Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat

(1)

OPTIMALISASI PRODUKSI NATA DE COCO MENTAH

PADA PT GALUH PRATAMA KABUPATEN CIAMIS

JAWA BARAT

SKRIPSI

JONI KURNIAWAN H34096050

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

 

 

OPTIMALISASI PRODUKSI NATA DE COCO MENTAH PADA PT GALUH PRATAMA KABUPATEN CIAMIS

JAWA BARAT

Kurniawan, J1 dan Harmini2

1)Mahasiswa, Departemen Agribisnis FEM IPB, H34096050 2)Dosen Pembimbing, Departemen Agribisnis FEM IPB, Ir, M.Si

ABSTRACT

Nata de coco Is a food product yielded from natural coconut water process fermentation by entangling bacterium of acetobacter xylinum, so that form the lump bromassa cosist of cellulose owning solid form, white chromatic. At the height of society awareness for the importance of health result the nata de coco become one of health product which a lot of enthused by society. This research to analyse the optimalisation of product the raw nata de coco at PT. Galuh Pratama, Ciamis, West Java. Make up of amount of request nata de coco not yet can be served maximally by company because of resource constraint owned. Optimal planning require to be conducted by company because expense limitation, asses to sell product and also sum up product produce also have an affect on to effort conducted by company to get the maximum advantage. Method of data processing use LINDO program to know wether company have productive at optimal condition or not, comparing result of advantage actual optimally and also see the change that happened at change of availability of resource and expense to production and company acceptance.


(3)

RINGKASAN

JONI KURNIAWAN. Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Di Bawah Bimbingan HARMINI

Perkembangan produksi nata de coco semakin meningkat seiring dengan permintaan pasar yang semakin meningkat. Peningkatan jumlah permintaan nata de coco mentah merupakan suatu peluang bagi perusahaan yang memproduksi nata de coco mentah untuk mengoptimalkan keuntungan yang diperolehnya. PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang ada di Kabupaten Ciamis yang melakukan produksi nata de coco mentah. Kegiatan produksi nata de coco mentah sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya perusahaan. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki PT Galuh Pratama dalam memenuhi permintaan pasar harus dimanfaatkan secara optimal guna menghasilkan keuntungan yang optimal.

Formulasi model yang digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis hasil optimal serta penggunaan sumberdaya secara optimal dapat menjadi salah satu metode dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh PT Galuh Pratama. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menentukan perubahan input terhadap kombinasi produksi nata de coco mentah pada PT Galuh Pratama. (2) Mengetahui alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Galuh Pratama untuk mencapai kondisi optimal. (3) Mengetahui faktor kendala apa yang menyebabkan perusahaan tidak mampu mencapai kondisi optimal. (4) Menganalisis perubahan-perubahan ketersediaan sumberdaya dan harga jual perusahaan tanpa merubah kondisi optimal. (5) Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan ketersediaan sumberdaya terhadap produksi dan penerimaan perusahaan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Agustus 2012.

PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada pengolahan nata de coco mentah. Perusahaan nata de coco PT Galuh Pratama awalnya bernama CV Trina Jaya didirikan oleh Bapak Endus Zenal Mustofa pada tahun 1994 dirintis dengan modal dasar Rp 1.200.000. Pabrik nata de coco PT Galuh Pratama berlokasi di Jalan Citamiang RT/RW 29/08 Desa Ciulu, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. PT Galuh Pratama memproduksi dua jenis nata yaitu bentuk kubus dan bentuk lembaran.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model program linier dengan bantuan pengolahan data menggunakan software LINDO (Linear Interactive and Discrete Optimizer). Hasil pengolahan dari program linier ini akan diperoleh tingkat keuntungan maksimum selama periode penelitian Mei – Agustus 2012, penggunaan sumberdaya dan sensitivitas tingkat keuntungan serta ketersediaan dalam mengubah kondisi optimal, perubahan-perubahan terhadap factor input dan output yang mengubah kondisi optimal.


(4)

Data dianalisis dengan menggunakan model linear programming yang digolangkan ke dalam fungsi tujuan dan fungsi kendala. Variabel keputusan yang terdapat pada model menunjukkan aktivitas produksi dari setiap jenis produk nata de coco mentah. Variabel yang terbentuk dari dua variabel keputusan. Fungsi tujuan merupakan keuntungan per kilogram dari masing-masing nata de coco, sedangkan kendala yang dibentuk terdiri dari kendala bahan baku air kelapa, kendala bahan baku penolong cuka Taiwan dan gula pasir, kendala jam kerja tenaga keja langsung, jam kerja mesin pemotong, dan target produksi untuk masing-masing produk.

Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan adanya optimalisasi maka terjadi peningkatan keuntungan. Keuntungan optimal periode Mei – Agustus yang akan diperoleh perusahaan apabila perusahaan berproduksi pada kondisi optimal yaitu sebesar Rp 242.146.671,32,- sedangkan keuntungan yang diperoleh perusahaan pada kondisi aktual adalah sebesar Rp 229.556.620,-. Selisih

keuntungan antara produksi aktual dan produksi optimal yaitu sebesar Rp 12.590.051,32,-. Sumberdaya yang berlebihan pada kondisi optimal adalah air

kelapa, cuka Taiwan, dan jam tenaga kerja langsung, sedangkan yang masih kurang dari harapan yaitu pencamaian permintaan produksi nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran. Sumberdaya yang habis terpakai yaitu gula pasir dan jam kerja mesin pemotong.

Analisis sensitivitas fungsi tujuan menunjukkan perubahan keuntungan yang diperoleh pada jenis nata de coco mentah yang diproduksi. Nata de coco bentuk kubus memiliki batas kenaikan keuntungan yang tidak terbatas atau infinity dan batas penurunan keuntungan yang diijinkan sebesar 188 dari keuntungan awal. Pada nata de coco lembaran batas kenaikan per unit sebesar 188 dari keuntungan awal, sedangkan allowable decrease atau batas penurunan yang diijinkan sebesar 595 dari keuntungan awal. Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala air kelapa menunjukkan nilai kenaikan yang tidak terbatas (infinity), Nilai Allowable decrease yang dapat diterima oleh model sebesar 60.779,03. Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan cuka Taiwan menunjukkan kenaikan yang tidak terbatas (infinity) dan nilai penurunannya sebesar 330 liter. Pada sumberdaya gula pasir menunjukkan batas penurunan sebesar 1466,67 kilogram dan batas kenaikan sebesar 586,67 kilogram. Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala jam tenaga kerja langsung menunjukkan nilai kenaikan yang tidak terbatas (infinity), Nilai Allowable decrease yang dapat diterima oleh model sebesar 1.005,71. Analisis sensitivitas terhadap jam kerja mesin pemotong menunjukkan batas penurunan sebesar 53 jam dan batas kenaikan sebesar 37,84 jam. Hasil olahan Post Optimal keuntungan optimal yang akan diperoleh perusahaan dengan kondisi penurunan keuntungan per unit nata de coco yaitu sebesar Rp 154.817.145-. Adapun selisih keuntungan yang diterima perusahaan dengan kondisi optimal pada harga normal sebesar Rp 87.329.526,-.


(5)

OPTIMALISASI PRODUKSI NATA DE COCO MENTAH

PADA PT GALUH PRATAMA KABUPATEN CIAMIS

JAWA BARAT

JONI KURNIAWAN H34096050

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(6)

Judul Skripsi : Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat

Nama : Joni Kurniawan NIM : H34096050

Disetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Harmini, M.Si NIP. 19600921 198703 2 002

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat“ adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

Joni Kurniawan H34096050


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Provinsi Sumatera Barat tepatnya di Maninjau Kecamatan Tanjung Raya pada tanggal 30 Juni 1988 sebagai anak dari Bapak Amrizal dan Ibu Linda Putri. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara.

Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-Kanak Murni dan lulus pada tahun 1994. Melanjutkan pendidikan sekolah dasar (SDN 1 Tanjung Raya) dan selesai pada tahun 2000. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat menengah pada tahun 2003 di SLTPN 1 Tanjung Raya, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Pada tahun 2006 penulis dapat menyelesaikan pendidikan tingkat atas pada SMUN 1 Tanjung Raya. Pada tahun yang sama penulis kemudian melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Direktorat Program Diploma IPB melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Mahasiswa IPB) dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Disamping sebagai mahasiswa penulis juga bekerja di Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor sejak tahun 2011 sampai sekarang.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan, ilmu, nikmat dan segala kemudahan yang diberikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat “. Skripsi ini mengkaji bagaimana perusahaan dapat memproduksi nata de coco secara optimal dengan ketersediaan sumberdaya yang terbatas.

Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi PT Galuh Pratama sebagai bahan untuk meningkatkan produksi dan keuntungan serta penggunaan sumberdaya yang optimal. Manfaat yang paling besar dari skripsi ini adalah pengalaman dan pengetahuan nyata yang diperoleh oleh penulis sebagai mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir di Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat penulis kerjakan. Penulis meyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna serta masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Namun demikian, penulis berharap semoga hasil yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi gambaran yang baik bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2013

Joni Kurniawan H34096050


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, akhirnya skripsi tentang Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Harmini, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Eva Yolinda. A, SP, MM dan Tintin Sarianti, SP, MM sebagai dosen penguji

yang telah memberikan masukan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. Istri tercinta Desy Kartikasari, A.Md atas perhatiaan dan dukungannya. 4. Kedua orang tua, kakak dan kedua adekku ( Rahmat Azizi, Mery Sri

Wahyuni, dan Rico Fernandes) and all of family atas doa dan dukungannya. 5. Seluruh dosen, staf dan pengurus Program Sarjana Agribisnis

Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis FEM – IPB atas ilmu serta bantuannya.

