesar Sumatera sebagai daerah rawan gempa ... I-26 Gambar 1.4 : Hancuran Permukaan Akibat Pergerakan Sesar Aktif

ketika terjadi Gempa Bumi 6 Maret 2007 do Sepanjang

Sesar Solok Hingga Bukittinggi ... I-27 Gambar 1.5 : Hasil Analisis probabilitas ... I-28 Gambar 1.6 : Sebaran Hasil Letusan Gunung Merapi dan

Gunung Tandikat Berdasarkan Data PVMBG-DESDM ... I-29 Gambar 1.7 : Gambar Gerakan Tanah Avalance/ Longsor di Aliran Malalak

Selatan ... I-31 Gambar 1.8 : Banjir di Ampek Nagari dan Di Manggopoh ... I-33 Gambar 1.9 : Abrasi dan Akresi dipantai Kabupaten Agam ... I-34


(7)

vii

Peta Hal

Peta I.1 : Peta Orientasi Kabupaten Agam ... I-12 Peta I.2 : Peta Administrasi Kabupaten Agam ... I-13 Peta I.3 : Peta Topografi Kabupaten Agam ... I-16 Peta I.4 : Peta KlimatologiKabupaten Agam ... I-18 Peta 1.4.a : Peta Geologi Kabupaten Agam ... I-20 Peta 1.5 : Peta Tingkat Kepadatan Penduduk ... I-24 Peta 1.6 : Peta Rawan Bencana Abrasi, Akresi dan Gerakan Tanah ... I-35 Peta 1.7 : Peta Rawan Bencana Sesar dan Tsunami ... I-36 Peta 1.8 : Peta Rawan Bencana Liquifraksi, banjir dan gunung api ... I-37 Peta 1.9 : Peta kawasan hutan ... I-43 Peta 1.10 : Peta Potensi Perikanan ... I-44 Peta 1.11 : Peta Potensi Pertambangan ... I-48 Peta 1.12 : Peta Penggunaan Lahan Existing ... I-58 Peta 3.1 : Peta Rencana Struktur Ruang ... III-12 Peta 3.2 : Peta Rencana Sistem Transportasi Kabupaten Agam ... III-27 Peta 3.3 : Peta Rencana Jaringan Energi Kabupaten Agam ... III-32 Peta 3.4 : Peta Rencana Sistem Telekomunikasi Kabupaten Agam ... III-33 Peta 3.5 : Peta Satuan Wilayah Sungai ... III-56 Peta 3.6 : Peta Daerah Aliran Sungan ... III-57 Peta 3.7 : Peta Rencana Sistem Irigasi Kabupaten Agam ... III-58 Peta 3.8 : Peta Rencana Sistem Jaringan Air Bersih Kabupaten Agam ... III-59 Peta 3.8 : Peta Rencana Sistem Jaringan Drainase dan Persampahan ... III-60 Peta 3.9 : Peta Jalur Evakuasi Bencana Kabupaten Agam ... III-61 Peta 4.1 : Peta Pola Ruang Kabupaten Agam 2010-2030 ... IV-59 Peta 4.2 : Peta RencanaPola Ruang Kabupaten Agam 2010-2030

Berdasarkan usulan perubahan hutan ... IV-60 Peta 4.3 : Peta Pola Ruang Kawasan Pertambangan ... IV-61 Peta 5.1 : Peta Kawasan Strategis ... V-14


(8)

viii

Grafik Hal

Grafik 1.1 : Luas Kecamatan di Kabupaten Agam Tahun 2008 I-21

Grafik 1.2 : Kepadatan Penduduk Kabupaten Agam berdasarkan


(9)

ix Tabel Hal

Tabel 1.1 : Jumlah Kecamatan, Nagari, Luas Daerah di Kabupaten Agam Tahun 2005-2008 ... I-11 Tabel 1.2 : Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam tahun 2004-2008 ... I-21 Tabel 1.3 : Kepadatan Penduduk Kabupaten Agam Tahun 2009 ... I-22 Tabel 1.4 : Analisis Kategori Tingkat Kepadatan Penduduk

di Kabupaten Agam tahun 2009 ... I-23 Tabel 1.5 : Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam

Tahun 2009 – 2030 ... I-25 Tabel 1.6 : Bencana gerakan tanah/longsor di Kabupaten Agam ... I-31

Tabel 1.7 : Perkembangan Tanaman Padi Sawah Tahun 2006-2007…… ... I-38

Tabel 1.8 : Produksi Perkebunan di Kabupaten Agam tahun 2007……… .... I-39

Tabel 1.9 : Populasi Ternak di Kabupaten Agam Tahun 2007 ... I-40

Tabel 1.10 : Luas Hutan di Kabupaten Agam……… ... I-41

Tabel 1.11 : Produksi Perikanan Tangkap dan budidaya di Kabupaten

Agam tahun 2007………. ... I-42

Tabel 1.12 : Potensi Sumber Daya Mineral di Kabupaten Agam 2007…… .... I-46

Tabel 1.13 : Jumblah Objek wisata Berdasarkan jenis Menurut

Kecamatan tahun 2007………. ... I-50

Tabel 1.14 : PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten

Agam Pada tahun 2004-2007 ………. I-52

Tabel 1.15 : Kontribusi PDRB Sektoral Kab. Berdasarkan Harga Konstan

1993 Menurut lapangan Kerja tahun 2004- 2007……….. .... I-52

Tabel 1.16 : Penghitungan Location Quotient Kab. Agam 2005-2008… ... I-56 Tabel 3.1 : Rencana Peningkatan Jalan Arteri Primer (AP) ... III-18 Tabel 3.2 : Rencana Pembangunan Jalan Kolektor Primer (K1) ... III-18


(10)

x Tabel 3.3 : Rencana Peningkatan dan Pengembangan Jalan

Kolektor Primer (K2) ... III-19 Tabel 3.4 : Rencana Pembangunan Jalan Kolektor Primer (K3) ... III-19 Tabel 3.5 : Rencana Peningkatan Jalan Kabupaten (K4) ... III-20 Tabel 3.6 : Rencana Pembangunan Arteri Primer (AP) ... III-22 Tabel 3.7 : Rencana Pembangunan Jalan Kolektor Primer (K2) ... III-22 Tabel 3.8 : Rencana Peningkatan Jalan Kolektor Primer (K3) ... III-23 Tabel 3.9 : Rencana Pembangunan Jalan Kabupaten ... III-23 Tabel 3.9 : Rencana Pengembangan Terminal Angkutan ... III-24 Tabel 3.11 : Daftar Embung di Kabupaten Agam ... III-34 Tabel 3.12 : Daftar Irigasi yang menjadi kewenangan Kabupaten Agam ... III-35 Tabel 4.1 : Luas Hutan Lindung di Kabupaten Agam... IV-4 Tabel 4.2 : Kawasan sempadan Sungai di Kab. Agam ... IV-8 Tabel 4.3 : Kawasan sempadan Mata Air di Kab. Agam ... IV-10 Tabel 4.4 : Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam berdasarkan

Keputusan Menteri dan Gubernur ... IV-13 Tabel 4.5 : Lokasi Rawan Longsor di Kabupaten Agam ... IV-15 Tabel 4.6 : Deskripsi Gunung Api ... IV-19 Tabel 4.7 : Rencana Luas dan Perubahan Luuas Hutan Produksi ... IV-25 Tabel 4.8 : Proyeksi Perubahan Fungsi Lahan Pertanian ... IV-27 Tabel 4.9 : Kawasan Lahan Pertanian Tanaman Pangan ... IV-28 Tabel 4.10 : Rencana Luas Peruntukan Kebun di Kab., Agam ... IV-30 Tabel 4.11 : Rencana Pengembangan Objek Wisata ... IV-43 Tabel 4.12 : KaWasan Pemukiman Perkotaan Kabupaten Agam ... IV-48 Tabel 4.13 : Kebutuhan Fasilitas Pendidikan ... IV-50 Tabel 4.14 : Kebutuhan Fasilitas Kesehatan ... IV-52 Tabel 4.15 : Kebutuhan Fasilitas Peribadatan ... IV-54 Tabel 4.16 : Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Pasar ... IV-56 Tabel 4.17 : Kebutuhan Fasilitas Perkantoran ... IV-57 Tabel 4.18 : Rencana Pola Ruang Kabupaten Agam Tahun 2030 ... IV-58 Tabel 6.1 : Rencana Perwujudan Struktur Ruang ... VI-54


(11)

xi Tabel 6.2 : Rencana Perwujudan Pola Ruang ... VI-71 Tabel 6.3 : Rencana perwujudan sistem jaringan prasarana wilayah ... VI-82 Tabel 6.4 : Rencana Perwujudan Kawasan Strategis ... VI-93 Tabel 7.1 : Ketentuan Umum Peraturan Zonasi ... VII-15 Tabel 7.2 : Ketentuan Insentif dan Disinsentif ... VII-47


(12)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 1

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2004 – 2014

belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang dan fokus hanya pada perencanaan, sehingga terjadi inkonsistensi pelaksanaan pembangunan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah serta lemahnya pengendalian dan penegakan hukum terhadap pemanfaatan ruang. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 1992, pada tahun 2009 telah dilakukan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Agam sehingga diharapkan dengan tersusunnya RTRW Kabupaten Agam tahun 2010-2030 yang mengacu kepada undang-undang penataan ruang yang baru, pemanfaatan ruang 20 tahun kedepan dapat memberikan arahan yang lebih jelas serta mampu dan berdampak luas terhadap mengantisipasi perkembangan wilayah Kabupaten Agam baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya.

