Faktor Pendukung Mattering Manfaat Penelitian

Berdasarkan tiga komponen yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa ketiga komponen ini sepenuhnya bersifat kognitif. Persepsi mengenai kebermaknaan diri oleh individu muncul bila orang lain menyadari keberadaan dirinya seutuhnya awareness, menyediakan dukungan secara emosional, menginvestasikan waktu, energi serta bersedia berkorban demi terpenuhinya apa yang diperlukan importance serta apabila individu dapat menjadi solusi bagi keperluan ataupun kebutuhan orang lain, misalnya dalam memberikan bantuan ataupun solusi atas permasalahan orang lain reliance.

3. Faktor Pendukung Mattering

Adapun faktor pendukung mattering yakni proses pemahaman diri self- understanding. Pemahaman terhadap diri menjadi bagian yang tidak terlepas dalam tercapainya mattering. Para ahli sosial mengemukakan tiga proses utama yang menciptakan suatu bentuk pemahaman terhadap diri sendiri. a. Reflected Appraisal Proses yang pertama yakni reflected appraisal, yang menegaskan bahwa konsep diri secara mendalam dipengaruhi oleh bagaimana orang lain bereaksi terhadap individu Sullivan, 1947, dalam Elliot, 2009. Orang lain secara berkesinambungan akan mengkomunikasikan seperti apa dan bagaimana individu tersebut dalam pandangan mereka, dan secara tidak langsung pemahaman itu akan diinternalisasi sehingga membentuk konsep diri individu. Proses ini memiliki kemungkinan menjadi sumber mattering yang paling kuat, karena feedback yang didapatkan dari figur yang dianggap penting akan menentukan persepsi seberapa penting individu tersebut bagi orang lain Elliot, 2009. b. Social Comparison Proses lain dalam menciptakan suatu pemahaman terhadap diri sendiri yakni melalui social comparison. Proses ini melibatkan bagaimana individu membandingkan diri dengan orang lain dalam menentukan kesesuaian dengan orang lain, apakah sama atau berbeda, lebih baik atau lebih buruk Festinger, 1957, dalam Elliot, 2009. Proses ini juga menjadi salah satu cara lain dalam menilai seberapa penting individu tersebut bagi orang lain melalui bagaimana individu memaknai kualitas hubungan yang dibangun individu dengan orang lain. Dengan kata lain individu mendapatkan informasi yang bernilai mengenai dirinya sendiri melalui proses ini. c. Self Atribution Proses ini lebih didasarkan pada observasi terhadap perilaku yang dimiliki oleh seseorang dan situasi seperti apa yang mengakibatkan perilaku tersebut muncul, yang disebut sebagai self-attribution. Melalui proses ini individu mempelajari sesuatu mengenai dirinya sendiri dengan menaruh perhatian pada apa yang dilakukan Bem, 1972, dalam Elliot, 2009. Proses ini juga dapat menjadi salah satu cara dalam menilai mattering individu, misalnya dengan sekedar mengingat berapa kali individu tersebut menanggapi permintaan akan dukungan emosional yang diperlukan orang lain.

B. Tunadaksa 1. Defenisi