6. Endus Zenal Mustofa dan seluruh karyawan PT Galuh Pratama yang telah memberikan informasi dan masukan-masukan selama penelitian.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas, doa, dukungan, dan bantuan semua pihak yang telah mencurahkan waktu dan materil, sehingga terselesaikan skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

Joni Kurniawan H34096050


(11)

ix DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Optimalisasi dan Produksi ... 10

2.2 Potensi Produk dan Peluang Pengembangan Usaha Nata De Coco ... 10

2.3 Penelitan Terdahulu ... 12

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1 Teori Produksi ... 18

3.1.2 Optimalisasi Produksi ... 19

3.1.3 Kombinasi Produksi Optimal ... 21

3.1.4 Program Linear ... 22

3.1.5 Analisis Primal dan Dual ... 25

3.1.6 Analisis Sensitivitas ... 27

3.1.7 Analisis Post-Optimal ... 28

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 28

IV. METODE PENELITIAN ... 32

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.2 Jenis Data dan Sumber Data ... 32

4.3 Metode Pengambilan Responden ... 32

4.4 Metode Pengolahan Data ... 33


(12)

x

4.6 Definisi Operasional ... 39

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 41

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 41

5.2 Manajemen Perusahaan... 41

5.2.1 Struktur Organisasi ... 41

5.2.2 Pembagian Kerja ... 42

5.3 Sumber Daya Perusahaan ... 44

5.3.1 Sumber Daya Non Fisik ... 44

5.3.2 Sumber Daya Fisik ... 45

5.4 Proses Pengolahan ... 45

5.4.1 Bahan Baku ... 46

5.4.2 Bahan Penunjang ... 48

5.4.3 Proses Pembuatan Starter ... 49

5.4.4 Proses Pembuatan Nata De Coco ... 49

5.5 Pemasaran ... 54

5.6 Penanganan Limbah ... 55

VI. PEMBAHASAN ... 56

6.1 Perumusan Model Program Linear ... 56

6.1.1 Perumusan Fungsi Tujuan... 56

6.1.2 Perumusan Kendala Produksi ... 57

6.1.2.1 Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku Utama... 57

6.1.2.2 Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku Penolong ... 59

6.1.2.3 Perumusan Fungsi Kendala Tenaga Kerja Langsung ... 61

6.1.2.4 Perumusan Fungsi Kendala Jam Kerja Mesin Pemotong ... 63

6.1.2.5 Perumusan Fungsi Kendala Permintaan Produksi ... 63

6.2 Analisis Primal ... 64

6.2.1 Tingkat Produksi Optimal ... 65

6.2.2 Penggunaan Bahan Baku Air Kelapa Optimal... 67

6.2.3 Penggunaan Bahan Baku Penolong Optimal ... 67

6.2.4 Penggunaan Optimal Tenaga Kerja Langsung ... 68

6.2.5 Penggunaan Optimal Jam Kerja Mesin Pemotong ... 69


(13)

xi

6.3 Analisis Dual ... 70

6.4 Analisis Sensitivitas ... 71

6.4.1 Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan ... 72

6.4.2 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala (Right Hand Side) ... 73

6.5 Analisis Post Optimal ... 75

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

7.1 Kesimpulan ... 79

7.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(14)

xiii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Luas Areal dan Produksi Kelapa Indonesia Tahun 2007 – 2011 ... 1

2. Luas Areal dan Produksi Kelapa Jawa Barat Tahun 2009 – 2011 ... 2

3. Luas Areal dan Produksi Kelapa Terbesar di Kabupaten Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 ... 2

4. Luas Areal dan Produksi Kelapa untuk Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2010 ... 5

5. Jumlah Permintaan Produksi Nata de coco Mentah pada PT Galuh Pratama Periode Mei - Agustus 2012 ... 7

6. Jumlah Produksi Nata de coco Mentah pada PT Galuh Pratama Periode Mei - Agustus 2012 ... 7

7. Beberapa Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 17

8. Hubungan Bentuk Primal dan Dual ... 26

9. Sumber Daya Fisik PT Galuh Pratama Tahun 2012 ... 45

10. Jenis dan Harga Bahan Baku Utama dan Bahan Baku Penolong Pada PT Galuh Pratama Tahun 2012 ... 46

11. Harga Jual, Biaya Produksi dan Keuntungan Nata De Coco Mentah PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 57

12. Data Pembelian, Penggunaan dan Sisa Bahan Baku Air Kelapa Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 58

13. Jumlah Kebutuhan dan Nilai Koefisien Air Kelapa untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 58

14. Data Pembelian, Penggunaan dan Sisa Bahan Baku Penolong Cuka Taiwan Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 59

15. Jumlah Kebutuhan dan Nilai Koefisien Cuka Taiwan Untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 60

16. Jumlah Pembelian, Penggunaan dan Sisa Bahan Baku Penolong Gula Pasir Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 60

17. Jumlah Kebutuhan dan Nilai Koefisien Gula Pasir untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 61


(15)

xiii 18. Jumlah Kebutuhan Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung dan Nilai Koefisien untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 62

19. Jumlah Kebutuhan Jam Kerja Mesin Pemotong dan Nilai Koefisien untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 63

20. Jumlah Permintaan Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 64

21. Jumlah Produksi Nata De Coco Mentah pada Kondisi Aktual dan Optimal pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 65

22. Jumlah Penggunaan Bahan Baku Air Kelapa pada Kondisi Aktual dan Optimal Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 67

23. Penggunaan Cuka Taiwan dan Gula Pasir pada Kondisi Aktual dan Optimal Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 68 24. Jumlah Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung Pada

Kondisi Aktual dan Optimal Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 68

25. Jumlah Penggunaan Jam Kerja Mesin Pada Kondisi Aktual dan Optimal Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 69

26. Jumlah Permintaan Produksi, Produksi Aktual dan Produksi Optimal Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 70

27. Kondisi Optimal Status Sumberdaya PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 71

28. Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 72

29. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala (Right Hand Side) Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 73

30. Harga Jual, Biaya Produksi, dan Keuntungan Pada Kondisi Post Optimal PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 76

31. Status Sumberdaya Pada Kondisi Post Optimal PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 77

32. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Post Optimal PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 77


(16)

xiii DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Produksi ...19 2. Kombinasi Output...22 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Produksi Nata De

Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama ...31 4. Struktur Organisasi PT Galuh Pratama ...42 5. Proses Pembuatan Nata De Coco Mentah pada PT Galuh


(17)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah pada PT Galuh Pratama Berdasarkan Olahan Program LINDO ...84 2. Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah pada Post Optimal


(18)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan pohon kelapa, yang tumbuh subur hampir di semua wilayah mulai dari pesisir pantai sampai ke pedalaman. Banyak manfaat yang telah diambil dari pohon kelapa, mulai dari makanan, minuman, sumber energi, minyak goreng, aneka kerajinan dan perkakas rumah tangga. Kelapa merupakan komoditi penting di Indonesia maupun di dunia internasional. Produk yang dapat dihasilkan dari kelapa sangat beragam yaitu minyak goreng, tepung kelapa (decicated coconut/DCN), santan, air kelapa segar, nata de coco, kelapa muda (dikalengkan), kue kelapa (coconut cake), ataupun dikonsumsi segar sebagai buah (kelapa muda), dan produk - produk makanan lainnya.

Tanaman kelapa Indonesia pernah mengalami kejayaan dengan produk utamanya berbentuk kopra pada periode tahun 1960-1970an. Saat ini areal kelapa mencapai 3,8 juta hektar dengan produksi 3,3 juta ton, dimana lebih dari 90 persen merupakan perkebunan rakyat. Wilayah perkebunan kelapa tersebar di seluruh kepulauan nusantara. Areal tanaman kelapa di pulau Sumatera mencapai 33,63 persen, jawa 22,75 persen, Sulawesi 19,40 persen, Bali, NTB, dan NTT sebesar 7,70 persen, Maluku dan Papua 8,89 persen serta Kalimantan 7,26 persen (Ditjen Perkebunan 2012)1. Adapun luas areal dan produksi kelapa Indonesia pada tahun 2007 hingga tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Kelapa Indonesia Tahun 2007 – 2011

Tahun

Luas areal (ha) Produksi (ton)

PR PBN PBS Jumlah PR PBN PBS Jumlah

2007 3.720.533 5.507 61.948 3.787.989 3.122.995 2.935 67.337 3.193.266 2008 3.724.118 3.822 55.134 3.783.074 3.176.004 3.000 60.668 3.239.672 2009 3.731.606 4.844 62.674 3.799.124 3.181.582 3.293 73.094 3.257.969 2010 3.737.507 4.662 66.094 3.808.263 3.183.139 2.332 80.976 3.266.447 2011 3.742.921 4.669 66.189 3.813.779 3.206.182 2.349 81.469 3.290.000 Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia-Ditjen Perkebunan, Tahun 2012

1 Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian. 20 Desember 2012.Luas areal dan produksi kelapa Indonesia http//ditjenbun@deptan.go.id.


