RTRW Kab. Agam 2010-2030 VI -
37
1. Identifikasi penyebaran plasma nutfah yang dilindungi; 2. Penyusunan program pengamanan terhadap plasma nutfah yang
dilindungi; 3. Miningkatkan pengawasan kawasan; dan
4. Menyediakan infrastruktur lingkungan. Program utama yang sebaiknya dilakukan dalam kerangka mewujudkan
kawasan lindung ekosistem pulau-pulau kecil terumbu karang adalah:
1.
Penetapan tata batas kawasan lindung ekosistem pulau-pulau kecil terumbu karang;
2.
Identifikasi potensi dan penyebaran terumbu karang;
3.
Penyusunan program kegiatan perlindungan kawasan; dan
4.
Perumusan strategi pengamanan. Program utama yang sebaiknya dilakukan dalam kerangka mewujudkan
kawasan lindung hutan Mangrove adalah: 1. Mengidentifikasi penyebaran mangrove;
2. Menyusun perencanaan pengembangan kawasan hutan mangrove; 3. Pelaksanaan pembangunan hutan mangrove pembibitan, penanaman
dan pemeliharaan; dan 4. Pengawasan.
6.3.2 Rencana Perwujudan Kawasan Budidaya Rencana Perwujudan Hutan Produksi
Kabupaten Agam memiliki potensi hutan produksi yang cukup luas dan tersebar di beberapa Kecamatan. Untuk rencana pengembangan kawasan
peruntukan hutan produksi sampai dengan tahun 2030 adalah seluas ± 21.390 Ha yang terdiri dari kawasan hutan produksi terbatas HPT seluas
± 15.250 Ha, hutan produksi tetap HP seluas ± 1.430 Ha, dan hutan produksi yang dapat dikonversi HPK seluas ± 7.210 Ha.
RTRW Kab. Agam 2010-2030 VI -
38
Penetapan kawasan hutan produksi ditujukan untuk mewujudkan kawasan hutan produksi yang dapat memberikan manfaat :
a. Mendorong peningkatan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
b. Mampu meningkatkan fungsi lindung, menjaga keseimbangan tata air dan lingkungan, dan pelestarian kemampuan sumberdaya hutan;
c. Mampu menjaga kawasan lindung terhadap pengembangan kawasan budidaya;
d. Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan, meningkatkan pendapatan daerah, dan meningkatkan lapangan kerja
bagi masyarakat sekitar hutan; e. Meningkatkan nilai tambah produksi hasil hutan dan industri
pengolahannya, dan meningkatkan ekspor; atau f. Mendorong perkembangan usaha dan peran masyarakat sekitar hutan.
Langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk pengelolaan hutan produksi ini adalah :
1.
Penetapan tata batas yang jelas.
2.
Fasilitasi dalam izin pengelolaan.
3.
Pemasangan batas luar kawasan dan blok pemanfaatan dan blok perlindungan.
4.
Pembangunan infrastruktur pendukung untuk pemanfaatan sumber daya air pertanian, mikrohidro, kebutuhan air bersih dan sebagainya.
5.
Pembangunan fasilitas wisata alam jika diperlukan.
6.
Fasilitasi pemasaran hasil produksi kehutanan dan perkebunan.
Recana Perwujudan Kawasan Pertanian Pertanian Lahan Basah pertanian tanaman pangan berkelanjutan;
Program yang dikembangkan untuk pertanian lahan basah atau pertanian tanaman pangan berkelanjutan adalah :
RTRW Kab. Agam 2010-2030 VI -
39
1.
Penetapan deliniasi lahan sawah yang cadangkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan.
2.
Menyusun program dan kegiatan dalam rangka mewujudkan pertanian tanaman pangan berkelanjutan.
3.
Peningkatan pelayanan irigasi teknisdesa dengan jaminan pasokan air yang mencukupi. Perbaikan irigasi dilakukan secara terprogam dan
sesuai prioritas dengan mengacu pada kondisi terakhir dari irigasi teknisdesa yang ada pada laporan kondisi irigasi terakhir,
4.
Peningkatan produksi pertanian sawah melalui intensifikasi lahan sehingga hasil panen dapat dicapai lebih dari 4,2 tonha,
5.
Untuk meningkatkan pendapatan petani perlu dikembangkan padi organik bersertifikat sehingga sebagian hasil panen dapat dijual dengan
nilai ekonomi yang tinggi,
6.
