Komitmen Organisasi Pengaruh Tindakan Supervisi Terhadap Kinerja Manajerial

2. Affiliation Motivation, adalah dorongan untuk melakukan hubungan- hubungan dengan orang lain. 3. Competence Motivation, adalah dorongan untuk berprestasi baik dengan melakukan pekerjaan yang bermutu tinggi. 4. Power Motivation, adalah dorongan untuk dapat mengendalikan suatu keadaan dan adanya kecenderungan mengambil resiko Sedangkan tujuan pemberian motivasi diantaranya adalah : 1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan 2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan 3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan 4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan 5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan. 6. Mengefektifkan pengadaan karyawan 7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik 8. Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan 9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan 10. Mempertingi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya 11. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

2.2.3. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi cenderung didefinisikan sebagai suatu perpaduan antara sikap dan perilaku. Komitmen organisasional Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. menyangkut tiga sikap yaitu rasa mengidentifikasi dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan kepada organisasi Ferris dan Aranya, 1983 dalam Trisnaningsih 2003:200. Kalbers dan Fogarty 1995 dalam Trisnaningsih 2003:200 menggunakan dua pandangan tentang komitmen organisasional yaitu affective dan continuence. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa komitmen organisasi affective berhubungan dengan satu pandangan profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi, sedangkan komitmen organisasi continuence berhubungan secara positif dengan pengalaman dan secara negatif dengan pandangan profesionalisme kewajiban sosial. Menurut Kreitner dan Kinicki 2003:274, komitmen organisasi mencerminkan bagaimana seorang individu mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dan terikat dengan tujuan-tujuannya. Sedangkan menurut Robbins 2001:140, komitmen pada organisasi merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Dari beberapa definisi mengenai komitmen organisasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi cenderung didefinisikan sebagai suatu perpaduan antara sikap rasa mengidentifikasi dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan kepada organisasi sehingga karyawan tersebut berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.4. Budaya Organisasi

2.2.4.1. Pengertian Budaya Organisasi

Beberapa definisi tentang budaya organisasi diberikan oleh beberapa ahli diantaranya adalah Williams 2001:76 menyatakan bahwa budaya organisasi adalah nilai-nilai keyakinan dan sikap yang berlaku diantara para anggota organisasi. Budaya organisasi seringkali diciptakan oleh pendiri perusahaan, kemudian dipertahankan dengan cara memberitahukan riwayat organisasi dan merayakan kepahlawanan organisasi. Sedangkan menurut Robbins 1994:479 budaya organisasi sendiri tidak pernah kekurangan definisi. Budaya organisasi dijelaskan, misalnya sebagai nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi, falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan, cara pekerjaan dilakukan ditempat itu dan asumsi dan kepercayaan dasar yang terdapat diantara anggota organisasi. Dan budaya organisasi menurut Ndraha 1997:102 adalah potret atau rekaman hasil proses budaya yang berlangsung di dalam suatu organisasi atau perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan nilai-nilai yang ada, yang diciptakan dalam suatu kelompok yang akan membantu untuk menjelaskan aspek-aspek kehidupan yang tersembunyi dan rumit, yang merupakan nilai yang diterima bersama. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai tersebut maka makin besar pula Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. komitmen mereka terhadap nilai-nilai tersebut yang berarti makin kuatnya budaya yang tercipta. Hal ini menunjukkan bahwa anggota- anggota organisasi tersebut memiliki budaya yang kuat sehingga dapat bekerja untuk organisasi.

2.2.4.2. Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Ndraha 1997:45 fungsi budaya pada umumnya sukar dibedakan dengan fungsi budaya kelompok atau budaya organisasi, karena budaya merupakan gejala sosial. Beberapa fungsi budaya diantaranya: 1. Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat. Identitas ini terbentuk oleh berbagai faktor seperti sejarah, kondisi dan sisi geografis, sistem- sistem sosial, politik dan ekonomi, dan perubahan nilai-nilai didalam masyarakat. 2. Sebagai pengikat suatu masyarakat. Kebersamaan sharing adalah faktor pengikat yang kuat seluruh anggota masyarakat. 3. Sebagai sumber. Budaya merupakan sumber inspirasi, kebanggaan, dan sumber daya. Budaya dapat menjadi komoditi ekonomi, misalnya wisata budaya. 4. Sebagai kekuatan penggerak. Karena jika budaya terbentuk melalui proses belajar-mengajar learning process maka budaya itu dinamis, resilient, tidak statis dan tidak kaku. 5. Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 6. Sebagai pola perilaku. Budaya beisi norma tingkah laku dan menggariskan batas-batas toleransi sosial. 7. Sebagai warisan. Budaya disosialisasikan dan diajarkan kepada generasi berikutnya. 8. Sebagai substitusi pengganti formalisasi. 9. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perusahaan. 10. Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan negara sehingga terbentuk nation-state.