(19)

2 Pulau Jawa memiliki luas areal dan produksi kelapa kedua terbesar setelah Pulau Sumatera. Salah satu provinsi yang ada di Pulau Jawa yang memiliki luas areal dan produksi kelapa terbesar yaitu Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki luas areal dan produksi kelapa yang cukup banyak yang tersebar di 26 kabupaten/kota. Adapun luas areal dan produksi kelapa di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Kelapa Jawa Barat Tahun 2009 – 2011

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)

PR PBN RP PBN

2009 175.378 183 167.895 -

2010 175.537 662 99.830 164

2011 172.919 664 103.757 110

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa adanya kenaikan dan penurunan jumlah produksi kelapa pada tiga tahun terakhir. Produksi kelapa yang paling tinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 167.895 ton dan yang terendah pada tahun 2010 sebesar 99.830 ton. Luas areal perkebunan kelapa di Jawa Barat pada umumnya dimiliki dan dikelola oleh perkebunan rakyat, sedangkan perkebunan besar Negara hanya 9 persen dari total keseluruhan yang ada dan tidak ada perkebunan swasta. Apabila dilihat berdasarkan Kabupaten/Kota yang ada, terdapat 5 kabupaten yang memiliki luas areal dan produksi kelapa terbesar di Provinsi Jawa Barat. Adapun 5 kabupaten yang memiliki luas areal dan produksi kelapa terbesar dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Kelapa Terbesar di Kabupaten Provinsi Jawa Barat Tahun 2011

Kabupaten Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)

PR PBS RP PBS

Ciamis 67.614 - 37.516 -

Tasikmalaya 29.915 1 25.842 -

Sukabumi 10.570 458 3.270 58

Cianjur 8.019 31 4.044 16

Bogor 7.142 154 4.331 35


(20)

3 Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kabupaten yang memiliki luas dan produksi kelapa terbesar di Jawa Barat yaitu Kabupaten Ciamis dengan luas areal perkebunan rakyat sebesar 67.614 ha dan produksi per tahun 2011 sebanyak 37.516 ton. Dengan jumlah produksi kelapa yang banyak tersebut dapat dijadikan sebuah peluang bisnis. Hal tersebut dikarenakan kelapa merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting bagi Indonesia disamping kakao, kopi, lada, dan vanili. Komoditi ini telah lama dikenal dan sangat berperan bagi kehidupan bangsa Indonesia baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya. Bagian-bagian tanaman kelapa yang dapat dimanfaatkan untuk bahan baku industri antara lain buah kelapa. Buah kelapa ini terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit, buah, daging buah, dan air kelapa. Dari satu butir kelapa terdapat 30 persen sabut, 30 persen daging, 25 persen air, dan 15 persen tempurung (Soedijanto, 1985).

Dengan melihat bagian-bagian kelapa yang memiliki nilai ekonomis, maka salah satu bagian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi yaitu air kelapa. Pada umumnya masyarakat mengasumsikan bahwa air kelapa sebagai limbah, padahal air kelapa memiliki khasiat dan nilai gizi yang sangat tinggi. Manfaat air kelapa antara lain bisa mengganti ion tubuh yang hilang akibat aktivitas sehingga tubuh menjadi segar. Air kelapa juga bisa dibuat sebagai nata de coco dan kecap.

Air kelapa memiliki gizi yang tinggi, tidak hanya unsur makro, tetapi juga unsur mikro. Unsur makro yang terdapat pada air kelapa adalah karbon dan nitrogen. Unsur karbon dalam air kelapa berupa karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, inositol, dan lain-lain. Unsur nitrogen berupa protein, tersusun dari asam amino, seperti alin, arginin, alanin, sistin, dan serin. Kadar asam amino air kelapa lebih tinggi dibanding asam amino dalam susu sapi. Selain karbohidrat dan protein, air kelapa juga mengandung unsur mikro berupa mineral yang dibutuhkan tubuh. Mineral tersebut diantaranya Kalium (K), natirum (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P), dan sulfur (S). Jika diteliti lagi, dalam air kelapa juga terdapat berbagai vitamin antara


(21)

4 lain vitamin C, asam nikotinat, asam pantotenat, asam folat, biotin, riboflavin, dan sebagainya2.

Air kelapa mempunyai potensi yang baik untuk dibuat minuman fermentasi karena kandungan zat gizinya yang kaya dan relatif lengkap, sehingga sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Salah satu hasil olahan kelapa yang juga bernilai ekonomis yaitu nata de coco. Usaha nata de coco memiliki prospek yang cerah sebagai makanan kesehatan karena memiliki serat yang tinggi dan rendah kalori sehingga baik untuk sistem pencernaan. Dari pasokan input, keberlangsungan usaha nata de coco dapat dijamin karena input air kelapa tidak terpengaruh oleh musiman.

Kandungan gizi yang terkandung dalam air kelapa dapat diolah menjadi produk nata de coco dan memiliki nilai ekonomis cukup tinggi sehingga mengakibatkan semakin banyaknya produk-produk minuman ringan yang menonjolkan label minuman sehat. Selain itu meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan membuat nata de coco menjadi salah satu produk minuman atau kesehatan yang banyak diminati oleh masyarakat. Melalui cara pikir atau paradigma masyarakat tentang nata de coco membuat masyarakat melakukan suatu kegiatan produksi minuman nata de coco.

Semakin banyak perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan nata de coco maka tingkat permintaan nata mentah akan mengalami peningkatan, karena tidak semua perusahaan nata de coco menyediakan bahan baku utamanya sendiri. Sebagian besar usaha rumah tangga masih memasok bahan baku nata de coco mentah dari perusahaan nata de coco lainnya. Salah satu perusahan yang bergerak dalam bidang pengolahan nata de coco mentah dan sebagai produsen bahan baku nata de coco kemasan yaitu PT Galuh Pratama yang berlokasi di Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis Jawa Barat.

Perusahaan PT Galuh Pratama memiliki suatu perencanaan yang tepat dalam menentukan jenis dan lokasi usaha. Kecamatan Banjarsari merupakan salah satu wilayah produksi kelapa di Kabupaten Ciamis. Kecamatan Banjarsari

2 Kompas Cyber Media. 6 Januari 2003. Air Kelapa, Limbah Penuh Khasiat. http://www.kompas.com


(22)

5 merupakan salah satu pusat perekonomian dari beberapa kecamatan (Lakbok, Mangunjaya, Padaherang, Purwadadi) dan terletak diantara jalur Kota Banjar menuju Pantai Pangandaran yang dilewati oleh jalan kabupaten yang strategis. Dengan kondisi wilayah tersebut memudahkan perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha baik dari segi pengadaan input maupun pendistribusian output.

Berdasarkan luas areal dan produksi kelapa di Kecamatan Banjarsari yang hanya 1.896,61 ton per tahun tidak memungkinkan perusahaan bisa mendapatkan semua air kelapanya, sehingga perusahaan mendapatkan input dari kecamatan lain. Kabupaten Ciamis termasuk Kabupaten sumber penghasil kelapa untuk memenuhi kebutuhan kota JABODETABEK. Dengan kondisi tersebut memberikan dampak terhadap kelangkaan ketersediaan air kelapa untuk menghasilkan produk nata de coco mentah. Dimana kegiatan produksi nata de coco dapat dilakukan secara rutin perlu adanya ketersediaan bahan baku utama yang memadai. Adapun luas areal dan produksi kelapa untuk Kabupaten Ciamis Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Areal dan Produksi Kelapa untuk Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2010

Kecamatan

Luas Areal

(ha)

Produksi

(ton) Kecamatan

Luas Areal (ha)

Produksi (ton) Ciamis 2404.95 2306.43 Kawali 391.45 408.72 Sadananya 1570.30 1491.39 Jatinagara 696.00 852.02 Cihaurbeuti 555.30 521.56 Rajadesa 1950.88 1017.90 Panumbangan 661.15 625.02 Sukadana 1358.90 1037.57 Panjalu 803.80 572.82 Cijeungjing 3578.80 2929.84 Panawangan 1351.98 1056.72 Rancah 3976.50 3851.82 Cipaku 2431.35 2777.27 Tambaksari 1664.00 1531.88 Banjar 902.18 868.70 Pamarican 2906.90 2400.91 Pataruman 921.44 870.30 Langkaplancar 1072.24 862.23 Purwaharja 339.40 315.65 Banjarsari 2239.57 1896.61 Langensari 856.54 810.11 Lakbok 1913.70 1812.13 Cisaga 3169.92 2490.96 Padaherang 3941.10 3726.72 Cikoneng 1162.22 810.11 Kalipucang 5296.12 4924.16 Cimaragas 4833.60 3888.44 Pangandaran 4556.73 4426.31 Parigi 5310.20 5132.06 Cigugur 2664.60 2520.97 Cijulang 3883.9 3725.77 Cimerak 3977.00 3799.21 Sumber : Dinas Pertanian Kab Ciamis, 2011


(23)

6 Perusahaan PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang melakukan penyediaan input nata de coco mentah bagi perusahaan besar yang melakukan pengolahan nata de coco lebih lanjut. Dengan melihat peluang pasar yang cukup tinggi dan dengan peningkatan jumlah produksi nata de coco mentah, masih belum dapat memenuhi permintaan konsumen dan hal tersebut dikarenakan adanya kendala dibeberapa faktor produksi. Kendala yang umunya dihadapi oleh perusahaan yaitu kendala bahan baku utama, bahan baku penolong, jam kerja tenaga kerja, jam kerja mesin pemotong dan kendala permintaan pasar.

Berdasarkan permintaan pasar yang begitu tinggi terhadap nata de coco mentah, maka perlu adanya perencanaan yang matang dalam penyediaan nata de coco mentah agar dapat memenuhi permintaan pasar serta menghasilkan keuntungan yang optimal. Dengan demikian perusahaan harus memiliki cara agar menghasilkan produk seoptimal dan seefisien mungkin, sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang optimal.

1.2 Perumusan Masalah

Suatu perusahaan pada umumnya didirikan untuk melaksanakan kegiatan yang bertujuan mencapat target atau tujuan tertentu. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan yaitu memperoleh keuntungan secara optimal. Hal yang biasanya dilakukan perusahaan dalam menjalankan usaha yaitu berusaha memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya.

PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada bidang pengolahan air kelapa menjadi nata de coco mentah. Perusahaan juga telah menjalankan usahanya selama beberapa tahun yang lalu. Dengan kondisi pasar yang baik terhadap komoditi nata de coco membuat permintaan nata de coco terus meningkat. Peningkatan jumlah permintaan tersebut belum bisa dilayani secara maksimal oleh perusahaan dikarenakan kendala sumberdaya yang dimiliki. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki mengharuskan pihak manajemen perusahaan mengoptimalkan terhadap sumberdaya yang ada agar menghasilkan produk yang sesuai dengan target dan harapan perusahaan.

Dalam menjalankan kegiatan usaha, PT Galuh Pratama melakukan perencanaan produksi pertahunnya dengan membagi periode kegiatan produksi


(24)

7 per empat bulan. Periode pertama yaitu dari bulan Januari sampai dengan April. Periode kedua yaitu bulan Mei sampai dengan Agustus, dan periode ketiga bulan September sampai dengan Desember. Pembagian periode tersebut dilakukan karena masing-masing periode memiliki perencanaan jumlah target produksi yang berbeda-beda. Periode dengan target produksi yang tinggi terjadi pada periode kedua, karena periode kedua tersebut adanya hari besar islam yaitu Ramadhan pada bulan Juli dan Lebaran Idul Fitri pada bulan Agustus. Adapun jumlah target produksi nata de coco mentah periode Mei sampai dengan Agustus tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Target Produksi Nata de coco Mentah pada PT Galuh Pratama Periode Mei - Agustus 2012

Bulan Target Produksi Nata De Coco Jumlah (kg)

Kubus Lembaran

Mei 58.605 5.126 63.731

Juni 71.200 6.200 77.400

Juli 75.876 8.764 84.640

Agustus 93.959 9.777 103.736

Total 299.640 29.867 329.507

Sumber : PT Galuh Pratama, September 2012

Berdasarkan Tabel 5, jumlah target produksi pada periode Mei – Agustus 2012 sebanyak 329.507 kilogram terdiri bentuk kubus 299.640 kilogram dan lembaran 29.867 kilogram. Jumlah perencanaan produksi terbanyak terjadi pada bulan Juli dan Agustus. Disamping jumlah target produksi tersebut, jumlah produksi nata de coco mentah yang mampu perusahaan produksi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Produksi Nata de coco Mentah pada PT Galuh Pratama Periode Mei - Agustus 2012

Bulan Produksi Nata De Coco Jumlah (kg)

Kubus Lembaran

Mei 55.614 4.974 60.588

Juni 68.196 5.663 73.859

Juli 72.608 8.216 80.824

Agustus 75.932 8.553 84.485

Total 272.350 27.406 299.756


(25)

8 Berdasarkan produksi aktual yang dapat dilihat pada Tabel 6, jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan masih jauh dari target yang direncanakan oleh perusahaan. Perencanaan dalam menggunakan sumberdaya yang dimiliki seperti bahan baku utama, bahan penolong, tenaga kerja langsung, kapasitas mesin dan lainnya secara optimal dan efisien sangat diperlukan sehingga diperoleh tingkat keuntungan yang maksimum. Perencanaan secara optimal perlu dilaksanakan karena keterbatasan biaya serta keterbatasan sumberdaya input, nilai jual produk serta jumlah produk yang diproduksi juga berpengaruh terhadap usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum.

Permasalahan PT Galuh Pratama pada periode produksi tertinggi yaitu bulan Mei - Agustus menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian mengenai alokasi sumberdaya dan produksi secara optimal sehingga dapat diketahui apakah perusahaan telah berproduksi pada kondisi optimal atau tidak, serta membandingkan hasil keuntungan aktual dengan keuntungan yang optimal agar tidak terjadi pengalokasian sumberdaya yang tidak tepat atau berlebihan.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan dianalisis serta dapat memberikan jawaban atau solusi untuk menjalankan kegiatan usaha yang lebih baik lagi. Permasalahan yang terjadi antara lain :

1. Bagaimana pengaruh input terhadap produksi optimal nata de coco mentah pada PT Galuh Pratama?

2. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Galuh Pratama untuk mencapai kondisi optimal ?

3. Faktor kendala apa yang menyebabkan perusahaan belum mencapai kondisi produksi optimal ?

4. Bagaimana perubahan-perubahan ketersediaan sumberdaya dan harga jual perusahaan tanpa merubah kondisi optimal ?

5. Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan harga jual produksi dan penerimaan perusahaan ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini yaitu :


(26)

9 1. Menentukan tingkat kombinasi produksi optimal nata de coco mentah dari

perubahan-perubahan input pada PT Galuh Pratama.

2. Mengetahui alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Galuh Pratama untuk mencapai kondisi optimal.

3. Mengetahui faktor kendala apa yang menyebabkan perusahaan belum mencapai kondisi produksi optimal.

4. Menganalisis perubahan-perubahan ketersediaan sumberdaya dan harga jual perusahaan tanpa merubah kondisi optimal.

5. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan ketersediaan sumberdaya terhadap produksi dan penerimaan perusahaan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan tersebut di atas, kegunaan dari penelitian ini yaitu : 1. Mendapatkan penyelesaian dalam hal kegiatan pengoptimalan sumberdaya

dalam proses produksi nata de coco.

2. Membandingkan keuntungan perusahaan dalam kondisi aktual dan kondisi optimal.

3. Menganalisis produksi dan keuntungan perusahaan atas perubahan dalam pengalokasian sumberdaya yang ada.

4. Memberikan solusi dalam hal pemenuhan permintaan pasar yang masih belum mencukupi dengan cara pengoptimalan sumberdaya.

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis. Perusahaan PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang melakukan kegiatan pengolahan air kelapa menjadi nata de coco mentah. Pada penelitian ini difokuskan pada produk nata de coco mentah yang dianalisis selama jadwal penelitian yang telah ditetapkan. Metode yang dipakai yaitu studi kasus sehingga kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku pada perusahaan PT Galuh Pratama, tetapi dapat juga digunakan untuk kepentingan penelitian atau referensi selanjutnya.


(27)

10 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Optimalisasi dan Produksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa optimalisasi berasal dari kata optimal artinya terbaik atau tertinggi. Mengoptimalkan berarti menjadikan paling baik atau paling tinggi. Sedangkan optimalisasi adalah proses mengoptimalkan sesuatu, dengan kata lain proses menjadikan sesuatu menjadi paling baik atau paling tinggi (1990:682). Jadi, optimalisasi adalah suatu proses mengopimalkan sesuatu atau proses menjadikan sesuatu menjadi paling baik.

Pengertian Produksi dapat dilihat dari dua arti yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. pengertian produksi dalam arti sempit yaitu merubah bentuk barang - barang baru, sedangkan makna atau pengertian produksi dalam arti luas yaitu setiap usaha yang menimbulkan kegunaan (utility). Dapat pula dikatakan bahwa produksi adalah segala kegiatan yang mempertinggi faedah barang-barang baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi secara langsung yaitu produksi yang menggunakan faktor-faktor produksi alama dan tenaga kerja sedangkan produksi tidak langsung sudah mempergunakan faktor produksi turunan yaitu modal dan keahlian.

2.2 Potensi Produk dan Peluang Pengembangan Usaha Nata De Coco

Kegiatan pascapanen merupakan bagian integral dari pengembangan agribisnis, yang dimulai dari aspek produksi bahan mentah sampai pemasaran produk akhir. Peran kegiatan pascapanen menjadi sangat penting, karena merupakan salah satu sub-sistem agribisnis yang mempunyai peluang besar dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk agribisnis. Dibanding dengan produk segar, produk olahan mampu memberikan nilai tambah yang sangat besar. Daya saing komoditas Indonesia masih lemah, karena selama ini hanya mengandalkan keunggulan komparatif dengan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tak terdidik (factor–driven), sehingga produk yang dihasilkan didominasi oleh produk primer atau bersifat natural recources-based dan unskilled-labor intensive.


(28)

11 Departemen Pertanian telah menetapkan 17 komoditas yang menjadi prioritas pembangunan pertanian lima tahun (2005 – 2010) yaitu: padi, jagung, kedelai, kelapa, cengkeh, tanaman obat, pisang, jeruk, bawang merah, angrek, sapi, kambing dan domba, unggas, kelapa sawit, karet dan kakao. Dari empat belas komoditas yang menjadi mandat prioritas Puslitbang/Balai Besar yang berada di bawah Badan Litbang Pertanian, teridentifikasi 7 komoditas yang memiliki prospek untuk dikembangkan agroindustrinya yaitu: padi, jagung, kelapa, cengkeh, pisang, jeruk dan hasil ternak.

Komoditas kelapa memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri pangan maupun non-pangan. Pengembangan produk utama, produk turunan, dan produk samping dari kelapa ditujukan untuk mengejar perolehan nilai tambah domestik (retained domestic value added) secara maksimal. Dari pohon industri kelapa yang mempunyai prospek pasar meliputi nata de coco, minuman isotonik air kelapa, desiccated coconut, santan kelapa, virgin coconut oil, pakan ternak, arang tempurung, arang aktif, tepung tempurung kelapa, serat sabut kelapa, dan produk turunan (oleokimia) dari virgin coconut oil (minyak kelapa murni). Air kelapa merupakan cairan yang mempunyai kandungan gizi, terutama mineral, yang sangat baik untuk tubuh manusia, sehingga air kelapa berpotensi dijadikan minuman isotonic drink. Permintaan terhadap produk santan kelapa dan desiccated coconut dimasa datang akan meningkat terutama untuk konsumsi dalam negeri, seiring dengan terjadinya perbaikan ekonomi domestik dan perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan yang lebih mementingkan segi kepraktisan.