BAB. 1


(13)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 2

1.1 LANDASAN HUKUM

A. Undang – Undang

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 61 tahun 1958 tentang Penerapan Undang-Undang Republik Indonesia Darurat Nomor 19 Tahun 1957 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau menjadi Undang-Undang Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 3647);

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);


(14)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 3

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4412);

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Thn 2002 tentang Pertahanan Negara ( Lembaga Republik Indonesia Thn 2002 No. 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4169 ).

10. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169 ).

11. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477);

13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undang Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 2004, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);


(15)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 4

15. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 nomor 104, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4421);

16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 132 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722);

20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007


(16)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 5

Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5014);

27. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

28. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);


(17)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 6

29. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);

30. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074);

31. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

B. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk RTRW (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3034);

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4490);


(18)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 7

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4532);

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 2006 Nomor 4624); 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006

tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048);

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070);

12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional


(19)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 8

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor ..., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor ...);

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098);

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5099);

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1503);

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5110);

17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111);

18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5112);

19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118);


(20)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 9 C. Keputusan Menteri

1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perkembangan Perkotaan;

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah;

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; 5. Peraturan Menteri PU No.11/PRT/2009 tentang Pedoman Persetujuan

Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tetang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wialayah Kabupaten/Kota beserta Rencana Rincinya;

6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 630/KPTS/M tahun 2009 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Fungsi;

7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 631/KPTS/M tahun 2009 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Status;

8. Surat Edaran Bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri Dalam Negeri Nomor 660/5113/SJ dan 04/MENLH/12/2010 tentang pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi dan Kabupaten/Kota;

1.2 PROFIL TATA RUANG

1.2.1 Gambaran Umum Kabupaten Agam

Kabupaten Agam terletak pada kawasan yang sangat strategis, dimana dilalui jalur Lintas Tengah Sumatera dan Jalur Lintas Barat Sumatera dan dilalui oleh Fider Road yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas


(21)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 10

Tengah dan Lintas Timur Sumatera yang berimplikasi pada perlunya mendorong daya saing perekonomian, serta pentingnya memanfaatkan keuntungan geografis yang ada.

1.2.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Agam mempunyai luas daerah seluas 2.232,30 km² atau (5,29 %) dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang memiliki luas 42.229,04 km². Secara geografis, Kabupaten Agam berada pada pada 000 01’ 34” – 000 28’ 43” LS dan 990 46’ 39” – 100032’ 50”, dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan

Kabupaten Pasaman Barat.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lima Puluh

Kota.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang

Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Berdasarkan data BPS yaitu Kabupaten Agam Dalam Angka Tahun 2009, Kabupaten Agam memiliki 16 kecamatan dan 82 Nagari. Disamping itu Kabupaten Agam juga mempunyai sebuah danau yaitu Danau Maninjau yang mempunyai luas perairan ± 9.950 Ha dengan kedalaman 157 m dari permukaan air rata-rata.

Kabupaten Agam juga memiliki wilayah pantai dengan panjang garis pantai ± 43 km dan memiliki 2 (dua) buah pulau yaitu pulau Tangah dan Pulau Ujung dengan luas masing-masing pulau seluas ± 1 Km². Kabupaten Agam juga memiliki dua buah gunung, yaitu Gunung Merapi dengan ketinggian 2.891 m dpl dan Gunung Singgalang dengan ketinggian 2.877 m dpl. Selain itu juga terdapat 3 aliran sungai yang cukup besar, yaitu Batang Antokan, Batang Masang dan Batang Agam.


(22)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 11

Gambar I.1 Citra Landsat Spot 5 Kab. Agam

Tabel 1.1

Jumlah Kecamatan, Nagari, Luas Daerah di Kabupaten Agam Tahun 2005-2008

No Kecamatan

Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Jumlah

Nagari

Luas Daerah

(km2)

Jumlah Nagari

Luas Daerah

(km2)

Jumlah Nagari

Luas Daerah

(km2)

Jumlah Nagari

Luas Daerah

(km2) 1. Tanjung Mutiara 3 205,73 3 205,73 3 205,73 3 205,73 2. Lubuk Basung 5 278,40 5 278,40 5 278,40 5 278,40 3. Ampek Nagari 4 268,69 4 268,69 4 268,69 4 268,69 4. Tanjung Raya 9 244,03 9 244,03 9 244,03 9 244,03

5. Matur 6 93,69 6 93,69 6 93,69 6 93,69

6. IV Koto 11 173,21 11 173,21 7 68,80 7 68,80 7. Banuhampu 7 28,45 7 28,45 7 28,45 7 28,45 8. Sungai Pua 5 44,29 5 44,29 5 44,29 5 44,29 9. Ampek Angkek 7 30,66 7 30,66 7 30,66 7 30,66

10. Canduang 3 52,29 3 52,29 3 52,29 3 52,29

11. Baso 5 70,30 5 70,30 6 70,30 6 70,30

12. Tilatang Kamang 3 56,07 3 56,07 3 56,07 3 56,07 13. Kamang Magek 3 99,60 3 99,60 3 99,60 3 99,60 14. Palembayan 6 349,81 6 349,81 6 349,81 6 349,81 15. Palupuah 4 237,08 4 237,08 4 237,08 4 237,08

16 Malalak - - - - 4 104,41 4 104,41

Jumlah 81 2.232,30 81 2.232,30 82 2.232,30 82 2.232,30 Sumber : Badan Statistik Kabupaten Agam tahun 2008


(23)

(24)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 13

[ [

[ [ [ [


(25)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 14 DANAU

MANINJAU

Gn. MERAPI

Gn. SINGGALANG 1.2.1.2 Topografi

Kabupaten Agam mempunyai kondisi topografi yang cukup bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif rendah, dengan ketinggian berkisar antara 0 - 2.891 meter dari permukaan laut.

Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah Kabupaten Agam, bervariasi antara 2 meter sampai 1.031 meter dpl, adapun pengelompokkan yang didasarkan atas ketinggian adalah sebagai berikut:

1. Wilayah dengan ketinggian 0-500 m dpl seluas 44,55% sebagian besar berada di wilayah barat yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari dan sebagian Kecamatan Tanjung Raya.

Gambar 1.2: Gunung api Maninjau dengan danau kawah dibandingkan besarnya Gunung Merapi – Singgalang yang mencapai 12 : 1


(26)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 15

2. Wilayah dengan ketinggian 500-1000 m dpl seluas 43,49% berada pada wilayah Kecamatan Baso 725-1525 m dpl, Kecamatan Ampek Angkek Canduang, Kecamatan Malalak 425 -2075 m dpl, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Palembayan 50 1425 m dpl, Kecamatan Palupuh 325 -1650 m dpl, Kecamatan Banuhampu 925-2750 m dpl dan Kecamatan Sungai Pua 625-1150 m dpl.

3. Wilayah dengan ketinggian > 1000 m dpl seluas 11,96% meliputi sebagian Kecamatan IV Koto 850-2750 m dpl, Kecamatan Matur 825-1375 m dpl dan Kecamatan Canduang, Sungai Pua 1150-2625 m dpl.

Kawasan sebelah barat merupakan daerah yang datar sampai

landai (0 – 8 %) mencapai luas 71.956 ha, sedangkan bagian

tengah dan timur merupakan daerah yang berombak dan berbukit sampai dengan lereng yang sangat terjal (> 45%) yang tercatat dengan luas kawasan 129.352 ha. Kawasan dengan kemiringan yang sangat terjal (> 45%) berada pada jajaran Bukit Barisan dengan puncak Gunung Merapi dan Gunung Singgalang yang terletak di Selatan dan Tenggara Kabupaten Agam.


(27)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 16 [ [ [


(28)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 17 1.2.1.3 Klimatologi

Temperatur udara di Kabupaten Agam terdiri dari dua macam, yaitu di daerah dataran rendah dengan temperatur minimum

250C dan maksimum 330C (Lubuk Basung), sedangkan di

daerah tinggi yaitu minimum 200C dan maksimum 290C

(Tilatang Kamang). Kelembaban udara rata-rata 88%, kecepatan angin antara 4-20 km/jam dan penyinaran matahari rata-rata 58%.

