a.2. Tingkat IQ Inteligence Quotient rata-rata Tingkat IQ pada partisipan penelitian ini dapat dilihat dari keterlibatan partisipan
dalam mengikuti pendidikan di sekolah normal. Hal ini untuk melihat kemampuan individu dalam berkomunikasi serta pemahaman partisipan yang diharapkan dapat
membantu kelancaran proses penelitian, misalnya dalam keterlibatan pada proses wawancara.
a.3. Masih memiliki keluargaorang tua Hal ini berkaitan dengan tujuan peneliti dalam melihat dinamika hubungan
individu dengan keluarga secara khusus orang tua, sehingga gambaran family matters dapat terlihat.
a.4. Berada pada usia 12-20 tahun Usia ini berada pada rentang usia remaja Papalia,2007. Pada masa ini remaja
mengalami berbagai bentuk perubahan baik dalam hal fisik, kognitif serta emosional yang berdampak pada kondisi psikologis mereka.
b. Jumlah Partisipan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti merencanakan untuk memilih 2 partisipan agar dapat memperoleh gambaran secara mendalam dan menyeluruh tentang bagaimana
gambaran family matters pada remaja tunadaksa. Penetapan jumlah sampel ini dilakukan dengan alasan karena pada umumnya penelitian kualitatif menampilkan
karakteristik a tidak diarahkan pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada
kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian, b tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik
sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian, c tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau peristiwa
acak, melainkan pada kecocokan konteks dalam Poerwandari, 2009
c. Prosedur Pengambilan Partisipan
Teknik pengambilan partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan teori atau konstruk operasional theory
basedoperational construct sampling. Partisipan dipilih sesuai dengan kriteria tertentu berdasarkan suatu teori atau konstruk operasional yang sesuai tujuan
penelitian. Hal ini dilakukan agar sampel penelitian benar-benar representatif atau benar-benar mewakili fenomena yang akan diteliti. Hanya individu yang memenuhi
kriteria dan mewakili fenomenalah yang diteliti Poerwandari 2009. Pada penelitian ini pengambilan partisipan dilakukan berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Soemantri 2006 yang menjelaskan mengenai karakterisitik individu tunadaksa sejak lahir serta Papalia 2007 yang menjelaskan mengenai
rentang usia remaja. 2.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan Medan. Hal ini dipilih agar memudahkan peneliti untuk mendapatkan partisipan penelitian ini.
C. Metode Pengambilan Data
Penelitian kualitatif merupakan penelitan yang bersifat terbuka dan luwes, metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam. Metode
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif disesuaikan dengan masalah penelitian, tujuan penelitian, serta sifat objek yang diteliti. Metode-metode yang dapat digunakan
dalam penelitian kualitatif antara lain wawancara, observasi, diskusi kelompok terfokus, analisis terhadap dokumen, analisis dokumen, analisis catatan pribadi, studi
kasus, dan studi riwayat hidup Poerwandari, 2009. Metode dasar yang pada umumnya banyak digunakan dalam penelitian kualitatif adalah metode wawancara
dan observasi. Dalam pengambilan data, penelitian ini juga menggunakan metode wawancara dan observasi.
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Banister dkk dalam Poerwandari, 2009 menyatakan wawancara
kualitatif dilakukan jika peneliti bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami oleh individu berkaitan dengan topik yang
diteliti, dan bertujuan untuk melakukan eksplorasi terhadap topik tersebut, dimana hal ini tidak dapat dilakukan dengan metode lain.
Metode wawancara yang akan digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah pendekatan wawancara dengan pedoman umum. Wawancara
dengan pedoman umum dapat berbentuk wawancara terfokus, yaitu wawancara yang
mengarahkan pembicaraan pada hal-hal atau aspek-aspek tertentu dari kehidupan dan pengalaman subjek. Wawancara dengan pedoman umum juga dapat berbentuk
wawancara mendalam, yaitu wawancara dimana peneliti mengajukan pertanyaan- pertanyaan mengenai berbagai segi kehidupan subjek secara mendalam dan
menyeluruh. Dalam proses wawancara dengan pedoman umum ini, peneliti menggunakan
pedoman wawancara, yang menampilkan topik-topik yang harus digali dari subjek yang dapat dilakukan secara acak, tanpa harus menentukan urutan pertanyaan.
Pedoman wawancara ini digunakan untuk membantu peneliti mengingat aspek-aspek yang harus dihahas dan digali secara mendalam dari diri subjek, dan sekaligus
menjadi daftar checklist untuk melihat apakah aspek-aspek yang relevan dengan topik yang diteliti telah dibahas atau ditanyakan.
Wawancara berisi
pertanyaan-pertanyaan yang
dimaksudkan untuk
mengungkapkan aspek-aspek tingkah laku, nilai maupun perasaan subjek. Pertanyaan ini mengungkap tentang apa yang dilakukan atau biasa dilakukan subjek, proses
pemahaman dan interpretasi subjek serta untuk memperoleh pemahaman tentang aspek afektif atau perasaan dalam diri subjek terkait dengan topik dalam penelitian
yakni family matters pada remaja tunadaksa. Pertanyaan juga harus bersifat netral, tidak bersifat mengarahkan. Wawancara juga menggunakan pertanyaan terbuka
open-ended question untuk dapat mendorong subjek berbicara lebih luas tentang topik yang diteliti, mengembangkan pemahaman tentang pemikiran dan perasaan