Peluang potensi pasar di dalam negeri yang cukup besar di sektor makanan dan minuman, melainkan terbukanya pasar produk nata de coco di luar negeri, khususnya di Taiwan dan Jepang. Nata de Coco sebagai makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan. Produk Nata de Coco diolah dengan menambahkan gula dan flavouring agent yang disukai konsumen akan memberikan nilai tambah yang optimal. Untuk pengemasan terhadap produk nata de coco bertujuan; (a). mengawetkan produk agar bertahan lama tidak rusak, (b). memberikan sentuhan nilai estetika terhadap produk sehingga memiliki daya tarik


(29)

12 yang lebih tinggi, (c). meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap produk, (d). memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.

Dalam olahan air kelapa dalam jumlah besar hasil samping industri pembuatan kopra dan desiccated coconut yang dibuang begitu saja ke dalam tanah akan terbentuk asam yang akan menurunkan pH tanah, yang akhirnya menggangu pertumbuhan tanaman sekitar dan menimbulkan bau. Dalam air kelapa cukup banyak mengandung zat–zat gizi yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup. Komposisi air kelapa antara lain karbohidrat (sukrosa, glukosa, fruktosa dan sorbitol) mineral (K, Na, Mg, P, Cl, Fe dan Cu), protein (asam–asam amino essencial) dan vitamin B dan C. Air kelapa dapat dimanfaatkan untuk pembuatan “nata de coco “, yaitu jenis makanan berbentuk seperti gelatin yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata de coco dihidangkan setelah dimasak dalam sirup kental, sering disajikan bersama campuran es buah.

Dalam proses fermentasi nata de coco dibantu oleh sejenis bakteri bernama Acetobacter xylinum. Enzim yang dihasilkan bakteri nata de coco mengubah gula yang terkandung dalam air kelapa menjadi lembaran-lembaran serat selulosa. Lembaran-lembaran selulosa itu kemudian menjadi padat dan berwarna putih bening yang dinamakan nata. Produk olahan kelapa untuk nata de coco merupakan bahan pangan yang makin diminati masyarakat, bukan hanya dalam negeri saja, tetapi pangsa pasar luar negeri semakin terbuka lebar. Peluang pasar nata de coco tidak hanya terbatas pada pasar domestik, karena prospek ekspor juga sangat terbuka luas, dan bahkan dapat menjadi komoditas andalan Indonesia kalau berhasil dikembangkan, karena Indonesia terkenal dengan negeri berbagai Pulau Kelapa. Untuk mengembangkan menuju pangsa pasar ekspor diperlukan peningkatan kualitas Nata De Coco dan ketersediaan jumlah barang sesuai permintaan pasar ekspor.

2.3 Penelitan Terdahulu

Linear Programming merupakan model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal. Masalah tersebut timbul apabila seseorang diharuskan untuk memilih atau menentukan tingkat setiap kegiatan yang akan dilakukannya, dimana masing-masing kegiatan membutuhkan sumber yang sama sedangkan jumlahnya terbatas.


(30)

13 Secara sederhana, dapat diambil contoh bagian produksi suatu perusahaan yang dihadapkan pada masalah penentuan tingkat produksi masing-masing jenis produk dengan memperhatikan batasan faktor-faktor produksi: mesin, tenaga kerja, bahan mentah, dan sebagainya untuk memperoleh tingkat keuntungan maksimal atau biaya yang minimal.

Marety (2005) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Produksi Nata de coco pada PT Fits Mandiri. Metode analisis yang digunakan yaitu Linear Programming dengan bantuan software LINDO. Minuman nata de coco yang dihasilkan oleh perusahaan terdiri dari dua jenis yaitu dalam bentuk kubus dan slice. Kondisi optimal yang dapat dihasilkan sebanyak 200.000 unit dengan kombinasi 27.200 cup untuk nata de coco bentuk kubus dan 172.800 untuk nata de coco bentuk slice. Keuntungan optimal yang didapatkan sebesar Rp 34.052.000 sedangkan keuntungan pada kondisi aktual sebesar Rp 29.768.428,- dan selisish antara produksi optimal dan aktual sebesar Rp 4.283.571,-.

Siregar (2008) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Usaha Produksi Ayam Ras Pedaging (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor). Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis optimalisasi tingkat produksi ayam pedaging, menganalisis optimalisasi penggunaan input-input produksi ayam ras pedaging agar dapat mencapai kondisi optimal, menganalisis perubahan harga jual ayam ras pedaging dan penggunaan pakan terhadap solusi optimal.

Penelitian menggunakan metode optimalisasi dengan alat berupa program LINDO. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program LINDO, keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 620.328.900,-, sedangkan keuntungan yang diperoleh HHF pada kondisi aktual selama tujuh periode Rp 521.909.446,-. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan input-input produksi di empat lokasi kandang ayam yang terdapat pada HHF belum optimal karena keuntungan total yang diterima masih dapat ditingkatkan. Besar keuntungan tersebut Rp 98.419.454,- atau sebesar 15,87 persen dari keuntungan yang diperoleh selama periode penelitian.


(31)

14 Pada penelitian ini kendala aktif yang sebaiknya tidak perlu ditambah ketersediaannya adalah penggunaan OVD, gas LPG. Sebaiknya kendala aktif yang sebaiknya ditambah adalah kendala penggunaan lahan dan kandang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan HHF sebaiknya melakukan alokasi penggunaan input-input produksi secara optimal dengan meningkatkan efisiensi, terutama penggunaan pakan dan DOC. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan manajemen pemberian pakan yang tepat dan bekerjasama dengan perusahaan breeder yang mempunyai record baik.

Novendra (2009) melakukan penelitian yang berjudul Optimalisasi Produksi Aneka Minuman Nata de coco di PT Amico Bekasi. Tujuan penelitian yaitu menentukan tingkat kombinasi produksi optimal produk pada PT Amico, mengkaji alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Amico, menganalisis perubahan-perubahan (sensitivitas) yang dilakukan terhadap koefisien fungsi tujuan dan ketersediaan sumberdaya perusahaan yang dapat diterapkan tanpa mengubah solusi.

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data secara kuantitatif yaitu data diperoleh secara manual kemudian ditabulasikan menurut aktivitas-aktivitas dan dimasukkan dalam program linear. Program Linear Interactive Discrete Optimizer (LINDO) membantu menyusun suatu persamaan fungsi tujuan dan pertidaksamaan fungsi kendala. Analisis kualitatif berguna dalam menjelaskan data hasil olahan secara deskriptif. Analisis data yang digunakan adalah analisis primal, dual, dan sensitivitas.

PT Amico memproduksi 3 jenis produk aneka minuman coco yaitu es campur, amicoco, dan buble. Berdasarkan perumusan fungsi tujuan keuntungan setiap produk dari ketiga jenis produk yang didapatkan dari penerimaan penjualan. Keuntungan yang dimaksud adalah selisih antara harga jual dengan HPP. Berdasarkan fungsi kendala meliputi pemanis, gula pasir, asam, benzoat, garam, aroma, bolo, selasih, mesin, jam tenaga kerja produksi, dan permintaan pasar.

Pada hasil analisis optimal primal, pada kondisi aptimal terjadi peningkatan produksi produk yaitu amicoco, buble medium dan buble 48, dan terjadi penurunan pada jenis es campur medium dan es campur 48. Pada kondisi


(32)

15 optimal produksi yang sebaiknya ditingkatkan adalah amicoco dan buble sehingga memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Berdasarkan analisis optimal dual, pemanis, gula pasir, asam, benzoat, garam, aroma, bolo, selasih, dan jam kerja produksi termasuk kendala tidak aktif sehingga dengan bertambahnya atau berkurangnya jumlah tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Mesin dan permintaan pasar termasuk kendala aktif artinya dengan bertambah atau berkurangnya objek tersebut dapat mempengaruhi keuntungan dan produksi.

Harahap (2009) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Usaha Produksi Kelinci di Istana Rabbit Kampung Dumpit, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis optimalisasi tingkat produksi kelinci yang dihadapi Istana Rabbit, menganalisis optimalisasi penggunaan input-input produksi kelinci agar dapat mencapai kondisi optimal dan menganalisis perubahan harga jual kelinci. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis optimalisasi produksi dengan menggunakan program LINDO.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan LINDO, tingkat keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 8.336.005,-, sedangkan keuntungan yang diperoleh Istana Rabbit pada kondisi aktual sebesar Rp 4.931.500,-. dari hasil tersebut penggunaan input belum optimal karena keuntungan total yang diterima masih dapat ditingkatkan. Besar keuntungan tersebut sebesar Rp 3.404.500,- atau sebesar 59,15 persen dari keuntungan yang diperoleh selama periode penerimaan. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya melakukan alokasi penggunaan input-input produksi secara optimal dengan meningkatkan efisiensi, terutama memperhatikan manajemen pemberian pakan dan bibit. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan manajemen pemberian pakan yang tepat.

Nasrun (2009) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Produksi Nata de coco Mentah Pada PD Risna Sari Kabupaten Cianjur. Tujuan penelitian ini adalah menentukan tingkat kombinasi produksi optimal nata de coco mentah pada PD Risna Sari, mengkaji alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PD Risna Sari untuk mencapai kondisi optimalnya, menganalisis bagaimana perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap ketersediaan sumberdaya dan harga jual


(33)

16 perusahaan dapat diterapkan tanpa mengubah kondisi optimal, mengetahui faktor kendala yang menjadi pembatas bagi perusahaan dalam mencapai kondisi optimal, menganalisis bagaimana perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap biaya dan penjualan perusahaan terhadap produksi, sumberdaya dan keuntungan perusahaan. Model yang digunakan dalam penelitian yaitu linear programming dengan bantuan pengolahan data LINDO. Pada usaha ini variabel keputusan terdapat pada model menunjukkan aktivitas produksi dari setiap jenis produk nata de coco mentah. variabel yang terbentuk terdiri dari dua variabel keputusan. Fungsi tujuan merupakan keuntungan per kilogram dari masing-masing nata de coco sedangkan kendala terdiri kendala bahan baku air kelapa, kendala bahan baku penolong cuka taiwan, gula pasir, kendala jam kerja tenaga kerja langsung, jam kerja mesin pemotong, dan target produksi untuk masing-masing produk.