2.2.4.3. Karakteristik Utama Budaya Organisasi

Menurut Robbins 1994:480 terdapat sepuluh karakteristik utama dari budaya organisasi serta indikatornya, yaitu: 1. Inisiatif individu diantaranya adalah Tingkat tanggung jawab, Kebebasan serta Independensi 2. Toleransi Risiko yaitu sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko dalam hal pengembangan pekerjaan. 3. Arahan yaitu sejauh mana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi. 4. Integrasi yaitu tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 5. Dukungan manajemen yaitu tingkat sejauh mana para manajer memberi komunikasi yang jelas, bantuan, serta dukungan terhadap bawahan mereka. 6. Pengendalian yaitu jumlah pengaturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai 7. Identitas yaitu tingkat sejauh mana para anggota mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian profesional. 8. Sistem imbalan yaitu tingkat sejauh mana alokasi imbalan misal: kenaikan gaji, promosi didasarkan atas kriteria prestasi pegawai sebagai kebalikan dari senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. 9. Toleransi konflik yaitu tingkat sejauh mana para pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. 10. Pola komunikasi yaitu tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal. Kesepuluh karakteristik tersebut mencakup dimensi struktural maupun prilaku. Kebanyakan dimensi tersebut berkaitan erat dengan desain organisasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.5. Kinerja Manajerial

2.2.5.1. Pengertian Kinerja Manajerial

Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang. Pengertian kinerja prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya Mangkunegara 2002:67 Menurut Riyadi 2000:141, kinerja manajerial adalah kinerja manajer dalam kegiatan-kegiatan manajerial yang meliputi : perencanaan, investigasi, pengkoordinasiaan, evaluasi, pengawasan staff, dan perwakilan representasi. Menurut Mahoney 1998 dalam Kristy , 2001:23, kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial yang dapat meningkatkan keefektifan organisasional. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja manajerial adalah penilaian perilaku manajer dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.5.2. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja menurut Mulyadi 2001:419, adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan personelnya, berdasarkan sasaran,standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan didalam organisasi. Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam organisasi.

2.2.5.3. Manfaat Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh organisasi untuk : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian personel-personel secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan personel, seperti :promosi, transfer dan pemberhentian. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3. Mengidentifikasi kebutuhan latihan dan pengembangan personel untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan personel. 4. Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan

2.2.6. Pengaruh Tindakan Supervisi Terhadap Kinerja Manajerial

Teori yang melandasi pengaruh tindakan supervisi terhadap kinerja manajerial adalah teori kemungkinan contingency theory yang terdapat dalam buku Anthony, et al 2003:49 bahwa ada tiga pendekatan yang digunakan manajemen untuk mengendalikan organisasi salah satunya adalah pendekatan tradisional, yang menekankan pada pengorganisasian, perencanaan dan pengendalian. Menurut Nurahma dan Indriantoro 2000:102 yang menganalisis tindakan supervisi dan kepuasan kerja akuntan pemula menunjukkan hasil bahwa semakin baik pelaksanaan tindakan supervisi seperti yang disarankan AECC, maka tingkat kepuasan kerja akan semakin tinggi. Dengan demikian tindakan supervisi mempunyai hubungan yang erat dengan kepuasan kerja. Semakin baik pelaksanaan tindakan supervisi maka akan semakin tinggi kepuasan kerja dan juga sebaliknya apabila tindakan supervisi tidak tetap maka akuntan pemula tidak mendapati kepuasan kerja. Berdasarkan keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan yang digunakan oleh manajemen untuk mengendalikan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. organisasi dengan pendekatan tradisional yang menekankan pada pengorganisasian, perencanaan dan pengendalian, sehingga semakin baik pelaksanaan tindakan supervisi maka akan semakin tinggi kinerja manajerial dan juga sebaliknya

2.2.7. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial

Dokumen yang terkait

PENGARUH MOTIVASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DAN KINERJA KARYAWAN.

0 4 15

TESIS PENGARUH MOTIVASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DAN KINERJA KARYAWAN.

0 5 12

PENDAHULUAN PENGARUH MOTIVASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DAN KINERJA KARYAWAN.

0 3 8

PENUTUP PENGARUH MOTIVASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DAN KINERJA KARYAWAN.

0 6 21

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN CV. MUSTIKASARI Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan CV.Mustikasari Sragen.

0 6 16

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN CV. MUSTIKASARI Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan CV.Mustikasari Sragen.

0 3 13

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEDISIPLINAN, BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kedisiplinan, Budaya Organisasi, Motivasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pengelola Keuangan Daerah (Studi Pada Di

0 3 15

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEDISIPLINAN, BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kedisiplinan, Budaya Organisasi, Motivasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pengelola Keuangan Daerah (Stud

0 4 16

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT. DJITOE Pengaruh Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Pt. Djitoe Indonesian Tobacco Di Surakarta.

0 2 15

PENGARUH TINDAKAN SUPERVISI, MOTIVASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. RAJA JAYA NUSANTARA DI SURABAYA

0 0 15