Diperlukan berbagai insentif keringanan pajakretribusi dan subsidi guna meningkatkan produktivitas lahan dan kinerja petani,
7.
Penguatan kelembagaan petani terkait dengan pengelolaan lahan dan air irigasi, pengadaan sarana produksi, panen dan pengolahan pasca
panen termasuk pemasaran.
Pertanian Lahan Kering Hortikultura; untuk mewujudkan rencana pola
ruang pertanian lahan kering dan hortikultura diperlukan hal-hal berikut : 1. Penetapan kawasan dan sentra pertanian lahan kering untuk
Kabupaten Agam. 2. Penetapan komoditas unggulan sesuai karakteristik sub kawasan.
3. Pengembangan pertanian organik dalam upaya pengelolaan pertanian berkelanjutan serta upaya peningkatan pendapatan pertanian karena
hasil panen dapat dijual dengan nilai ekonomi yang tinggi. 4. Peningkatan
produksi komoditas
melalui intensifikasi
lahan, ekstensifikasi dan optimasi lahan.
RTRW Kab. Agam 2010-2030 VI -
40
5. Pembangunan prasarana dan sarana pertanian, seperti jalan produksi, peralatan budidaya dan teknologi pengolahan pasca panen.
6. Penguatan kelembagaan petani terkait dengan pengelolaan lahan, penggunaan
pupuk organik,
pengangkutan, pengolahan
dan pemasaran serta permodalan.
7. Pembangunan infrastruktur kawasan agropolitan yang terdiri dari sub sistem:
a. Subsistem Hulu Up Stream: sarana produksi pertanian industri pembibitan, agrokimia, agrootomotif
b. Subsistem Usaha tani On Farm: produksi pertanian primer budidaya
c. Subsistem Hilir Down Stream: pengolahan hasil pertanian dan perdagangan.
d. Subsistem Kelembagaan Supporting Institution: perbankan, transportasi, penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah,
penyuluhan dan konsultan, dll
Rencana Perwujudan Kawasan Peternakan
Program yang dikembangkan untuk kawasan peternakan adalah : 1. Pengembangan sentra peternakan ternak besar sapi di Kecamatan
Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, IV Nagari Sapi Bali, Ampek Angkek, Baso, Canduang dan Tilatang Kamang Simental, Brahman dan PO
dan Tanjung Raya dan Malalak Brahman dan PO. Sebagai sentra peternakan ternak besar perlu dilengkapi dengan prasarana dan sarana
reproduksi pembibitan, penggemukan dan pemanfaatan daging RPH 2. Pengembangan sentra peternakan ternak kecil kambing domba di
Kecamatan Kamang, Lubuk Basung dan IV Nagari. Pada kawasan sentra peternakan ternak kecil ini seyogyanya juga dibangun prasarana
dan sarana pendukung agar sentra berfungsi dan terjadi peningkatan populasi dan produksi ternak kambing dan domba.
RTRW Kab. Agam 2010-2030 VI -
41
3. Pengembangan sentra peternakan unggas direncanakan di Kecamatan Tilatang Kamang, Baso, Lubuk Basung dan Tanjung Mutiara Ayam
Buras, Kecamatan Tilatang Kamang, Baso dan IV Angkek ayam petelur dan di Kecamatan Tilatang Kamang, Baso, Kamang Magek
dan Lubuk Basung ayam pedaging serta Kecamatan Tilatang Kamang dan Kamang Magek dan Lubuk Basung itik,
4. Pengembangan kawasan agribisnis peternakan 5. Pengembangan kawasan integrasi seperti :
Kawasan integrasi perternakan – tanaman pangan dan hortikultura organic farm
Kawasan integrasi perternakan - perkebunan kakao, kelapa sawit Kawasan integrasi perternakan - perikanan
6. Sesuai dengan UU penyuluhan, dilakukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan para peternak sehingga diperoleh peningkatan
populasi dan produksi peternakan yang berdampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.