Musim hujan di Kabupaten Agam terjadi antara bulan Januari sampai dengan bulan Mei dan bulan September sampai bulan Desember, sedangkan untuk musim kemarau berlangsung antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus.

Berdasarkan peta iklim yang dibuat Oldeman (1979) serta data base hidroklimat yang diterbitkan Bakosurtanal (1987), wilayah Kabupaten Agam memiliki 4 kelas curah hujan, yaitu:

1. Daerah dengan curah hujan > 4500 mm/tahun tanpa bulan kering (daerah dengan iklim Tipe A), berada di sekitar lereng gunung Merapi-Singgalang meliputi sebagian wilayah Kecamatan IV Koto dan Sungai Pua.

2. Daerah dengan curah hujan 3500-4500 mm/tahun tanpa bulan kering (daerah dengan tipe A1) mencakup sebagian wilayah Kecamatan Tilatang Kamang, Baso dan Ampek Angkek.

3. Daerah dengan curah hujan 3500-4000 mm/tahun dengan bulan kering selama 1-2 bulan berturut-turut meliputi sebagian Kecamatan Palembayan, Palupuh, dan IV Koto. 4. Daerah dengan curah hujan 2500-3500 mm/tahun dengan

bulan kering selama 1-2 bulan berturut- turut, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan Tanjung Raya.


(29)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 18 [ [


(30)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 19 1.2.1.4 Geologi

Formasi batuan yang dijumpai pada daerah Kabupaten Agam dapat digolongkan kepada Pra Tersier, Tersier, dan Kuarter yang terdiri dari batuan endapan permukaan, sedimen, metamorfik, vulkanik dan intrusi. Batuan induk yang berasal dari zaman Pra Tersier terdiri dari batuan sedimen, vulkanik, dan intrusi. Batuan yang berasal dari zaman Tersier bahwah atau peralihan Tersier ke Kuarter berupa batuan vulkanik yang terdiri dari lahar, aglomerat dan koluvium. Batuan dari zaman Kuarter terdiri dari endapan permukaan dan vulkanik. Batuan vulkanik terdapat di Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan Danau Maninjau.

Wilayah Kabupaten Agam yang ditutupi oleh jenis batuan beku ekstrusif dengan reaksi intermediet (andesit dari Gunung Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Tandikek, Danau Maninjau, dan Gunung Talamau) seluas 68.555,10 ha (32,43%), batuan beku ekstrusif dengan reaksi masam (pumis tuff) seluas 55.867,90 ha (26,43%), batuan sedimen dengan jenis batu kapur seluas 80.011,80 ha (3,79%), endapan alluvium mencapai luas 48.189 ha (22,79%).

Struktur batuan yang terdapat di Pulau Sumatera Tengah-Barat merupakan perbukitan bergelombang yang tersusun oleh batuan vulkanik berupa batuan breksi, lava, batuan piroklastik bersifat agak padu sampai padu, berumur tersier hingga kuarter.

Sementara untuk daerah sekitar Maninjau terjadi lekukan besar kawah Maninjau yang saat ini berisi air danau merupakan hasil dari ledakan maha dahsyat dari erupsi gunung api yang tipenya hampir sama dengan ledakan maha besar dari Gunung api Purba Toba.


(31)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 20 [ [ [


(32)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 21 1.2.2 Kependudukan

1.2.2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten Agam selama periode 5 tahun telah terjadi peningkatan sebesar 13.784 jiwa, dimana pada tahun 2004 penduduk Kabupaten Agam berjumlah 431.603 jiwa dan pada tahun 2008 meningkat sebanyak 445.387 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.

Tabel I.2

Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam

No Tahun Jumlah Penduduk

1. 2004 431.603

2. 2005 435.276

3. 2006 439.611

4. 2007 443.857

5. 2008 445.387

Sumber : Badan Statistik Kabupaten Agam

Grafik 1.1

Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam


(33)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 22 1.2.2.2 Kepadatan Penduduk

Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Agam, masih relatif kecil. Berdasarkan perhitungan rata-rata kepadatan penduduk di

Kabupaten Agam sebesar 200 jiwa/Km2.

, namun untuk beberapa

kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Bukittinggi, tingkat kepadatan penduduk relatif tinggi seperti di Kecamatan Banuhampu dan Kecamatan Ampek Angkek.

Tabel I.3

Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam Tahun 2009

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

No Kecamatan Luas

(Km2) Penduduk

Kepadatan Penduduk

(Km2) 1. Tanjung Mutiara 205,73 26.452 129

2. Lubuk Basung 278,40 62.132 223

3. Ampek Nagari 268,69 22.622 84

4. Tanjuang Raya 244,03 30.607 125

5. Matur 93,69 18.581 198

6. IV Koto 173,21 23.259 134

7. Banuhampu 28,45 33.207 1.167

8. Sungai Pua 44,29 23.033 520

9. Ampek Angkek 30,66 37.515 1.224

10. Canduang 52,29 23.179 443

11. Baso 70,30 33.112 471

12. Tilatang Kamang 56,07 32.718 584

13. Kamang Magek 99,60 20.605 207

14. Palembayan 349,81 33.759 97

15. Palupuah 237,08 13.981 59

16. Malalak - 10.635 -


(34)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 23

Grafik 1.2

Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam

Dari hasil analisa tingkat kepadatan penduduk, katagori tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Agam dikategorikan menjadi 3 yaitu kepadatan rendah, kepadatan sedang dan kepadatan tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut tabel hasil analisis kepadatan penduduk di Kabupaten Agam:

Tabel I.4

Analisis Katagori Tingkat Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam Tahun 2009

No Tingkat Kepadatan

Penduduk Range Kecamatan

1. Kepadatan Rendah 0-447 jiwa/km2 Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari, Tanjuang Raya, Matur, IV Koto, Canduang, Kamang Magek, Palembayan, Malalak. 2. Kepadatan Sedang 447-835 jiwa/km2 Sungai Pua,

Baso,

Tilatang Kamang.

3. Kepadatan Tinggi > 835 jiwa/km2 Banuhampu, Ampek Angkek Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009


(35)

(36)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 25 1.2.2.3 Proyeksi Penduduk

Proyeksi penduduk dilakukan guna memprediksi tingkat perkembangan penduduk untuk 20 tahun kedepan, sehingga diharapkan dari hasil proyeksi tersebut dapat diketahui kebutuhan-kebutuhan saran dan prasarana yang diperlukan, termasuk kebutuhan lahan yang harus disediakan.

Dari hasil proyeksi yang dilakukan berdasarkan metode eksponensial, dapat diketahui bahwa pada tahun 2030, diperkirakan penduduk Kabupaten Agam berjumlah 659,461 jiwa atau terjadi penambahan penduduk sebesar 214.074 Jiwa.

Tabel I.5

Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam Tahun 2009 - 2030

No Tahun

Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 453.404 461.565 469.873 478.331 486.941 495.706 504.629 513.712 522.959 532.372 541.955 551.710 561.641 571.751 582.043 592.520 603.185 614.042 625.095 636.347 647.801 659.461


(37)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 26 1.2.3 Potensi Bencana Alam

Kabupaten Agam merupakan daerah yang memiliki banyak bencana, baik bencana alam maupun bencana geologi. Berdasarkan profil rawan bencana yang telah disusun pada tahun 2008, jenis-jenis bencana yang ada, dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Bahaya Sesar Aktif

Bahaya sesar aktif adalah bagian dari lempeng bumi yang mengalami patahan atau tersesarkan dan masih bergerak hingga saat ini. Sesar aktif ditunjukkan oleh bentuk kelurusan topografi dimana lokasi pusat gempa terjadi disekitarnya.

Pada wilayah Kabupaten Agam, sesar aktif memotong 6 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Agam yaitu :

1. Kec. Palupuh 2. Kec. Palembayan 3. Kec. Matur

4. Kec. IV Koto 5. Kec. Banuhampu 6. Kec. Sungai Pua


(38)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 27

Gambar I.4: Hancuran permukaan (Ground surface rupture) akibat

pergerakan sesar aktif ketika terjadi gempa bumi 6 Maret 2007 disepanjang sesar Solok hingga Bukittinggi. (Danny H. Natawijadja, Adrin Tohari, Eko Soebowo & Mudrik R. Daryono; EERI Special Earthquake Report May 2007)

2. Bahaya Seismisitas Gempa

Bahaya seismisitas gempa merupakan bencana yang terjadi disebabkan oleh terlepasnya energi tektonik kerak bumi. Akibat terpaan dari gelombang seismisitas gempa.

Di wilayah Kabupaten Agam zonasi kerusakan akibat terpaan gelombang siesmik gempa berdasarkan analisis dapat diperlihatkan pada Gambar I.5. Dari gambar tersebut kemungkinan zona kerusakan paling tinggi, warna merah, tersebar disepanjang

Pegunungan Bukit Barisan, kurang lebih daerah yang

menghubungkan antara Danau Singkarak, Kota Bukittinggi sampai sekitar Bonjol di sebelah barat laut. Zona kerusakan lebih rendah diapit oleh dua sesar/patahan yang diperlihatkan oleh warna merah muda.


(39)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 28

Gambar I.5: Hasil analisis probabilitas hazard 2% (atas) dan 10% (bawah) berdasarkan gempa periode ulang 50 tahunan (Petersen M.D. Dkk, 2004).

3. Bahaya Tsunami

Daerah lepas pantai Kabupaten Agam merupakan tempat dimana subduksi tektonik terjadi. Distribusi pusat gempa dilepas pantai menunjukkan potensi gempa yang menyebabkan terjadi tsunami besar.

Untuk wilayah Kabupaten Agam yang termasuk dalam daerah yang potensial terhempas hantaman tsunami adalah pada daerah sekitar Jorong Subang-subang, Jorong Labuhan, Jorong Muara Putus, Jorong Masang, dan Nagari Tiku Selatan dan sebagian Nagari Bawan di Kecamatan Ampek Nagari.

4. Letusan Gunung Api

Pada wilayah Kabupaten Agam mempunyai 2 gunung aktif yaitu Gunung Marapi dan Gunung Tandikat. Sebaran produk letusan dari Gunung Marapi cenderung menuju ke arah tenggara sedangkan letusan dari Gunung Tandikat menuju ke arah selatan.


(40)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 29

Daerah-daerah yang perlu mendapat perhatian dari letusan gunung api di Kabupaten Agam antara lain:

1. Letusan Gunung Marapi: aliran Batang Sarik, Lima Kampung, Tabek, Kepala Koto, Lukok 1, Suraubaru, Padang laweh, Lubuk dan Pulungan.

2. Letusan Gunung Tandikat: letusan ini tidak terlalu

membahayakan kecuali di sekitar daerah Toboh.

Gambar I.6 : Sebaran hasil letusan G. Marapi dan G. Tandikat (data PVMBG – DESD).

5. Bahaya Gerakan Tanah/Longsoran

Gerakan tanah/longsoran adalah proses pemindahan/pergerakan massa tanah dan batuan karena pengaruh gaya gravitasi. Jenis gerakan tanah yang umum dijumpai adalah: jatuhan (falls), gelincir (slides), nendatan (slumps), aliran (flows) dan rayapan (creeps). Gerakan tanah/longsoran terjadi akibat beberapa faktor seperti jenis dan sifat batuan/tanah, sudut kemiringan lereng, curah hujan, tutupan vegetasi, ulah manusia atau akibat pembangunan fisik dan keteknikan.

Gunung Marapi


(41)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 30

 Jatuhan (Debris Falls)

Jatuhan (Debris Falls) merupakan gerakan bebas dari massa atau material tanah atau batuan yang berasal dari lereng curam. Tipe jatuhan yang terdapat di Kabupaten Agam diwakili oleh Batuan Tufa Kuarter seperti yang terdapat di Ngarai Sianok. Batuan penyusunnya adalah pasir tufa yang sangat mudah hancur dan lepas-lepas akibat rekahan-rekahan yang terdapat didalamnya serta membentuk lereng sangat curam dan hampir tegak. Jatuhan terjadi akibat meresapnya air hujan ke dalam batuan tufa yang porus sehingga menambah berat dari massa batuan dan memperlemah ikatan antar rekahan dan pori di dalam batuan tersebut. Proses lain yang dapat mengakibatkan longsoran antara lain karena kikisan atau erosi maupun pekerjaan galian dibagian dasar ngarai.

 Gelinciran (Sliding)

Gelinciran (Sliding) adalah gerakan massa tanah atau batuan sepanjang lereng perbukitan dan pegunungan yang terlepas dari ikatan tanah atau batuan asalnya. Gelinciran berlangsung secara cepat dan tiba-tiba dengan kecepatan tinggi. Pergerakan umumnya disebabkan oleh pertambahan massa air yang bercampur dengan rombakan tanah atau batuan dan mengakibatkan massa tanah atau batuan berkurang daya ikatnya dan menjadi berat. Tanah atau batuan yang menyusun tipe gelinciran pada umumnya terjadi dari massa pasiran atau bongkah-bongkah batuan lepas dalam beberapa ukuran mulai dari ukuran kerikil sampai bongkahan berukuran besar lebih dari 5 meter. Di Kabupaten Agam tipe gelinciran paling banyak dijumpai diberbagai dinding jalan dan lereng/lembah sungai dalam berbagai ukuran seperti yang terdapat di sekitar nagari Galapung Sungai lintabung sebelah selatan Danau Maninjau.


(42)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 31

 Nendatan (Slumps)

Longsoran ini dikenali oleh adanya retakan dipermukaan. Pergerakan longsoran diperlihatkan dari bentuk permukaan berupa lingkaran atau bentuk tapal kuda. Di Kabupaten Agam, longsoran tipe ini terdapat disekitar lereng luar Gunung Maninjau yaitu di jalan antara Koto Tuo – Balingka di jalan masuk ke

stasiun transmisi Telkom dan di jalan antara Matur –

Palembayan.

Gambar I.7: Gerakan tanah Avalance/Longsoran Aliran di Nagari Malalak Selatan

Tabel I.6

Bencana Gerakan Tanah/Longsor di Kabupaten Agam

No Keterangan Kecamatan Nagari

1 2 3 4

1. Jatuhan (Debris Falls)

Tanjung Raya  Tanjung- Sani  Sungai Batang  Maninjau Palembayan  Baringin-

 Ampek Koto Palembayan  Tigo Koto Silungkang Lubuk Basung  Lubuk Basung Ampek Nagari  Batu Kambiang Matur  Matua Hilia IV Koto  Balingka

 Koto Gadang Malalak  Malalak Timur Palupuh  Koto Rantang  Pasia Laweh  Pagadih


(43)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 32

1 2 3 4

2. Gelinciran (Sliding)

Palembayan  Baringin

 Ampek Koto Palembayan  Tigo Koto Silungkang Lubuk Basung  Lubuk Basung Ampek Nagari  Batu Kambing Matur  Matua Hilir Palupuh  Koto Rantang

 Pasia Laweh 3. Nendatan

(Slumps)

Matur  Tigo Balai Palembayan  Baringin

 Sungai Pua IV Koto  Balingka Malalak  Malalak Utara

6. Banjir

Banjir terjadi apabila ekses atau kelebihan air tidak dapat ditampung pada tempatnya sehingga melimpah keluar. Tempat penyimpanan air secara alamiah diantaranya adalah sungai, rawa, danau atau bendungan. Daerah banjir terjadi sepanjang aliran sungai seperti Batang Tiku dan Batang Sungai Pingai, Batang Kalulutan, Batang Dareh, Batang Bawan, Batang Sitanang, bagian hilir dari Batang Simpang Jernih dan Simpang Keruh dan Batang Layah. Banjir pada sungai – sungai tersebut di atas pada umumnya terbatas pada morfologi dataran banjir (flood plain). Selain dari lokasi – lokasi tersebut banjir juga terjadi pada daerah rawa yang terdapat di sekitar dataran pantai, yang juga berhubungan dengan aliran sungai di bagian hilir.

Lokasi banjir di wilayah Kabupaten Agam antara lain :

 Kecamatan Palembayan: Nagari Salareh Aia.


(44)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 33

 Kecamatan Ampek Nagari: Nagari Bawan, Nagari Batu

Kambiang, Nagari Sitalang.

 Kecamatan Tanjung Mutiara: Nagari Tiku V Jorong.

 Kecamatan IV Koto: Nagari Balingka.

 Kecamatan Tilatang Kamang: Nagari Koto Tangah.

 Kecamatan Palupuh: Nagari Pasia Laweh.

Gambar I.8 Banjir di Ampek Nagari dan di Manggopoh

7. Abrasi

Abrasi merupakan salah satu bagian dari proses perubahan muka air laut setempat yang dalam istilah ilmiah disebut relative sea level change (RSLC). Abrasi atau erosi garis pantai mengubah garis pantai berpindah ke arah daratan. Lawan dari abrasi adalah akresi atau sedimentasi yang menyebabkan garis pantai maju ke arah laut. Proses yang terlibat dalam perubahan garis pantai diakibatkan oleh banyak hal diantaranya kondisi geologi dan morfologi pantai, kondisi ekologi, klimatologi dan oseanologi. Dari semua faktor tersebut di atas pengaruh gelombang dan arus laut merupakan faktor dominan. Gelombang berfungsi menghancurkan sedimen yang menyusun garis pantai dan arus laut mengangkut hasil rombakan searah dengan arah arus laut.


(45)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 34

Pada wilayah Kabupaten Agam, wilayah yang terkena abrasi yaitu : 1. Masang (800 meter).

2. Ujungmasang (1.100 meter). 3. Muaraputus (300 meter). 4. Ujung Labung (500 meter). 5. Pasia Paneh (200 meter). 6. Pelabuhan Tiku (100 meter).

Gambar 1.9 Abrasi dan akresi pantai di Kabupaten Agam

Abrasi


(46)

(47)

(48)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 37 [ [ [


(49)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 38 1.2.4 Potensi Sumberdaya Alam

Sumber Daya Alam yang terdapat di Kabupaten Agam terdiri atas sumber daya alam pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan serta mineral dan pertambangan.

1.2.4.1 Sektor Pertanian

Perkembangan tanaman padi sawah untuk periode tahun 2006 hingga tahun 2008 dapat di gambarkan sebagai berikut, luas baku lahan yang tersedia di wilayah Kabupaten Agam untuk periode 2006-2008, tidak terjadi penambahan maupun pengurangan lahan, dimana berdasarkan data yang ada, luas baku lahan yang tersedia seluas 28.819 Ha. Sementara untuk luas tanam dalam periode 2006-2008 terjadi penurunan sekitar 4,41 %.

Tabel I.7

Perkembangan Tanaman Padi Sawah Tahun 2006-2007

No. Uraian

Tahun Perkembangan

2005 2006 2007 2007-2008 % 1. Luas Baku Lahan (ha) 28.819 28.819 28.819 - 0,00

2. Luas Tanam (ha) 52.715 53.449 51.192 -2.257 -4,41

3. Luas Panen (ha) 49.585 51.157 51.462 305 0,59

4. Produksi (Ton) 233.490 233.561 243.119 9.558 3,93

5. Produktivitas (Ton/ha) 4,71 4,57 4,72 0,15 3,18

6. IP (%) 182,92 185,46 182,92 -2,54 -1,39


(50)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 39 1.2.4.2 Sektor Perkebunan

Untuk sektor perkebunan, produksi tertinggi di sektor ini adalah jenis produksi kelapa sawit yang mencapai 182,740 ton, dimana sebaran perkebunan yang ada di wilayah Barat Kabupaten Agam yaitu KecamatanTanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari dan Kecamatan Palembayan.

Tabel I.8

Produksi Pekebunan di Kabupaten Agam Tahun 2007

No Jenis Produksi Luas Panen

(Ha) Produksi (Ton) 1. Tanaman Perkebunan

a. Kelapa Dalam 11.150 32.916

b. Kelapa Sawit 8.764 182.740

c. Karet 814 913

d. Cengkeh 414 54

e. Kulit Manis 7.493 17.542

f. Kopi 3.297 2.078

g. Gardamunggu 106 52

h. Kemiri 297 2.224

i. Pinang 2.520 9.671

j. Pala 1.051 2.350

k. Tebu 3.983 20.627

l. Temulawak 1 1

m. Jahe 4 15

n. Laos 2 8

o. Kunyit 6 18

p. Kejibeling 1 1

q. Kapulaga 1 1

r. Kakao 1.227 1.065


(51)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 40 1.2.4.3 Sektor Peternakan

Kondisi geografis yang sangat beraneka ragam, tentunya sangat mempengaruhi keragaman jenis ternak. Untuk jenis ternak sapi yang ada di Agam wilayah Timur seperti Kecamatan IV Angkek, Candung, Baso, Tilatang kamang dan Kamang Magek dan

Sungai Pua umumnya jenis sapi Simenthal dan Brahman,

sedangkan Agam wilayah Barat seperti Kecamatan Lubuk Basung, Tanjung Mutiara dan IV Nagari lebih dominan dengan jenis peranakan Onggole (PO), dengan tingkat populasi ternak sapi terbesar adalah jenis sapi potong yang mencapai 32.017 ekor. Sementara untuk populasi terbesar sektor peternakan yang ada di Kabupaten Agam adalah jenis ternak ayam buras yang mencapai 432.315 ekor. Untuk lebih memberi gambaran tentang populasi ternak yang ada di Kabupaten Agam, dapat dilihat pada tabel .

Tabel I.9

Populasi Ternak di Kabupaten Agam Tahun 2007

No Jenis Ternak Populasi (Ekor)

1. Sapi Potong 32.017

2. Sapi Perah 40

3. Kerbau 17.787

4. Kuda 172

5. Kambing dan Domba 13.187

6. Ayan Buras 432.315

7. Ayam Ras Petelur 161.548

8. Ayam Ras Pedaging 53.673

9. Itik 105.167

10. Puyuh 44.787

11. Anjing 31.778

12. Kelinci 7.320


(52)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 41 1.2.4.4 Sektor Kehutanan

Luas hutan berdasarkan fungsi yang ada di Kabupaten Agam berdasarkan peta Padusarasi RTRW-TGHK tahun 1996/1997 adalah 85,883.40 Ha atau sekitar 38,51 % dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Agam. Adapun perincian luas hutan di Kabupaten agam adalah: Hutan PPA seluas, 27,533.40 Ha, Hutan Lindung seluas 31,560.00 Ha, Hutan Produkasi seluas 6,140.00 Ha dan Hutan Produksi Terbatas seluas 20,883.40.

Tabel I.10

Luas Hutan di Kabupaten Agam

No Jenis Luas (Ha)

1. Hutan PPA 27.533,40

2. Hutan lindung 31,560,00

3. Hutan produksi 6,140,00

4. Hutan produksi terbatas 20,650,00

Jumlah 85.883,40

Sumber : TGHK dan RTRWP Dati II Agam Th 1996/1997

1.2.4.5 Sektor Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Agam memiliki panjang pantai 43 Km² dengan luas laut mencapai 313,04 Km². Sementara untuk luas perairan umum (air tawar) yang ada di Kabupaten Agam, luasnya mencapai 10.518 Ha.

Untuk perikanan laut, terdapat di Kecamatan Tanjung Mutiara, dimana hasil tangkapan ikan laut dominan adalah jenis ikan tembang, ikan teri, tongkol, ikan layang, ikan kembung, ikan layur, cakalang, mayang dan udang. Sementara untuk kegiatan budidaya ikan, terdapat di danau maninjau dengan jumlah keramba jaring apung (KJA) sebanyak 8.930 petak dengan jumlah pengelola 330 orang. Usaha budidaya lainnya adalah pada kolam air deras, kolam air tenang, keramba irigasi dan


(53)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 42

sawah. Untuk penangkapan ikan di perairan umum, dilakukan di Danau Maninjau dan sungai-sungai yang tersebar di Kabupaten Agam seperti di Batang Masang Kiri, Masang Kanan, Batang Antokan dan Batang Tiku.

Tabel I.11

Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya di Kabupaten Agam Tahun 2007

No Jenis Produksi Hasil Tangkapan (Ton)

1. Ikan Laut 4.966,8

2. Budidaya 55.670,35

3. Perairan Umum 755,98

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam Tahun 2008

Untuk produksi perikanan di Kabupaten Agam terbagi menjadi 3 jenis produksi yaitu jenis ikan laut, budidaya dan perairan umum. Dari ketiga jenis tersebut, untuk jenis budidaya merupakan jenis yang paling banyak terdapat di Kabupaten Agam dengan jumlah tangkapan 55.670,36 ton sedangkan untuk jenis perairan umum memiliki nilai tangkapan yang paling rendah yaitu hanya 755,98 ton.

Sektor pengolahan dan pemasaran ikan yang ada di Kabupaten Agam, umumnya masih dalam tahap pengolahan dan pemasaran sederhana. Dari data yang ada, jumlah unit pengolahan ikan terdapat 278 unit, sementara jumlah produksi ikan olahan pada tahun 2009 mencapai 679,27 ton, dengan jumlah tenaga pemasar sebanyak 672 orang.


(54)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 43 [ [ [


(55)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 44 [ [ [


(56)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 45 1.2.4.6 Sektor Mineral dan Pertambangan

Tingkat pemanfaatan sumber daya mineral dan energi di Kabupaten Agam masih sangat rendah. Sedangkan potensi sumber daya mineral dan energi yang terkandung di wilayah ini sangat potensial. Oleh karena itu prospek pengembangan dan pemanfaatan sumber daya mineral dan energi masih sangat terbuka.

Potensi bahan galian tambang golongan B yang dimiliki daerah ini seperti biji besi di Kecamatan Matur, pasir besi di Kecamatan Tanjung Mutiara. Sedangkan potensi bahan galian golongan C seperti andesit, granit, dolomit, dan marmer terdapat di Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Palupuh, Kecamatan IV Koto, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur, Kecamatan Baso dan Kecamatan Lubuk Basung.

Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Barat, terdapat beberapa izin pertambangan yang ada di Kabupaten Agam sampai akhir tahun 2008. Ijin pertambangan yang diberikan bervariasi, dari mulai izin eksplorasi, pengolahan, penyelidikan umum, pengangkutan dan penjualan sampai pada ijin eksplorasi. Untuk bahan galian yang mendapat ijin terdiri dari bahan galian pasir besi, dolmit dan juga batu kapur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel I.12.