Hasil analisis menunjukkan bahwa keuntungan optimal yang akan diperoleh sebesar Rp 161.146.578,- sedangkan keuntungan yang diperoleh perusahaan pada kondisi aktual sebesar Rp 153.371.340,-. Sumberdaya yang berlebih pada kondisi optimal adalah air kelapa, cuka Taiwan dan gula pasir dengan nilai sebesar nilai tertentu, sedangkan sumberdaya lain seperti jam kerja tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong nata telah habis terpakai.

Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu yaitu pada tempat penelitian dan beberapa jenis komoditinya. Pada penelitian terdahulu banyak yang menggunakan alat analisis Linear Programming dengan menggunakan program LINDO. Sedangkan alat analisis yang digunakan pada penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yaitu Linear Programming dengan menggunakan program LINDO.


(34)

17 Tabel 7. Beberapa Penelitian Terdahulu yang Relevan

Peneliti

Tahun Judul Metode Analisis

Marety (2005)

Optimalisasi Produksi Nata de coco pada PT Fits Mandiri

Linear Programming dengan menggunakan program LINDO Siregar

(2008)

Optimalisasi Usaha Produksi Ayam Ras Pedaging (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor)

Linear Programming dengan menggunakan program LINDO

Novendra (2009)

Optimalisasi Produksi Aneka Minuman Nata de coco di PT Amico Bekasi

Linear Programming dengan menggunakan program LINDO Harahap

(2009)

Optimalisasi Usaha Produksi Kelinci di Istana Rabbit Kampung Dumpit, Kabupaten Bogor

Linear Programming dengan menggunakan program LINDO Nasrun

(2009)

Optimalisasi Produksi Nata de coco Mentah Pada PD Risna Sari Kabupaten Cianjur

Linear Programming dengan menggunakan program LINDO


(35)

18 III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi

Menurut Assauri (2004), produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa barang atau jasa, dalam pengertian produksi dan operasi tercakup setiap proses yang mengubah masukan-masukan dan menggunakan sumber-sumber daya untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa barang dan jasa, sehingga dapat diukur kemampuan menghasilkan atau transformasinya yang disebut dengan produktivitas untuk setiap masukan yang digunakan.

Menurut Buffa dan Rakesh (1996), produksi adalah langkah tertentu dalam keseluruhan proses menghasilkan produk atau jasa yang membawa kepada keluaran akhir. Langkah-langkah produksi diatur menurut urutan tertentu untuk membentuk sistem produksi yang lebih besar. Dalam produksi manufaktur, masukan sumberdayanya adalah berbagai bahan baku, energi, tenaga kerja, mesin, fasilitas, informasi, dan teknologi.

Secara umum fungsi produksi terkait dengan pertanggungjawaban dalam pengelolaan dan pentransformasian masukan menjadi keluaran berupa barang atau jasa yang akan dapat memberikan hasil pendapatan bagi perusahaan. Fungsi produksi merupakan hubungan fisik antar jumlah input dengan jumlah output. Hubungan antara input dan output ini dapat diformasikan oleh sebuah fungsi produksi, dan input yang tersedia setiap perusahaan ingin memperoleh hasil maksimal sesuai dengan tingkat teknologi tertinggi pada saat itu (Nicholson, 2001). Dalam bentuk matematika sederhana, fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :

Q = f (K,T,M,n) dimana

Q = Output yang dihasilkan selama satu periode tertentu K = Kapital, T = Tenaga Kerja


(36)

19 C

Q* B

TP

A

Input X 0 X1 X2 X3

Gambar 1. Kurva Produksi Sumber : Lipsey, 1995

Maksimal dan optimal merupakan dua kata yang memiliki makna hampir sama, sama-sama merupakan indikator capaian sebuah usaha atau proses yang bersifat positif. Bedanya maksimal merupakan tingkat pencapaian yang mampu atau dapat diraih setinggi-tingginya tanpa mempertimbangkan faktor biaya atau pengorbanan yang harus dikeluarkan (titik C). Sedangkan optimal adalah tingkat pencapaian yang perolehannya dibatasi oleh besar atau nilai biaya yang harus dikeluarkan (titik B). Jika kita memiliki biaya atau sumber daya terbatas, maka konsep optimallah yang lebih tepat untuk digunakan, karena jika kita menggunakan konsep maksimal, pada batas tertentu, setelah melampaui titik optimal tingkat produktifitas akan menurun dan ini berarti keuntungan, atau manfaat yang kita dapat menjadi semakin berkurang. Sebaliknya jika sumber daya yang kita miliki tidak terbatas atau sangat banyak melebihi kapasitas produksi, atau kemampuan berbuat maka dengan kerangka pikir maksimal karena kalaupun kita terpuruk karena sebuah kesalahan, masih banyak kemungkinan untuk memperbaikinya dengan sumber daya yang ada.

3.1.2 Optimalisasi Produksi

Nasendi dan Anwar (1985) menyatakan optimalisasi adalah serangkaian proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan hasil terbaik dalam situasi tertentu. Dengan pendekatan normatif dapat diketahui


(37)

20 bahwa optimalisasi mengindentifikasikan penyelesaian terbaik suatu masalah yang diarahkan pada tujuan maksimisasi atau minimisasi melalui fungsi tujuan.

Soekartawi (1991) berpendapat bahwa optimalisasi adalah suatu pencapaian keadaan terbaik dan optimalisasi produksi adalah penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Memaksimumkan nilai atau keuntungan yang dihasilkan dari proses produksi atau untuk meminimumkan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dengan memperhatikan kendala-kendala yang berada diluar jangkauan pelaku kegiatan merupakan tujuan dilakukannya optimalisasi. Oleh karena itu dalam pencapaian tujuan tersebut, kegiatan produksi selalu berusaha untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas diantaranya berbagai kegiatan yang saling bersaing.

Menurut Mulyono (1991), menyatakan bahwa berdasarkan langkah-langkah optimalisasi, setelah masalah diidentifikasi dan tujuan ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah mengformulasikan model matematis yang meliputi tiga tahap yaitu :

1. Menentukan variabel yang tidak diketahui, (variabel keputusan) dan nyatakan dalam simbol matematik.

2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai hubungan linear (bukan perkalian) dari variabel keputusan.

3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam persamaan atau pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linear dari variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah tersebut.

Persoalan optimalisasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi dari beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Biasanya pembatasan tersebut meliputi tenaga kerja, uang, material yang merupakan input serta waktu dan ruang (Supranto, 1988). Perilaku optimalisasi yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan maksimum, adapun keuntungan maksimum dapat ditempuh melalui dua cara yaitu :

1. Maksimisasi, yaitu menggunakan atau mengalokasikan masukan (biaya) yang sudah tertentu untuk mendapatkan keuntungan atau penerimaan maksimum.


(38)

21 2. Minimisasi, yaitu untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan

menggunakan masukan (biaya) yang paling minimal.

Menurut Nicholson (2001), secara ekonomi tujuan utama perusahaan diasumsikan sebagai maksimisasi nilai perusahaan atau memaksimumkan laba. Berdasarkan pendekatan holistik, maka tujuan tersebut merupakan tujuan satu-satunya yang ingin dicapai perusahaan. Perusahaan akan memilih kombinasi input yang terbaik dari tingkat output yang menguntungkan, sehingga perusahaan akan berusaha membuat perbedaan yang sebesar-besarnya antara biaya produksi dengan penerimaan total.

3.1.3 Kombinasi Produksi Optimal

Penentuan kombinasi produksi optimal untuk memperoleh keuntungan maksimum yang dapat dijelas melalui kurva kemungkinan produksi dan garis isorevenue. Kurva kemungkinan produksi mengungkapkan tiga konsep yaitu, kelangkaan (scarcity), pilihan (choise), dan opportunity cost. Kelangkaan ditunjukkan oleh kombinasi-kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi batas. Pilihan ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih berbagai titik-titik alternatif yang bisa dicapai sepanjang batas. Opportunity cost merupakan keputusan memproduksi satu barang lebih sedikit agar dapat memproduksi barang lain dalam jumlah yang banyak.

Kurva kemungkinan produksi disebut juga isoquant karena masing-masing titik dalam kurva menunjukkan kombinasi input yang akan menghasilkan output dalam jumlah yang sama. Garis isoquant merupakan garis yang menunjukkan kombinasi output yang dapat dijual perusahaan yang akan memberikan penerimaan tertentu.

Pada Gambar 2 dapat dilihat kurva kemungkinan produksi untuk produk X dan Y yang ditunjukkan oleh daerah OAEB. Garis isorevenue ditunjukkan oleh garis TR1 dan TR2. Kombinasi produksi optimal diperoleh pada saat kurva

kemungkinan produksi di titik E sebesar d untuk barang X dan sebesar c untuk barang Y. Pada titik ini total penerimaan yang diterima perusahaan sudah maksimal yaitu sebesar TR2. Jika kombinasi produksi pada titik a dan b, maka


(39)

22 Gambar 2. Kombinasi Output

Sumber : Lipsey, 1995 3.1.4 Program Linear

Linear programming adalah salah satu pendekatan matematik yang paling sering dipergunakan dan ditetapkan dalam keputusan-keputusan manajerial. Tujuan dari penggunaan LP adalah untuk menyusun suatu model yang dapat dipergunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan alokasi dari sumberdaya perusahaan keberbagai alternatif (Muslich, 2009).

Linear programming merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal. Linear programming mencakup perencanaan kegiatan-kegiatan untuk mencapai sesuatu hasil yang optimal yaitu suatu hasil yang mencerminkan tercapainya sasaran tertentu yang paling baik (Subagyo, 1983). Dalam memecahkan masalah LP menggunakan model matematis yang berarti bahwa semua fungsi matematis yang disajikan dalam model haruslah fungsi-fungsi linear.

Linear programming adalah sebuah alat deterministik yang berarti bahwa semua parameter model diasumsikan diketahui dengan pasti. Tetapi, dalam kehidupan nyata jarang seseorang menghadapi masalah dimana terdapat kepastian

a

E c

A

TR1 b

Isorevenue Batas Kemungkinan

TR2

0 X

Y


(40)

23 sesungguhnya. Teknik LP mengkompensasikan kekurangan ini dengan memberikan analisis pasca-optimum dan analisis parametrik yang sistematis untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang bersangkutan untuk menguji sensitivitas pemecahan optimum yang statis terhadap perubahan diskrit atau kontinyu dalam berbagai parameter dari model tersebut (Taha, 1996).

Persoalan dalam program linear berusaha untuk mencari pemecahan optimal di dalam batasan sumberdaya yang ada pada suatu perusahaan. Sebuah perusahaan yang cukup besar akan berhadapan dengan batasan, baik berupa batasan dari input tertentu, batasan kapasitas, batasan berupa modal kerja, penyimpanan, permintaan, jam kerja mesin, tenaga kerja, dan lain sebagainya.

Penggunaan program linear didasari oleh berbagai asumsi, untuk memudahkan perumusan model tanpa mengurangi kedekatannya dengan keadaan nyata atau sebenarnya. Asumsi-asumsi yang digunakan, yaitu Subagyo (1983) : 1. Proporsionalitas

Asumsi ini berarti naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan.

2. Aditivitas

Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi atau dalam LP dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.

3. Divisibilitas

Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan.

4. Deterministik

Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model program linear dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat. Sebagai alat kuantitatif untuk melakukan pemrograman, program linear mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan (Soekartawi, 1991). Kelebihan linear programming antara lain :


(41)

24 1. Fungsi tujuan yang dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau

berdasarkan data yang tersedia.

2. Dapat menggunakan banyak variabel sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumber yang optimal dapat dicapai.

Disamping mempunyai keunggulan, penggunaan program linear juga memiliki keterbatasan atau kekurangan antara lain :

1. Terbatas hanya pada satu fungsi tujuan padahal dalam kenyataannya perencanaan perusahan mungkin dihadapkan pada lebih dari satu fungsi tujuan. 2. Penggunaan fungsi linearitas karena dalam kenyataannya kadang-kadang

asumsi tidak terpenuhi.

3. Program linear hanya mampu merumuskan cara terbaik tentang penggunaan sumberdaya pada kondisi tertentu sehingga tidak banyak membantu pengambilan keputusan pada kondisi yang berubah-ubah.

Pada program linear terdapat dua macam fungsi, yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala. Fungsi tujuan menggambarkan sasaran pada permasalahan prorgam linear dan berkaitan dengan pengaturan sumberdaya untuk mencapai keuntungan maksimal dan biaya yang minimal. Biasanya fungsi tujuan dinyatakan atau disimbolkan sebagai Z. Fungsi kendala adalah bentuk matematik dari kendala-kendala yang akan dialokasikan secara optimal pada berbagai aktivitas.

Menurut Subagyo (1983), model matematik program linear dalam bentuk standar dirumuskan sebagai berikut

Maksimisasi atau minimisasi Z = C1X1 + C2X2 + .... + CnXn

Fungsi tujuan harus memenuhi kendala-kendala atau syarat-syarat ikatan sebagai berikut :

a11 + a12X2 + .... + a1nXn≤; =; atau ≥ b1

a12 + a22X2 + .... + a2nXn≤; =; atau ≥ b2

- - - - - - - - - - am1X1 + am2X2 + .... + amnXn≤; =; atau ≥ bm


(42)

25 Keterangan :

Z = Fungsi Tujuan

Cn = koefisien peubah pengambilan keputusan ke-n dalam fungsi tujuan

Xn = peubah pengambilan keputusan atau kegiatan ke-n (tingkat kegiatan)

amn = koefisien teknis dalam kendala ke-m pada aktivitas ke-n

bm = sumberdaya yang terbatas / konstanta dari kendala ke-m

3.1.5 Analisis Primal dan Dual

Masalah dual adalah sebuah masalah LP yang diturunkan secara matematis dari satu model LP primal. Masalah primal dan dual sangat berkaitan erat sehingga pemecahan optimal dari salah satu masalah akan secara otomatis menghasilkan pemecahan optimum untuk masalah lainnya.

Bentuk Primal Linear Programming

Bentuk Dual Linear Programming

Berdasarkan bentuk matematik dari analisis primal dan dual dapat diperoleh hubungan antara kedua bentuk tersebut sebagai berikut.

1. Jika bentuk primal adalah maksimisasi, bentuk dualnya adalah minimisasi. 2. Koefisien-koefisien fungsi tujuan bentuk dual menjadi koefisien pada sisi

sebelah kanan bentuk primal. Koefisien pada sisi sebelah kanan bentuk dual menjadi koefisien-koefisien fungsi tujuan bentuk primal.

3. Koefisien-koefisien dalam kolom bentuk primal adalah sama dengan koefisien-koefisien dalam baris bentuk dual.


(43)

26 4. Jumlah variabel dalam bentuk dual adalah sama dengan jumlah kendala bentuk primal. Jumlah kendala bentuk dual adalah sama dengan jumlah variabel dalam bentuk primal.

5. Jika tanda fungsi kendala yang ke-i dari bentuk primal adalah persamaan, maka tanda variabel yang ke-i bentuk dual adalah tidak berkendala.

6. Jika bentuk primal adalah maksimisasi (minimisasi), maka kecuali dinyatakan pada point 5, tanda untuk variabel-variabel bentuk dual akan berlainan (sama) dengan tanda kendala bentuk primal.

7. Tanda fungsi kendala bentuk dual diatur sebagai berikut

a. Jika variabel ke-i dari bentuk primal tidak mempunyai tanda kendala, maka tanda kendala untuk bentuk dual yang ke-i adalah (sama dengan). b. Jika bentuk primal adalah maksimisasi (minimisasi), maka tanda kendala

bentuk dualnya akan sama (berlawanan) dengan tanda variabel dari bentuk primal.

Tabel 8. Hubungan Bentuk Primal dan Dual Tujuan Primal

Standar

Dual

Tujuan Batasan Variabel

Maksimisasi Minimisasi ≥ Tidak dibatasi

Minimisasi Maksimisasi ≤ Tidak dibatasi

Sumber. Taha 1996.

Dalam program linear masalah awal yang dikemukakan disebut sebagai masalah primal. Solusi optimal masalah primal ini menunjukkan nilai dari variabel-variabel keputusan yang memaksimumkan atau meminimumkan nilai dari fungsi tujuan. Analisis primal digunakan untuk mengetahui dan menentukan kombinasi produksi terbaik yang dapat menghasilkan tujuan dengan keterbatasan sumberdaya yang ada. Oleh karena itu, akan diperoleh berupa jumlah setiap variabel keputusan yang akan diproduksi dan dapat memaksimumkan nilai fungsi tujuan dengan dihadapkan pada sumberdaya yang ada.

Analisis dual dilakukan untuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya dengan melihat kekurangan (slack) atau kelebihan (surplus) dan nilai dualnya. Kekurangan dan kelebihan digunakan untuk menandai sisa atau kelebihan kapasitas yang akan terjadi pada variabel optimal. Variabel slack (≤) akan berkaitan dengan batasan dan mewakili jumlah kelebihan sisi kanan dari batasan


(44)

27 tersebut dibandingkan sisi kiri. Variabel surplus didentifikasi dengan batasan (≥) dan mewakili kelebihan sisi kiri dibandingkan sisi kanan.

3.1.6 Analisis Sensitivitas

Menurut Soekartawi (1991), analisis sensitivitas ini penting karena dalam kegiatan sehari-hari faktor ketidakpastian itu selalu ada. Faktor ketidakpastian ini sering terjadi pada perubahan harga. Pengertian sensitivitas adalah memberlakukan parameter sumberdaya yang tersedia pada batas yang paling kecil (lower limit) dan batas yang paling besar (upper limit).

Analisis sensitivitas terdiri atas dua tipe, yaitu analisis perubahan nilai koefisisen dari fungsi tujuan dan analisis sisi kanan dari fungsi tujuan (Right Hand Side). Analisis perubahan koefisisen fungsi tujuan dilakukan untuk mengetahui efek perubahan tanpa mengubah solusi optimal dengan parameter lain dipertahankan konstan. Tujuan dari RHS adalah untuk menentukan berapa banyak nilai sisi kanan dari fungsi kendala dapat ditingkatkan atau diturunkan tanpa mengubah nilai shadow price-nya dengan parameter lain dipertahankan konstan (Muslich, 2009).

Analisis sensitivitas berguna untuk mengetahui seberapa jauh solusi optimal awal tidak akan berubah jika terjadi perubahan pada harga jual setiap produk, biaya per satuan produk, dan ketersediaan sumberdaya yang dimiliki. Apabila perubahan-perubahan yang terjadi masih dalam selang yang diperbolehkan, maka solusi optimal awal tidak akan berubah. Selang dalam program linear terdiri atas batas penurunan (allowable decrease) dan batas peningkatan (allowable increase). Batas penurunan memperlihatkan besarnya nilai penurunan parameter fungsi tujuan atau nilai penurunan ketersediaan sumberdaya yang tidak mengubah solusi optimal awal. Batas atas memperlihatkan nilai peningkatan yang tidak akan mengubah solusi optimal awal. Solusi awal akan berubah apabila yang terjadi di luar selang perubahan yang diperbolehkan (Taha, 1996).


(45)

28 3.1.7 Analisis Post-Optimal

Analisis post-optimal merupakan suatu usaha untuk mempelajari nilai-nilai dari peubah-peubah pengambilan keputusan dalam suatu model matematika jika satu atau beberapa atau semua parameter model tersebut berubah. Dalam persoalan program linear, analisis post-optimal menyangkut analisis terhadap nilai-nilai peubah pengambilan keputusan sebagai dampak perubahan dalam koefisien fungsi tujuan, koefisien teknologi input/output, nilai sebelah kanan model (RHS), dan adanya tambahan fungsi kendala baru maupun tambahan peubah pengambilan keputusan.

Tujuan analisis post-optimal adalah untuk memperoleh informasi tentang solusi optimal yang baru dan yang dimungkinkan atau yang sesuai dengan perubahan dalam parameter model melalui perhitungan tambahan yang minimal (Nasendi dan Anwar, 1985).

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Sebelum menentukan kerangka pemikiran operasional biasanya diawali dengan identifikasi terhadap kondisi perusahaan yang kemudian diikuti dengan bagaimana hubungan (keterkaitan) antara variabel-variabelnya. Berdasarkan hubungan tersebut dapat menentukan metode atau alat analisis yang akan digunakan. Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatannya selalu berusaha untuk memperoleh keuntungan maksimal. PT Galuh Pratama juga mempunyai tujuan untuk memaksimumkan keuntungan dari kegiatan produksi nata de coco mentah. Bagi perusahaan hal yang tidak mudah untuk mencapai tujuan tersebut, karena setiap perusahaan memiliki kendala-kendala dan persaingan industri sejenis yang semakin ketat. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan perencanaan produksi optimal untuk menentukan alternatif kombinasi produksi optimal agar tujuan memaksimumkan keuntungan dapat dicapai.

Perencanaan produksi optimal disusun oleh perusahaan agar dapat mengetahui tingkat produksi optimal yang dapat dihasilkan oleh perusahaan tersebut dengan sarana produksi yang tersedia. Langkah-langkah yang harus dilakukan perusahaan antara lain : pertama, melakukan identifikasi kondisi perusahaan yang mencakup tujuan perusahaan (maksimisasi keuntungan atau


(1)

80 coco mentah bentuk lembaran dengan kondisi harga jual tetap. Keuntungan pada kondisi optimal sebesar Rp 242.146.671,- sedangkan pada kondisi post optimal keuntungan hanya sebesar Rp 154.817.145,-

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan beberapa hal yang dapat diperhatikan atau dilakukan oleh PT Galuh Pratama :

1. PT Galuh Pratama sebaiknya beroperasi pada tingkat produksi optimal dengan menambah jumlah produksi hingga mencapai kondisi optimal. Dimana jumlah nata de coco mentah bentuk kubus sebanyak 293.333,34 kilogram dan 20.952,38 kilogran nata de coco mentah bentuk lembaran. Dengan menghasilkan tingkat produksi optimal tersebut perusahaan akan dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 242.146.671 yang lebih besar dari pada kondisi aktual sebesar Rp 229.556.620.

2. Sumberdaya yang perlu diperhatikan oleh PT Galuh Pratama adalah ketersediaan gula pasir dan jam kerja mesin pemotong, hal ini dikarenakan dengan penambahan sumberdaya tersebut mampu meningkatkan keuntungan yang diterima oleh perusahaan. Jika kondisi permodalan perusahaan mencukupi sebaiknya perusahaan menambah jumlah gula pasir dan jumlah mesin pemotong agar kondisi optimal dapat tercapai

3. PT Galuh Pratama sebaiknya meninjau kembali ketersediaan sumberdaya air kelapa, cuka Taiwan, jam kerja tenaga kerja langsung serta permintaan dari pelanggan atau konsumen. Ketersediaan sumberdaya ini selalu berlebih setiap bulannya, dimana air kelapa mengalami kelebihan persediaan sebanyak 60.779,03 liter, cuka Taiwan sebanyak 330 liter, dan 1.005,71 jam kerja tenaga kerja langsung. Penyimpanan yang terlalu lama akan menyebabkan pembusukan sehingga pada akhirnya bahan baku tersebut tidak dapat digunakan kembali. Peninjauan kembali ketersediaan bahan baku dapat meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya yang dimiliki.


(2)

81 DAFTAR PUSTAKA

Anwar A, B Nasendi. 1985. Program Linear dan Variasinya. Jakarta: PT Gramedia.

Assauri S. 2004. Manajemen Produksi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Buffa, E. S dan Rakesh, K. S. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern, Jilid I. Jakarta : Binarupa Aksara.

Harahap, D. M, 2009. Optimalisasi Usaha Produksi Kelinci di Istana Rabbit Kampung Dumpit, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid II. Jakarta : PT INDEK Kelompok Gramedia.

Lipsey, R. G, et. Al. 1995. Pengantar Mikroekonomi Jilid I. Jakarta : Binarupa Aksara.

Marety, Wisnoe. 2005. Optimalisasi Produksi Nata de coco pada PT Fits Mandiri. Skripsi. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mulyono S. 1991. Operations Research. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Muslich M. 2009. Metode Pengambilan Keputusan Kuantitatif. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Nasrun, Nurul. Optimalisasi Produksi Nata de coco Mentah Pada PD Risna Sari Kabupaten Cianjur. Skripsi. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nicholson W. 2001. Teori Ekonomi Mikro, Prinsip Dasar dan Pengembangannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Novendra, Anggia. 2009. Optimalisasi Produksi Aneka Minuman Nata de coco di PT Amico Bekasi. Skripsi. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Palungkun R. 2001. Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta : Penebar Swadaya.

Rangkuti. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.


(3)

82 Siregar, G. W. R. 2008. Optimalisasi Usaha Produksi Ayam Ras Pedaging (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor). Skripsi. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Subagyo P. 1983. Dasar-Dasar Operations Research. Edisi 2. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Soedijanto. 1985. Kelapa. Jakarta : Yasa Guna.

Soekartawi. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Cetakan ke I. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Supranto J. 1988. Linear Programming Teori dan Aplikasinya Kusus Dalam Bidang Pertanian. Jakarta : Rajawali Pers.

Taha A. 1996. Riset Operasi Suatu Pengantar, Jilid I Edisi Kelima. Jakarta : Binarupa Aksara.


(4)

83


(5)

84 Lampiran 1. Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah pada PT Galuh

Pratama Berdasarkan Olahan Program LINDO

MAX 783X1+595X2 SUBJECT TO 1.302X1+1.303X2<=470000 0.0077X1+0.0077X2<=2750 0.07X1+0.07X2<=22000 0.039X1+0.120X2<=14960 0.006X1<=1760 X1<=299640 X2<=29867 END

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 0 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.2421467E+09

VARIABLE VALUE REDUCED COST

X1 293333.343750 0.000000 X2 20952.382812 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

2) 60779.035156 0.000000

3) 330.000000 0.000000

4) 0.000000 8500.000000

5) 1005.713867 0.000000

6) 0.000000 31333.333984

7) 6306.669434 0.000000

8) 8914.616211 0.000000

OBJ COEFFICIENT RANGES

VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

COEF INCREASE DECREASE

X1 783.000000 INFINITY 188.000000 X2 595.000000 188.000000 595.000000 RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

RHS INCREASE DECREASE

2 470000.000000 INFINITY 60779.035156 3 2750.000000 INFINITY 330.000000 4 22000.000000 586.666443 1466.666870 5 14960.000000 INFINITY 1005.713867 6 1760.000000 37.840015 53.487694 7 299640.000000 INFINITY 6306.669434 8 29867.000000 INFINITY 8914.616211


(6)

85 Lampiran 2. Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah pada Post Optimal

PT Galuh Pratama Berdasarkan Olahan Program LINDO

MAX 498X1+417X2 SUBJECT TO 1.302X1+1.303X2<=470000 0.0077X1+0.0077X2<=2750 0.07X1+0.07X2<=22000 0.039X1+0.120X2<=14960 0.006X1<=1760 X1<=299640 X2<=29867 END

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 2 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.1548171E+09

VARIABLE VALUE REDUCED COST

X1 293333.343750 0.000000 X2 20952.382812 0.000000 ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES 2) 60779.035156 0.000000 3) 330.000000 0.000000 4) 0.000000 5957.143066 5) 1005.713867 0.000000 6) 0.000000 13500.000000 7) 6306.669434 0.000000 8) 8914.616211 0.000000

OBJ COEFFICIENT RANGES

VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

COEF INCREASE DECREASE

X1 498.000000 INFINITY 81.000000 X2 417.000000 81.000000 417.000031 RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

RHS INCREASE DECREASE

2 470000.000000 INFINITY 60779.035156

3 2750.000000 INFINITY 330.000000

4 22000.000000 586.666443 1466.666870

5 14960.000000 INFINITY 1005.713867 6 1760.000000 37.840015 53.487694

7 299640.000000 INFINITY 6306.669434