7. Pengembangan pakan ternak lokal dengan mengandalkan hasil pertanian dan perikanan lokal.
Recana Perwujudan Kawasan Perkebunan
Jenis komoditas perkebunan utama yang dikembangkan di Kabupaten Agam adalah kelapa dalam, kelapa sawit, kakao, kopi, casiavera, karet dan
gambir. Program untuk pengembangan berbagai jenis komoditas perkebunan ini adalah :
1. Penetapan komoditas unggulan sesuai karakteristik sub kawasan 2. Penetapan delineasi kawasan perkebunan yang potensial dan tidak
berada pada kawasan konservasi lindung. 3. Peningkatan
produksi komoditas
melalui intensifikasi
lahan. Peningkatan produksi ini dilakukan melalui bantuan sarana produksi
RTRW Kab. Agam 2010-2030 VI -
42
perkebunan, peningkatan keterampilan budidaya dan pengolahan pasca panen.
4. Peningkatan kemampuan petani dalam pengolahan hasil pasca panen 5. Pembenahan tata niaga hasil perkebunan
6. Fasilitasi permodalan bagi petani
Recana Perwujudan Kawasan Perikanan
Kawasan perikan terdiri dai dua kawasan yaitu kawasan perikanan air tawar dengan sentra produksinya di Kecamatan Tanjung Raya dan kawasan
perikanan laut dengan sentra produksinya di Kecamatan Tanjung Mutiara. Program yang dikembangkan pada kawasan perikanan air tawar adalah:
1. Peningkatan usaha perikanan air tawar yang ramah lingkungan di Danau Maninjau
2. Pengendalian dan peningkatan pelayanan perizinan usaha. 3. Peningkatan pemasaran, standar mutu, dan nilai tambah produk
perikanan. 4. Pengembangan sistem data, statistik dan informasi perikanan.
5. Perwujudan Minapolitan dengan kegiatan: a. Penetapan kawasan minapolitan
b. Penyiapan program minapolitan c. Penyusunan rencana rinci dan rencana aksi agro minapolitan
d. Penyiapan masyarakat e. Pembangunan infrastruktur pendukung kawasan Minapolitan yang
terdiri dari sub sistem: Subsistem Hulu Up Stream: sarana produksi perikanan
pembibitan, industri pakan, dll
RTRW Kab. Agam 2010-2030 VI -
43
Subsistem Usaha Perikanan On Farm: produksi perikanan budidaya yang ramah lingkungan sertab tempat bongkar muat
ikan. Subsistem Hilir Down Stream: pengolahan hasil perikanan
dan tata niaga perikanan. Subsistem Kelembagaan Supporting Institution: perbankan,
transportasi, penelitian
dan pengembangan,
kebijakan pemerintah, penyuluhan dan konsultan, dll
f. Pendampingan dan Pelaksanaan kegiatan g. Pemantauan dan pengembangan
Program yang dikembangkan untuk kawasan perikanan laut adalah : 1. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, yang meliputi nelayan dan
pembudidaya ikan. 2. Pengembangan usaha perikanan skala kecil tambak dan budidaya
laut. 3. Melanjutkan pembangunan pelabuhan perikanan Tiku berikut fasilitas
penunjangnya. 4. Pemantapan pembiayaan pembangunan pelabuhan melalui dana
alokasi khusus DAK Departemen Kelautan dan Perikanan. 5. Operasional dan pengelolaan Pelabuhan Perikanan Tiku
6. Peningkatan usaha industri pengolahan ikan laut
Recana Perwujudan Kawasan Pertambangan
Upaya perwujudan kawawan pertambangan dilaksanakan melalui peningkatan pengelolaan dan pengembangan, serta pembinaan dan
pengawasan bidang pertambangan dan energi. Arahan kegiatan yang akan dilaksanakan pada program ini meliputi:
RTRW Kab. Agam 2010-2030 VI -
44
1. Inventarisasi sumberdaya mineral, pembinaan, dan pengawasan bidang pertambangan dan galian Golongan A, B, dan C, serta air
bawah tanah, yang berpotensi untuk dieksploitasi dalam skala ekonomi. 2. Melakukan kajian daya dukung lingkungan untuk ekploitasi bahan
tambang dan galian. 3. Menetapkan satuan Wilayah Pertambangan WP yang meliputi
Wilayah Usaha Pertambangan WUP, Wilayah Pertambangan Rakyat WPR
dan Wilayah Pertambangan
Negara WPN
dengan pertimbangan perlindungan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat lokal. 4. Menyusun profil potensi, prosedur dan mekanisme perizinan serta
rencana bisnis bussines plan untuk masing-masing WUP, WPR dan WPN.
