C. Remaja 1. Defenisi
Papalia 2007 mendefenisikan tahap remaja sebagai masa transisi perkembangan antara kanak-kanak dengan dewasa yang melibatkan perubahan yang signifikan
dalam kondisi fisik, kognitif, serta sosial, yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia belasan tahun atau awal dua puluh tahun.
Tranisisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai.
Kata “remaja” berasal dari bahasa Latin yaitu adolescene yang berarti to grow atau to grow maturity. Hal ini mendeskripsikan bahwa masa remaja menjadi masa dimana
individu bertumbuh ke arah perkembangan yang lebih mendekati kedewasaan atau kematangan, dimana bagian dari masa dewasa meliputi proses kematangan semua
organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kemantangan kognitif yang ditandai dengan kemampuan berpikir secara abstrak Hurlock,1990;Papalia Olds,2001
dalam Jahja,2011.
2. Aspek-Aspek Perkembangan Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi yang melibatkan perubahan yang signifikan pada aspek fisik, kognitif serta psikososial, yang meliputi perkembangan
sosial dan kepribadian. Semua aspek tersebut mempengaruhi kondisi psikologis individu Papalia,Olds,2007.
a. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik ditandai dengan adanya peningkatan hormon yang menjadi
pendorong dalam munculnya perubahan-perubahan secara fisik seperti organ-organ yang berkaitan dengan organ reproduksi maupun organ-organ yang secara tidak
langsung berkaitan dengan hal itu, seperti pertumbuhan payudara pada perempuan, perluasan daerah bahu pada laki-laki, perubahan dalam suara, tekstur kulit,
pertumbuhan rambut didaerah tertentu, dan sebagainya. Namun perubahan fisik, seperti peningkatan berat dan tinggi badan secara tajam juga terjadi pada masa ini,
yang pada umumnya berlangsung selama dua tahun sebelum remaja mencapai kematangan seksual Papalia,Olds,2007. Perubahan yang cepat secara fisik yang
disertai dengan kematangan seksual yang terjadi, baik secara internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan dan sistem respirasi, maupun secara eksternal seperti tinggi
badan, berat badan dan proporsi tubuh sangat berpengaruh pada konsep diri mereka Jahja,2011.
Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada masa ini memiliki dampak secara psikologis bagi diri remaja itu sendiri, yang disebabkan karena kebanyakan remaja
menjadi lebih fokus dengan penampilannya daripada aspek lain dalam diri mereka. Selama masa remaja sebagian besar dari self-esteem dipengaruhi oleh perasaan
seberapa menarik individu secara fisik, karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap evaluasi diri yang positif, popularitas, penerimaan teman sebaya, juga
perkembangan kepribadian, hubungan sosial serta perilaku sosial pada remaja Rice Dolgin, 2008.
Fokus dengan body image, yakni keyakinan yang bersifat deskriptif dan evaluatif mengenai penampilan seseorang sering mulai terjadi pada pertengahan kanak-kanak
atau lebih awal dan semakin intens pada masa remaja terutama pada remaja perempuan Papalia, Olds,2007, yang semakin meningkat pada awal remaja madya
yang dipengaruhi oleh penekanan budaya terhadap atribut fisik. Selain itu, menerima keadaan fisik diri sendiri menjadi salah satu tugas perkembangan remaja Zulkifli,
2005 yang menjadi komponen yang penting pada konsep diri serta self-esteem remaja Dacey Kenny, 1997.
b. Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif ditandai dengan meningkatnya kemampuan dalam
berpikir secara abstrak yang menjadi ciri pada tahap perkembangan operasi formal serta berkembangnya struktur kognitif yang merupakan kemampuan mental yang
bersifat kualitatif ataupun kuantitatif Dacey Kenny, 1997. Papalia 2007 menambahkan bahwa kemampuan berpikir secara abstrak juga memiliki implikasi
emosional. c.
Perkembangan Sosial dan Kepribadian Salah satu yang menjadi ciri pada masa remaja yakni terjadinya peningkatan
emosional yang terjadi pada masa remaja awal, dimana Hall,1904 dalam Rice Dolgin,2008 menyebutnya sebagai periode “sturm und drang” atau masa “storm
stress”. Peningkatan emosional dapat merupakan hasil dari perubahan fisik serta peningkatan hormon yang terjadi ataupun yang berasal dari lingkungan sosial
mereka,dimana terdapat banyak tuntutan serta tekanan yang ditujukan pada mereka,
misalnya dalam hal berperilaku, kemandirian dan tanggung jawab, serta mulai memperluas lingkungan sosial mereka Jahja, 2011.
Keluarga menjadi komponen lingkungan sosial yang sangat penting bagi remaja, dimana keluarga merupakan sistem sosial pertama dimana anak terlibat didalamnya.
Dukungan orang tua serta ketergantungan secara emosional pada masa ini memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan psikologis serta perasaan nyaman
terhadap diri mereka sendiri. Hubungan remaja dengan orang tua juga berkaitan dengan kelekatan
attachment antara remaja dengan orang tua. Orang tua yang sensitif, hangat dan responsif akan membantu anak untuk mengembangkan secure attachment yang
berpengaruh terhadap kepercayaan diri mereka untuk berinteraksi dengan dunia sosial serta lebih berkompeten secara sosial. Gaya kelekatan ini juga berkontribusi terhadap
pandangan yang positif terhadap diri mereka sendiri sehingga kurang cenderung untuk bergantung pada sikap yang dimunculkan oleh orang lain. Selain itu
kecenderungan anak untuk mengalami depresi juga lebih rendah dibandingkan dengan remaja yang tidak merasakan kelekatan dengan orang tua yang cenderung
untuk merasa tertolak serta kurangnya kepercayaan diri Dacey Kenny, 1997. Aspek-aspek perkembangan remaja ini bertujuan melihat setiap aspek perkembangan
yang terjadi pada individu tunadaksa serta pengaruh ketunaan yang dialami seorang individu terhadap aspek perkembangannya.
D. Family Matters Pada Remaja Tunadaksa