(57)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 46

Tabel I.12

Potensi Sumber daya Mineral di Kabupaten Agam tahun 2007

No Jenis Lokasi Potensi Keterangan

1 2 3 4 5

1. Batu Kapur Palembayan, Palupuh dan Padang Tarok

Sumber daya Penyelidikan umum

Simarasok 109.375.000 ton -

Kecamatan Baso 9.375.000 ton (hipotetik)

- Kamang Mudik, Kecamatan

Kamang Magek

25.000.000 ton (hipotetik)

- 2. Marmer Kamang, Kecamatan Kamang

Magek

500.000.000 ton (sumber daya)

Penyelidikan umum

Matur Sumber daya Penyelidikan umum

Kecamatan Palupuh 62.500.000 ton (700 ha) sumber daya

- 3. Dolimit Mudik Pauh, Kecamatan Palupuh 5.900.000 ton (45 ha)

sumber daya

Sebagian sudah diusahakan oleh PT Bukit Ayu Tunas Lestari

Unsur MgO = 17,93-20,86 CaO = 30,20 – 32,0% SiO = ttd – 0,6% Fe2O3 = 0,10 – 0,30% SiO2 = 1,76 – 2,24% 4. Kalsit Tersebar di Kecamatan Baso Sumber daya Penyelidikan umum 5. Fosphat Ngalau Baja, Biaro, Durian dan

Bunian

Sumber daya Penyelidikan umum 6. Granit Bukit Cimpago, Malalak Cimpago

Kecamatan IV Koto

Sumber daya Penyelidikan umum Bukit Antokan, Bukit Masang, Bukit

Labuhan, dan Bukit Pandih Dusun Durian Kapeh, Kecamatan Tanjung Mutiara

Sumber daya Penyelidikan umum

Granit kemungkinan dalam bentuk stock granodiorit, berwarna abu-bau tua kehitaman, masif, fanerik halus, sedang,subhedral, equigranular, kuarsa, arthoktas hornblende, plagioklas keras. 7. Andesit Batu Kambing, Malabur dan batang

Dareh, Kecamatan Lubuk Basung

Sumber daya Penyelidikan umum Ladang hutan dan Panambahan

Kecamatan Baso

Sumber daya Penyelidikan umum Hutan lindung Paninggiran Ateh, Paninggiran

Bawah dan Bukit Bateh Dagang, Kecamatan Palupuh

Sumber daya Penyelidikan umum

8. Trass Tersebar di Kecamatan Matur 5.280.000 M3 Sebaran dalam satuan batuan tufa berbatu apung

Tersebar di Kecamatan Palupuh 61.600.000 M3 Penyelidikan umum Baso, Palembayan, IV Koto, Batu

Kambing, Sipisang dan Tilatang Kamang


(58)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 47

1 2 3 4 5

9. Balerang Koto Baru 100 ton (hipotetik) Penyelidikan umum

10. Tufa Tersebar di Kecamatan Matur 5.280.000 M3 Sebaran dalam satuan batuan tufa berbatu apung, berupa jarum-jarum gelas (0,1) bersifat lepas, mudah terurai. Tersebar di Kecamatan Palupuh 61.600.000 M3 Penyelidikan umum

Baso, Palembayan, IV Koto, Batu Kabing, Sipisang dan Tilatang Kamang

Sumber daya Penyelidikan umum

11. Dunit Harzburgit

Sungai Air, Tiga Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan

50 Ha (Sumber daya) Penyelidikan umum

Dunit merupakan batuan beku ultra basa yang berwarna abu-abu, masif, holokristalin, fenerik kasar, anhedral equigranular, didominasi oleh mineral olive dan sedikit plagioklas. MgO = 33-47%

12. Toseki Tersebar di Kecamatan palembayan dan Palupuh

Sumber daya Penyelidikan umum

Luas sebaran toseki di Palembayan mencapai 200 ha.

13. Pasir dan Batu Tersebar di Sungai Batang Jabur (Baso dan IV Angkat Canduang), Mancung, Padang Tarab (Baso), Batang Masang (Palembayan), dan Batang Bawan (Lubuk Basung)

Sumber daya Pasir dan batu (sitru) berupa sitru sungai dan daerah limbah banjir.

14. Tanah Liat Tersebar pada lereng perbukitan sisi utara Danau Maninjau mulai dari Malabur-Lubuk Basung sampai Matur. Dan Komplek perbukitan Gunung Sirabungan dari Pagadis Hilir Ampai Nan Limo, Kecamatan Palupuh

Sumber daya Penyelidikan umum

Sebaran tanah liat umumnya merupakan perbukitan landai bergelombang dan tingkat keseburan tanah yang kurang subur.

15. Pasir Besi Desa Durian Kapeh dan Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara

Diluar sempadan (200 m dari garis pantai)

2.800 M3 (spekulatif), luas wilayah ± 2.500 ha

Pada sempadan pantai ± 80 ha (4 km x 200 m)

60.000 M3 (spekulatif)

Sebagian sedang diusahakan oleh PT Andalas Minang Malindo

16. Emas Desa Pagadis Sei. Guntung dan Pasir Lawas Kecamatan Palupuh

337.500 ton (spekulatif)

Luas wilayah 24 Ha.


(59)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 48 [ [ [


(60)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 49 1.2.4.7 Sektor Pariwisata

Objek wisata yang dapat ditemukan di daerah Kabupaten Agam, sangat beragam dan berpotensi untuk dikembangkan. Objek wisata tersebut antara lain wisata alam, wisata sejarah atau situs budaya, seni budaya dan wisata minat khusus. Oleh karena beragamnya objek wisata tersebut maka Agam menjadi daerah tujuan wisata yang utama di Sumatera Barat.

Adapun bentuk potensi wisata alam adalah berupa keindahan alam yang mempesona karena masih sangat alami, dengan adanya perbukitan/pegunungan, air terjun, pemandian, panorama danau, lembah, lautan dan pantai. Semua objek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Agam terdata lebih kurang 56 objek, dan mayoritas terdapat dikawasan barat seperti Kecamatan Tanjung Raya dan Tanjung Mutiara.

Sementara itu, potensi wisata sejarah dan budaya dalam wujud

benda-benda bukti sejarah yang tangible (berwujud) dan

intangible (tidak berwujud). Sedangkan potensi wisata minat khusus adalah dalam bentuk arung jeram, buru babi, paralayang dan perahu naga.

Ragam Potensi Alam dan Budaya Kabupaten Agam

Potensi alam sebagai objek wisata di Kabupaten Agam terdapat sebanyak 56 objek wisata antara lain: Danau Maninjau, Puncak Lawang, Kelok 44, Ambun Pagi, Air Panas, Telaga Anggrek, Air Tiga Raso, Ngarai Sianok, Ngalau Kamang, Aia Janiah, Bunga Raflesia, Bandar Mutiara, Pulau Ujung dan Pulau Tangah dan lain-lain.

Disamping itu terdapat 61 objek wisata budaya, 11 objek wisata sejarah, 84 kegiatan wisata minat khusus.


(61)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 50

Sebagai penunjang kawasan wisata, aksesibilitas menuju kawasan wisata berupa prasarana jalan sudah cukup baik. Sudah terdapat empat buah hotel berbintang dengan 196 kamar dan 377 buah tempat tidur. Hotel non bintang (hotel melati) berjumlah 32 buah dilengkapi dengan 286 kamar dan 513 tempat tidur. Tenaga kerja pada hotel berbintang 139 orang dan 90 orang pada hotel Melati. Rumah makan yang ada sebanyak 53 buah dengan tenaga kerja sebanyak 238 orang.

Kunjungan wisatawan selama tahun 2008 berjumlah 77.743 orang terdiri dari wisatawan nusantara 69.895 orang dan wisatawan mancanegara sebanyak 7.848 orang.

Tabel 1.13

Jumlah Objek Wisata Berdasarkan Jenis Menurut Kecamatan Tahun 2007 No Kecamatan Alam Budaya

Minat

Khusus Jumlah

1 Tanjung Mutiara 3 - 5 8

2 Lubuk Basung 1 - 5 6

3 Ampek Nagari - - 6 6

4 Tanjung Raya 11 - 10 21

5 Matur 6 - 7 13

6 IV Koto 2 - 6 8

7 Malalak 3 - 4 7

8 Banuhampu 2 - 4 6

9 Sungai Pua 2 - 4 6

10 IV Angkat Canduang 1 - 3 4

11 Canduang 3 - 4 7

12 Baso 5 - 6 11

13 Tilatang Kamang 2 - 4 6

14 Kamang Mangek 3 - 4 7

15 Palembayan 5 - 6 11

16 Palupuh 7 - 6 13

Total 56 - 84 140


(62)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 51 1.2.5 Potensi Ekonomi Wilayah

1.2.5.1 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui

perkembangan nilai nominal PDRB yang merupakan

perkembangan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan perkembangan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Pada tahun 2004 secara nominal terjadi kenaikan PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 448.922,81 juta rupiah, dari 2.106.790,66 juta rupiah menjadi 2.555.713,47 juta rupiah.

Namun kenaikan ini belum mencerminkan perbaikan

perkembangan ekonomi secara riil karena masih mengandung unsur inflasi. Secara riil, pertumbuhan ekonomi wilayah dapat dilihat dari perkembangan nilai PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2004 yang mencapai 2.066.647,63 juta rupiah, naik menjadi 2.190,815,65 juta rupiah pada tahun 2005. artinya, perekonomian Wilayah Kabupaten Agam pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5,71%.

Jika dikaitkan dengan jumlah penduduk, nilai PDRB perkapita Kabupaten Agam mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya dalam lima tahun terakhir ini (terhitung sejak tahun 2004). Hal ini disebabkan oleh cukup tingginya peningkatan nominal PDRB dan relatif rendahnya pertumbuhan penduduk Kabupaten Agam. PDRB perkapita dihitung berdasarkan nilai total PDRB dengan jumlah penduduk kabupaten pertengahan tahun pada tahun yang sama. Lebih rincinya mengenai pekembangan nilai PDRB perkapita selama 5 tahun dapat dilihat pada tabel 1.15.


(63)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 52

Tabel I.14

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Agam Pada Tahun 2004-2007 No Tahun Nilai Nominal (Rp)

1 2004 2.555.713,47

2 2005 2.867.878,81

3 2006 3.377.957,22

4 2007 3.924,766,90

Sumber: BPS Kabupaten Agam, 2008

Tabel I.15

Kontribusi PDRB Sektoral Kab. Agam Berdasarkan Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Kerja Tahun 2004-2007

No Lapangan

Usaha 2004 % 2005 % 2006 % 2007 %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Pertanian 685.611,11 33,18 749.063,79 34,19 813.823,80 35,00 884.512,79 35,83

a. Pertanian Tanaman Pangan

385.715,25 18,66 406.621,01 18,56 439.972,21 18,92 476.124,31 19,28

b. Perkebunan 190.271,46 9,21 225.183,14 10,28 250.760,15 10,78 279.304,07 11,31 c. Peternakan dan

hasil-hasilnya

59.602,73 2,88 63.049,10 2,88 65.673,35 2,82 68.433,89 2,77

d. Kehutanan 16.203,69 0,78 17.967,81 0,82 18.433,18 0,79 18.708,39 0,76 e. Perikanan 33.817,98 1,64 36.242,73 1,65 38.984,91 1,68 41.942,13 1,69

2. Pertambangan & Penggalian

80.210,87 3,88 84.654,54 3,86 88.977,89 3,83 93.586,76 3,79

a. Minyak dan gas bumi

- - - -

b. Pertambangan tanpa migas

- - - -

c. Penggalian 80.210,87 3,88 84.654,54 3,86 88.977,89 3,83 93.586,76 3,79

3. Industri Pengolahan

304.965,84 14,76 314.602,77 14,36 327.923,50 14,10 341.875,08 13,84

a. Industri migas - - - -

b. Industri tanpa migas


(64)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4. Listrik, Gas dan Air Minum

18.690,13 0,90 19.839,07 0,91 21.232,67 0,91 22.752,34 0,92

a. Listrik 17.623,47 0,85 18.688,94 0,85 20.003,01 0,86 21.434,70 0,87

b. Gas - - - -

c. Air bersih 1.066,66 0,05 1.150,13 0,05 1.229,66 0,05 1.317,64 0,05

5. Bangunan 94.327,17 4,56 98.487,02 4,50 103.554,24 4,45 108.906,29 4,41

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

364.414,82 17,63 383.676,68 17,52 407.574,24 17,53 432.916,64 17,54

a. Perdagangan besar dan enceran

348.427,38 16,86 367.134,25 16,76 390.186,61 16,78 414.817,59 16,80

b. Hotel 7.220,86 0,35 7.409,41 0,34 7.715,76 0,33 8.038,37 0,33 c. Restoran 8.766,58 0,42 9.133,02 0,42 9.671,87 0,42 10.060,68 0,41

7. Pengangkutan & Komunikasi

92.796,55 4,49 98.710,51 4,51 102.693,90 4,42 107.251,63 4,34

a. Pengangkutan 86.135,70 4,17 91.484,18 4,18 95.018,85 4,09 98.830,57 4,00

1. Angkutan rel - - - -

2. Angkutan jalan raya

85.061,69 4,12 90.352,52 4,12 93.811,55 4,03 97.542,07 3,95

3. Angkutan air 245,57 0,01 249,24 0,01 256,27 0,01 262,59 0,01 4. Angkutan udara - - - - 5. Jasa penunjang angkutan

831,44 0,04 882,42 0,04 951,03 0,04 1.025,90 0,04

b. Komunikasi 6.660,85 0,31 7.226,33 0,33 7.675,05 0,33 8.421,06 0,34

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

73.690,57 3,57 78.823,03 3,60 82.437,83 3,55 86.427,68 3,50

a. Bank 17.070,85 0,84 18.651,27 0,85 19.583,35 0,84 20.593,92 0,83 b. Lembaga

keuangan tanpa bank

9.713,15 0,45 10.771,89 0,49 11.217,46 0,48 11.792,91 0,48

c. Sewa bangunan

46.637,84 2,27 49.123,64 2,24 51.352,28 2,21 53.746,36 2,18

d. Jasa perusahaan


(65)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

9. Jasa-jasa 351.940,57 17,36 362.958,24 16,57 376.942,98 16,21 390.532,61 15,82

a. Pemerintah umum

307.044,15 15,20 315.224,75 14,39 326.989,47 14,06 338.191,97 13,69

b. Swasta 44.896,42 2,16 47.733,49 2,18 49.953,51 2,15 52.341,03 2,12 1. Sosial

kemasyarakat an

10.048,39 0,49 10.549,81 0,48 11.224,60 0,48 11.971,97 0,48

2. Hiburan dan rekreasi

759,68 0,04 808,00 0,04 836,20 0,04 879,69 0,04

3. Perorangan dan rumahtangga

34.088,35 1,63 36.375,68 1,66 37.892,71 1,63 39.489,37 1,60

Jumlah PDRB 2.066.647,63 100,00 2.190.815,65 100,00 2.325.161,05 100,00 2.468.761,82 100,00

Sumber: PDRB 2005-2008, BPS Kab. Agam, dan Kab. Agam Dalam Angka 2008

Secara umum, semua sektor sampai tahun 2007 mengalami pertumbuhan yang positif, kecuali sektor pengangkutan dan komunikasi dan jasa- jasa yang mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2007

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sektor yang tingkat pertumbuhannya tetap positif selama kurun waktu 2004-2007 adalah sektor listrik dan air bersih. Sedangkan sektor yang paling besar mengalami kemunduran (penurunan negatif) adalah sektor perdagangan besar dan eceran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi serta jasa-jasa. Dari kedua hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sektor listrik dan air bersih merupakan sektor yang paling kuat bertahan (stabil) di Kabupaten Agam, sedangkan sektor perdagangan besar dan eceran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi serta jasa-jasa merupakan sektor yang paling rapuh atau mudah berfluktuasi.

1.2.5.2 Sektor-Sektor Basis Kabupaten

Jika dilihat dari kegiatan ekonomi yang paling produktif, maka wilayah ini merupakan wilayah yang masih bergantung terhadap kegiatan primer, tepatnya kegiatan pertanian yang merupakan


(66)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 55

penyumbang terbesar terhadap PDRB Kab. Agam, yang disusul oleh kegiatan perdagangan, industri dan jasa. Dengan kondisi perekonomian seperti itu, maka kegiatan perdagangan, industri dan jasa sebaiknya lebih diarahkan kepada kegiatan perdagangan, industri dan jasa yang mendukung kegiatan pertanian, ataupun kegiatan yang mendukung pariwisata

mengingat besarnya sektor pariwisata untuk terus

dikembangkan.

Kondisi lain yang juga perlu untuk dicermati berkaitan dengan struktur ekonomi Kabupaten Agam adalah penelaahan sektor– sektor yang menjadi sektor basis dan non-basis. Dari data hasil olahan dengan menggunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993 nampak beberapa sektor yang menjadi sektor basisi dimana sektor tersebut memiliki angka LQ lebih besar dari 1. Dari sektor primer terdapat beberapa sektor yang menjadi sektor basis yaitu sektor tanaman bahan makanan, sektor tanaman perkebunan serta sektor peternakan. Ketiga sektor tersebut dapat dikatakan telah dapat memenuhi kebutuhan didalam perekonomian Kabupaten Agam bahkan telah dapat pula di ekspor ke luar kabupaten tersebut. Hal ini menjadikan ketiga sektor tersebut adalah sektor basis.

Sementara itu untuk sektor sekunder yang dalam hal ini adalah sektor industri pengolahan yang dimiliki oleh Kabupaten Agam memiliki kondisi yang juga menjadikan sektor tersebut adalah sektor basis. Output yang dihasilkan oleh sektor industri pengolahan kabupaten ini tidak hanya di arahkan pada pemenuhan kebutuhan didalam perekonomian Kabupaten Agam namun juga untuk memenuhi kebutuhan yang terdapat diluar perekonomian kabupaten tersebut.


(67)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 56

Dilihat dari kondisi sebagaimana diuraikan di atas nampak perekonomian Kabupaten Agam memiliki banyak sektor basis dan hal ini merupakan salah satu keunggulan dari perekonomian tersebut. Dilain pihak dengan kenyataan bahwa sektor primer dan sektor sekunder telah dapat menjadi sektor basis maka perekonomian kabupaten ini telah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan untuk perekonomian diluar kabupaten.

Tabel I.16

Penghitungan Location Quotient Kabupaten Agam 2005 – 2008

No Sektor 2005 2006 2007 2008

1 Tanaman Bahan Makanan 1.76 1.93 1.95 1.98

2 Tanaman Perkebunan 1.45 1.37 1.39 1.39

3 Peternakan 1.16 1.15 1.17 1.25

4 Kehutanan 0.40 0.37 0.38 0.35

5 Perikanan 0.42 0.44 0.46 0.51

6 Pertambangan & Penggalian 0.81 0.82 0.86 0.87

7 Industri Pengolahan 1.16 1.14 1.15 1.21

8 Listrik 0.78 0.78 0.75 0.83

9 Air Bersih 0.39 0.38 0.38 0.45

10 Bangunan 1.10 1.08 1.08 1.14

11 Perdagangan besar & Eceran 1.13 1.12 1.12 1.16

12 Hotel 2.00 1.83 1.90 2.32

13 Restoran 0.78 0.80 0.81 0.80

14 Pengangkutan 0.34 0.37 0.36 0.39

15 Komunikasi 0.25 0.27 0.26 0.26

16 Bank 0.42 0.43 0.42 0.46

17 Lembaga Keuangan tanpa Bank & Jasa Penunjang Keuangan 0.36 0.33 0.32 0.35

18 Sewa Bangunan 0.95 0.95 1.02 1.13

19 Jasa Perusahaan 0.15 0.15 0.16 0.17

20 Jasa-jasa 0.92 0.91 0.96 0.98


(68)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 57

1.3 ISU

ISU STRATEGIS

Perkembangan suatu wilayah tidak terlepas dari isu-isu strategis, terkait dengan hal tersebut dapat disampaikan beberapa isu-isu strategis, antara lain:

1. Secara geografis terletak pada daerah rawan bencana (tsunami, gempa, gerakan tanah/lonsor, banjir, abrasi serta letusan gunung api);

2. Posisi Kabupaten Agam yang terletak pada kawasan yang sangat strategis yang dilalui jalur Lintas Tengah Sumatera dan Jalur Lintas Barat Sumatera dan dilalui oleh Fider Road yang menghubungkan Lintas Barat - Lintas Tengah - Lintas Timur Sumatera yang berimplikasi pada perlunya mendorong daya saing perekonomian, pentingnya memanfaatkan keuntungan geografis;

3. Masih adanya kesenjangan antar wilayah dalam Kabupaten Agam, ketimpangan pembangunan antara Agam wilayah Timur dan Agam wilayah Barat, dimana Agam wilayah Timur (Kecamatan Banuhampu, Baso, Tilatang Kamang, Sungai Pua, Ampek Angkek, Canduang dan Kecamatan IV Koto) yang berbatasan langsung dengan Kota Bukittinggi lebih berkembang dibanding dengan Agam wilayah Barat (Kecamatan Malalak, Matur, Tanjung Raya, Ampek Nagari, Palembayan, Tanjung Mutiara dan Kecamatan Palupuh).

4. Penurunan luas kawasan hutan dan kawasan resapan air, serta meningkatnya luas DAS kritis yang disebabkan alih fungsi lahan untuk perkebunan serta adanya penebangan liar;

5. Basis perekonomian Kabupaten Agam masih berada pada sektor primer yang berpotensi untuk dikembangkan;

6. Pemanfaatan sumber daya alam yang belum terkelola dengan baik seperti Kawasan Danau Maninjau, sumber-sumber energi terbarukan, potensi wisata sehingga belum berjalan secara sinergis yang berdampak kepada tingkat kesejahteraan masyarakat (tingginya angka kemiskinan (KK) dan masih rendah angka IPM)


(69)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 58 [ [ [


(70)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 II - 1

2.1 PERUMUSAN TUJUAN

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten memiliki fungsi :

 sebagai dasar untuk menformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

 memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan;

 sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

Tujuan penataan ruang Wilayah Kabupaten dirumuskan berdasarkan :

 visi dan misi pembangunan wilayah kabupaten;

 karakteristik wilayah kabupaten;

BAB 2

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN

STRATEGI


(1)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 VIII - 7

Bentuk lain dari peran serta masyarakat adalah melalui pertukaran informasi. Salah satu cara pertukaran informasi antara pemerintah dan masyarakat adalah melalui forum pertemuan. Forum pertemuan yang sekarang sering pula disebut Mekanisme Konsultasi Publik merupakan cara peran serta masyarakat yang cukup berdampak bila diselenggarakan dengan baik. Penyelenggaraan Konsultasi Publik ini adalah tanggung jawab pemerintah dan dapat berupa diskusi, lokakarya, atau seminar. Agar dapat berlangsung dengan baik dan benar serta bermanfaat maka sebaiknya konsultasi demikian dilakukan dengan bantuan seorang fasilitator atau pendamping. Dalam forum pertemuan atau konsultasi publik, pemerintah dapat menyampaikan rencana kerjanya dan masyarakat dapat menyampaikan masukan, saran, dan pertimbangan ataupun keberatan mereka. Syarat agar komunikasi dua arah ini tercapai adalah sikap terbuka dan kemauan mendengar dari kedua belah pihak.

Cara peran serta masyarat yang lain adalah melalui pemetaan partisipatif, cara ini terutama bermanfaat pada langkah kedua dalam proses perencanaan yaitu identifikasi potensi dan masalah. Dengan pemetaan partisipatif, masukan dan aspirasi masyarakat dapat disampaikan dalam bentuk yang jelas dan mudah dimengerti semua pihak. Bukan saja kejelasan mengenai hak masyarakat tetapi juga pandangan masyarakat mengenai tata guna lahan pada umumnya dapat terlihat dari kegiatan ini. Pemetaan partisipatif juga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan dan mencapai kesepakatan atas rencana pemanfaatan ruang itu sendiri. Misalnya untuk menentukan batas hutan, lokasi pemukiman dan lahan pertanian dan kebutuhan akan transportasi.

Manfaat yang sudah teruji adalah bahwa pemetaan partisipatif merupakan cara efektif untuk mendorong peran serta karena cukup mudah dilakukan; kegiatan ini juga merupakan proses penyadaran dan pemberdayaan masyarakat karena penggalian informasi berlangsung melalui diskusi yang memunculkan keterkaitan antara berbagai hal dan kegiatan dalam kawasan tertentu; dan bagi orang luar pemetaan bermanfaat untuk mengetahui gambaran tentang keadaan wilayah, membantu orang luar tersebut belajar dan mengerti cara

pandang masyarakat, prioritas mereka dan alasan-alasan mereka


(2)

RTRW Kab. Agam 2010-2030 VIII - 8

Masyarakat juga dapat berperan serta melalui proses pengelolaan konflik mengingat bahwa penataan ruang pada dasarnya dilakukan untuk mengelola konflik kepentingan dalam alokasi atau pembagian pemanfaatan berbagai sumberdaya. Salah satu konflik yang terpenting adalah pertentangan antara kepentingan umum, termasuk kepentingan masyarakat umum di luar kabupaten, dengan kepentingan perorangan.

Dalam mengelola konflik, langkah pertama adalah pengakuan bahwa memang ada konflik kepentingan atau beda pendapat mengenai penataan ruang. Setelah itu dirundingkan cara terbaik menyelesaikan konflik tersebut. Salah satu cara penyelesaian konflik atau beda pendapat meliputi konsultasi dan perundingan atau dengan perkataan lain melalui musyawarah. Bila perlu perundingan melibatkan seorang penengah dan/atau tenaga ahli. Diharapkan bahwa cara ini menghasilkan kompromi yang menguntungkan dan memuaskan bagi semua pihak yang kemudian dapat menjadi kesepakatan bersama


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

rtrw_2010_2030

1 15 381