5. Melakukan kajian sumberdaya energi alternatif yang meliputi panas bumi dan tenaga air, listrik pedesaan.
6. Melakukan promosi untuk menarik investasi pengembangan bidang pertambangan dan energi.
Recana Perwujudan Kawasan Pariwisata
Sesuai dengan potensi wisata wisata alam, budaya, buatan serta minat khusus di Kabupaten Agam, upaya perwujudan kawawan pariwisata
dilaksanakan melalui peningkatan pengelolaan objek wisata dan pengembangan SDM, serta pembinaan dan pengawasan bidang
pariwisata. Program yang dikembangkan untuk perwujudan pengembangan kawasan
pariwisata alam adalah :
1.
Pendataan objek wiasata alam yang tersebar di seluruh Kabupaten Agam.
2.
Pemilihan secara objek-objek wisata alam yang potensial untuk dikembangkan.
RTRW Kab. Agam 2010-2030 VI -
45
3.
Penyusunan skenario pengembangan dan pengelolaannya yang terpadu dengan kebijakan kepariwisataan tingkat propvinsi maupun
nasional.
4.
Membangunan serta melengkapi objek wisata alam yang diunggulkan dengan fasilitas penunjang wisata.
5.
Melakukan kerja sama dengan berbagai fihak dalam rangka pengembangan dan pembangunan berbagai fasilitas penunjang objek
wisata alam.
6.
Melakukan promosi melalui berbagai media, dan mengikuti berbagai event promosi.
7.
Melakukan kerjasama dengan berbagai biro perjalanan dalam upaya pemasaran yang progresif.
8.
Evaluasi dan pengawasan Program yang dikembangkan untuk perwujudan pengembangan kawasan
pariwisata budaya adalah :
1.
Pendataan objek wiasata budaya yang tersebar di seluruh Kabupaten Agam.
2.
Pemilihan secara objek-objek wisata budaya yang potensial untuk dikembangkan.
3.
Penyusunan skenario pengembangan dan pengelolaannya yang terpadu dengan kebijakan kepariwisataan tingkat propvinsi maupun
nasional.
4.
Melakukan kerja sama dengan berbagai fihak dalam rangka pengembangan dan pembangunan objek wisata budaya.
5.
Penggalian dan menumbuhkembangkan nilai-nilai budaya lokal peninggalan sejarah, kesenian, kerajinan yang dapat menunjang
objek wisata budaya serta fasilitas penunjang wisata bangunan tradisional.
RTRW Kab. Agam 2010-2030 VI -
46
6.
Melakukan promosi melalui berbagai media, dan mengikuti berbagai event promosi.
7.
Melakukan kerjasama dengan berbagai biro perjalanan dalam upaya pemasaran yang progresif.
8.
Evaluasi dan pengawasan
Program yang dikembangkan untuk perwujudan pengembangan kawasan pariwisata buatan adalah :
1.
Inventarisasi objek-objek wisata buatan potensial yang dapat dikembangkan di kabupaten Agam.
2.
Pemberian kemudahan dalam proses perizinan.
3.
Melakukan kerja sama dengan berbagai fihak investor dalam rangka pengembangan dan pembangunan objek wisata buatan.
4.
Melakukan promosi melalui berbagai media, dan mengikuti berbagai event promosi.
5.
Melakukan kerjasama dengan berbagai biro perjalanan dalam upaya pemasaran yang progresif.
6.
Evaluasi dan pengawasan
Program yang dikembangkan untuk perwujudan pengembangan kawasan pariwisata minat khusus adalah :
1. Inventarisasi objek-objek wisata minat khusus potensial yang dapat dikembangkan di Kabupan Agam.
2. Melanjutkan kegiatan minat khusus yang sudah berjalan selama ini. 3. Pemberian kemudahan dalam proses perizinan.
4. Melakukan kerja sama dengan berbagai fihak dalam rangka pengembangan dan pengelolaan objek wisata minat khusus.
5. Melakukan promosi melalui berbagai media, dan mengikuti berbagai event promosi.
RTRW Kab. Agam 2010-2030 VI -
47
6. Melakukan kerjasama dengan berbagai biro perjalanan dalam upaya pemasaran yang progresif.
7. Evaluasi dan pengawasan
Recana Perwujudan Kawasan Permukiman Permukiman Perkotaan; pembangunan kawasan permukiman perkotaan
akan kita temui di Kota Lubuk Basung, ibukota kecamatan dan Kawasan Perbatasan Agam
– Kota Bukittinggi kawasan strategis berbatasan. Prinsip dasar yang perlu mendapat perhatian dalam pembangunan
permukiman perkotaan adalah adalah: 1. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan harus mengacu
kepada rencana tata ruang yang berlaku RTRW, RDTR kawasan perkotaan.
