Pembahasan Gambaran Family Matters Pada Remaja Tunadaksa

social comparison. Hubungan partisipan dengan lingkungan sosialnya dalam hal ini teman sebaya, melibatkan saling memberi dukungan emosional dan sebagai tempat bercerita disaat masing-masing pihak mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan. Dalam hubungan ini partisipan tentunya juga memiliki kesempatan untuk memberi dukungan emosional kepada teman sebayanya self-atribution. Hal ini kemudian semakin memberikan pengaruh yang kuat terhadap pemahaman diri positif yang dimiliki partisipan. Dukungan keluarga serta lingkungan sosial yaitu guru ataupun teman sebaya juga membantu partisipan untuk memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya, meskipun partisipan melewati proses untuk dapat mengatasi reaksi negatif didalam dirinya reflected appraisal. Peneliti melihat bahwa perbedaan intensitas komponen serta kondisi pendukungnya pada kedua partisipan dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin partisipan. Pada partisipan II yang berjenis kelamin perempuan, menjadikan lingkungan sosial dalam hal ini teman sebaya sebagai bagian yang memiliki pengaruh yang sangat positif terhadap persepsi kebermaknaan partisipan, disamping keluarga. Selain itu partisipan II lebih rentan mengalami reaksi psikologis negatif didalam dirinya akibat reaksi negatif yang diberikan lingkungan, sehingga partisipan membutuhkan proses untuk dapat mengkonstruksikan pandangan yang positif terhadap dirinya. Sedangkan pada partisipan I yang berjenis kelamin laki-laki, menjadikan dukungan keluarga sebagai indikator yang utama. Meskipun memiliki kualitas hubungan yang baik dengan teman sebayanya, namun partisipan I tidak menjadikan teman sebaya sebagai tempat untuk saling memberikan dukungan emosional yang utama ataupun sebagai tempat bercerita seperti pada partisipan II. Selain itu partisipan I juga tidak mengalami reaksi psikologis negatif yang intens apabila mendapatkan reaksi negatif dari lingkungan seperti pada partisipan II. Selain faktor demografis diatas, kondisi selama proses pengambilan data secara tidak langsung juga memberikan pengaruh terhadap hasil penelitian. Pada partisipan penelitian kenyamanan ketika proses wawancara berlangsung menjadi penting. Adakalanya partisipan merasa nyaman dan lebih memilih untuk melakukan wawancara diluar atau tidak dirumah partisipan. Hal ini berpengaruh terhadap keleluasaan partisipan dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Karakter personal partisipan juga memberikan pengaruh. Misalnya, partisipan dengan karakter personal yang pendiam akan berpengaruh terhadap cara menjawab partipan terhadap setiap pertanyaan. Hal ini juga menjadi hambatan bagi peneliti terutama apabila peneliti dan partisipan memiliki gender yang berbeda. Pada penelitian ini data hasil observasi menjadi sangat penting, mengingat konsep mattering ini dapat terlihat dengan mengamati kehidupan sehari-hari individu didalam keluarga, seperti interaksi yang terjadi didalamnya, baik individu dengan orang tua ataupun dengan saudara kandung. Observasi yang dilakukan tidak hanya pada saat pengambilan data, namun juga peneliti diharapkan dapat secara aktif terlibat dalam interaksi di keluarga partisipan penelitian diluar jadwal pengambilan data, sehingga data observasi yang diperoleh lebih luas. Selain itu, data historikal seperti proses penerimaan keluarga terhadap kondisi fisik partisipan memberikan pengaruh terhadap bagaimana partisipan memiliki persepsi tentang kebermaknaan diri mereka ditengah-tengah keluarga.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan yang berhubungan dengan jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian. Pada akhir bab ini juga akan diuraikan saran-saran praktis maupun saran untuk penelitian lanjutan yang berguna bagi penelitian yang berhubungan dengan tema gambaran family matters pada remaja tunadaksa di masa yang akan datang.

A. KESIMPULAN

A.1. Kesimpulan Umum Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa partisipan I dan II memiliki gambaran family matters yang positif dengan intensitas komponen serta kondisi pendukung yang berbeda. A.2. Gambaran Komponen Mattering Partisipan A.2.1. Partisipan I Partisipan pada penelitian ini mengalami keseluruhan komponen mattering yakni awareness, importance, serta reliance dengan intensitas yang berbeda pada setiap komponen. Interaksi yang terjadi antara partisipan dengan keluarga serta reaksi yang dimunculkan oleh keluarga dengan kehadiran partisipan memunculkan kesadaran partisipan bahwa keberadaanya diterima baik oleh keluarga. Hal ini yang membuat partisipan tidak merasa tertolak ketika berada ditengah-tengah keluarga. Hal ini menandai komponen awareness yang dialami partisipan. Komponen ini juga memiliki hubungan dengan komponen lainnya yaitu importance, karena selain partisipan menyadari hubungan yang dekat dengan keluarga berdasarkan komunikasi, penyediaan dukungan emosional serta materil yang disediakan keluarga kepada partisipan juga mengambil peranan penting bagi partisipan dalam menginterpretasikan hubungan partisipan dengan keluarga. Komponen kedua yakni importance merupakan komponen yang memiliki intensitas yang cukup kuat dibandingkan dengan dua komponen sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh komponen ini didalam diri partisipan. Sejak kecil hingga kini partisipan merasakan dukungan secara emosional maupun materil dari keluarga. Semangat yang diberikan keluarga terkait dengan keterbatasan fisik yang dimiliki partisipan serta pendampingan keluarga ketika partisipan mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan sangat membantu partisipan untuk mengkonstruksikan pandangan yang positif terhadap dirinya. Kepercayaan yang diberikan kepada partisipan, dimana keluarga tidak membatasi ruang gerak partisipan meskipun dengan keterbatasan fisik serta perhatian keluarga dalam kehidupan spiritual partisipan sangat membantu dalam pertumbuhan personal partisipan. Meskipun memiliki keterbatasan fisik, adakalanya keluarga meminta bantuan serta memberikan partisipan tanggung jawab untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Partisipan memiliki kemampuan dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya.