dalam menentukan pemahaman mengenai kebermaknaan itu sendiri. Ketika mattering tidak tercapai khususnya pada figur yang dianggap penting, misalnya pada orang tua,
maka  hal  tersebut  akan  menjadi  suatu  bentuk  penolakan  diri  yang  mendalam  pada individu Elliot,2009.
Konsep  ini  menjadi  teori  utama  yang  digunakan  oleh  peneliti  dalam  melihat bagaimana  persepsi  remaja  tunadaksa  itu  sendiri  mengenai  kebermaknaan  mereka
dalam  lingkungan,  secara  khusus  didalam  keluarga,  berdasarkan  indikator-indikator yang  akan  dijelaskan  pada  bagian  selanjutnya.  Didalam  penelitian  digunakan  istilah
family  matters  untuk  merujuk  kepada  konsep  mattering  yang  diaplikasikan  didalam kehidupan keluarga. Hal ini menjadi penting, mengingat interaksi ataupun perlakuan
dari  lingkungan  secara  khusus  keluarga,  akan  memberikan  kontribusi  terhadap bagaimana  individu  memandang  dirinya  sendiri,  terkait  dengan  keterbatasan  yang
mereka miliki sebagai penyandang tunadaksa. Berdasarkan  pemaparan  diatas,  maka  dapat  disimpukan,  bahwa  family  matters
merupakan  konsep  yang  bersifat  kognitif,  yang  dimunculkan  dalam  bentuk  persepsi mengenai  kebermaknaan  diri  dalam  lingkungan,  secara  khusus  keluarga,  yang
dipelajari berdasarkan pengalaman personal serta pengalaman sosialisasi.
2. Komponen Mattering
Terdapat tiga komponen yang menjadi indikator dalam melihat gambaran family matters pada individu Elliot,2009.
a. Awareness Komponen ini melibatkan individu sebagai fokus bagi perhatian orang lain, yang
sepenuhnya  bersifat  kognitif.  Seseorang  akan  merasa  penting  apabila  orang  lain merealisasikan keberadaan mereka dan memandang mereka sebagai seorang individu
yang  dapat  dibedakan  dari  orang  lain  meskipun  ditengah  keramaian.  Selain  itu, Komponen  ini  juga  mengindikasikan  reaksi  yang  dimunculkan  oleh  lingkungan,
misalnya  keluarga,  terhadap  kehadiran  partisipan  serta  keterlibatan  partisipan ditengah-tengah keluarga.
b. Importance Komponen  kedua  dari  mattering  bersifat  lebih  kompleks,  yang  mengisyaratkan
sebuah  hubungan  antara  individu  dengan  orang  lain  yang  dianggap  penting  bagi mereka. Ketika orang lain menyediakan dukungan secara emosional, mau melakukan
sesuatu agar apa yang diperlukan terpenuhi, atau turut merasa bangga dengan prestasi yang  dicapai,  menginvestasikan  waktu  dan  energi  mereka  untuk  kebaikan  individu,
maka  hal  tersebut  mengindikasikan  bahwa  individu  tersebut  menjadi  bagian  yang penting dalam dunia mereka.
c. Reliance Pada  komponen  ini,  seorang  individu  merasa  bermakna  jika  orang  lain  melihat
diri individu tersebut sebagai individu yang dapat menjadi solusi bagi keperluan atau kebutuhan orang lain.
Berdasarkan  tiga  komponen  yang  telah  dikemukakan  diatas,  dapat  disimpulkan bahwa  ketiga  komponen  ini  sepenuhnya  bersifat  kognitif.  Persepsi  mengenai
kebermaknaan  diri  oleh  individu  muncul  bila  orang  lain  menyadari  keberadaan dirinya  seutuhnya  awareness,  menyediakan  dukungan  secara  emosional,
menginvestasikan waktu, energi serta bersedia berkorban demi terpenuhinya apa yang diperlukan  importance  serta  apabila  individu  dapat  menjadi  solusi  bagi  keperluan
ataupun  kebutuhan  orang  lain,  misalnya  dalam  memberikan  bantuan  ataupun  solusi atas permasalahan orang lain reliance.
3. Faktor Pendukung Mattering