2. Perencanaan dan pelaksanaan konstruksi bangunan harus mengacu kepada standar pembangunan yang lebih amantahan gempa.
3. Pemilihan lokasi harus mempertimbangkan minimalisasi resiko bencana longsor, banjir, sesar aktif, alur lahar gunung berapi.
4. Mempertimbangkan penyediaan bangunan penyelamat escape building sebagai rumah perlindungan bersama bila terjadi bencana
alam. Pada saat normal tidak terjadi bencana bangunan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bangunan sosial, baik untuk balai
pertemuan, balai adat, kegiatan agama, dll. Bangunan ini tentunya harus tahan gempa dan berada pada kawasan yang aman dan mudah
dijangkau. 5. Permukiman seyogyanya harus didukung dengan infrastruktur dasar,
seperti sistem transportasi, air bersih, listrik, telekomunikasi yang memadai, sanitasi lingkungan dan adanya pengelolaan sampah yang
baik serta dilengkapi dengan fasilitas pendidikan, kesehatan dan perdagangan.
RTRW Kab. Agam 2010-2030 VI -
48
Pengembangan permukiman dalam hal penyediaan perumahan formal dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional yaitu komposisi 1:3:6,
artinya bila dibangun sebuah rumah mewah harus sebanding dengan pembangunan 3 rumah sedang dan 6 rumah sederhana. Komposisi
tersebut sekaligus menggambarkan keberpihakan pemerintah kepada pemenuhan kebutuhan permahan untuk masyarakat berpenghasilan
rendah MBR. Adapun program yang perlu dikembangkan untuk permukiman perkotaan
adalah sebagai berikut : 1. Percepatan penyediaan perumahan melalui kegiatan : Penyediaan KPR
– Rumah Sederhana Sehat RSH bersubsidi, Pengembangan perumahan swadaya dan Pengembangan KasibaLisiba.
2. Penataan dan rehabilitasi lingkungan kawasan perkampungan kumuh. Kegiatan ini ditujukan untuk kawasan yang memiliki lingkungan
permukiman yang kurang sehat serta kondisi perumahan yang kurang layak pada kota-kota yang menjadi pusat pengembangan.
3. Revitalisasi kawasan tradisionaletnisbersejarah yaitu kawasan yang mempunyai bangunan bersejarah yang bernilai atau bermakna penting
4. Peningkatan penyehatan lingkungan permukiman. 5. Pengembangan prasarana dan sarana kawasan cepat tumbuh
perkotaan, seperti Kota Lubuk Basung maupun kawasan perkotaan di wilayah berbatasan Agam - Bukittinggi.
Permukiman Perdesaan; Ciri permukiman perdesaan adalah tersebar
secara mengelompok di sepanjang jalan utama dan sebagian lainnya berada pada kawasan yang mempunyai akses yang rendah. Program
perwujudan permukiman perdesaan yang dilakukan adalah :
1.
Identifikasi kebutuhan perumahan dan penyediaan perumahan perdesaan melalui bantuan pemerintah dan pembangunan perumahan
swadaya.
RTRW Kab. Agam 2010-2030 VI -
49
2.
Identifikasi kelompok permukiman perdesaan yang berada pada kawasan lindung dan budidaya. Bila terdapat permukiman kelompok
rumah yang berada pada kawasan lindung, maka direkomendasikan jalan keluarnya, baik melalui pelepasan hak hutan atau relokasi.
3.
Identifikasi bangunan fasilitas umum dan perumahan yang berada pada kawasan rawan bencana dan merekomendasikan mitigasi ataupun
relokasi terhadap bangunan tersebut.
4.
Identifikasi bangunan fasilitas umum dan perumahan yang tidak memenuhi konstruksi tahan gempa dan merekomendasikan rencana
penanganannya secara teknis
5.
Klasifikasi kelompok permukiman yang berada pada kawasan budidaya yang mempunyai akses tinggi, sedang dan rendah remote area.
6.
Identifikasi kelengkapan prasarana dan sarana permukiman pada masing-masing
kelompok permukiman
pada poin
b dan
rekomendasikan rencana pembangunannya.
6.3.3 Rencana Perwujudan Kawasan Strategis