Tingkat Produksi Optimal Analisis Primal

65 perusahaan antara lain adalah kendala bahan baku air kelapa, bahan baku penolong cuka Taiwan dan gula pasir, ketersediaan tenaga kerja langsung, ketersediaan jam kerja mesin pemotong, serta kendala target produksi. Dengan menggunakan program LINDO dapat diketahui hasil optimal yang diperoleh perusahaan. Hasil olahan optimal memperlihatkan solusi optimal yang terdiri dari kombinasi produk, status sumberdaya analisis dual, analisis sensitivitas, dan analisis post-optimal. Pada Lampiran 1 dapat dilihat hasil output komputer menggunakan LINDO dimana perusahaan akan memperoleh keuntungan yang maksimum.

6.2.1 Tingkat Produksi Optimal

Variable keputusan yang ingin diketahui dari kegiatan optimalisasi adalah jumlah produksi dari masing-masing nata de coco mentah yang seharusnya dihasilkan agar perusahaan mencapai keuntungan yang maksimal. Hal ini dapat tercapai dengan syarat bahwa jumlah penjualan dari masing-masing produk selama periode Mei sampai dengan Agustus 2012 sama dengan jumlah tiap jenis nata de coco mentah yang diproduksi selama periode tersebut. Tabel 21. Jumlah Produksi Nata De Coco Mentah pada Kondisi Aktual dan Optimal pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 Jenis Nata De Coco Produksi Aktual kg Produksi Optimal kg Selisih Kg Kubus 272.350 293.333,34 - 20.983,34 Lembaran 27.406 20.952,38 6.453,62 Total 299.756 314.285,72 - 14.529,72 Sumber : Data olahan LINDO, Januari 2013 Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa kondisi aktual untuk jumlah nata de coco mentah yang dihasilkan selama periode Mei – Agustus 2012 berjumlah 299.756 kilogram dengan kombinasi 272.350 kilogram nata de coco mentah bentuk kubus dan 27.406 kilogram bentuk lembaran, sedangkan pada kondisi optimal perusahaan memproduksi nata de coco mentah sebanyak 314.285,72 kilogram dengan kombinasi 293.333,34 kilogram nata de coco 66 mentah bentuk kubus dan 20.952,38 kilogram bentuk lembaran. Selisih jumlah produksi aktual dan optimal sebesar 14.529,72 kilogram. Produksi nata de coco pada kondisi optimal berbeda dengan produksi pada kondisi aktual, hal tersebut dikarenakan perusahaan masih belum mampu menggunakan seluruh sumberdaya yang ada secara efisien seperti bahan baku air kelapa, cuka Taiwan, dan gula pasir. Selain itu juga jumlah jam tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong yang tersedia di perusahaan masih kurang, sehingga perusahaan mengalami keterbatasan untuk menambah jumlah produksinya. Berdasarkan hasil analisi primal maka diketahui bahwa nata de coco bentuk kubus dan lembaran harus diproduksi setiap kali kegiatan produksi dilaksanakan. Selisih produk nata de coco mentah bentuk kubus memiliki nilai negative sebesar 20.983,34 kilogram, hal ini menunjukkan bahwa produksi pada kondisi aktual yang terjadi di perusahaan masih jauh dari kondisi optimalnya dan sebaiknya perusahaan meningkatkan produksi nata de coco mentah bentuk kubus sebesar 20.983,34 kilogram. Produk nata de coco mentah bentuk lembaran memiliki nilai positif sebesar 6.453,62 kilogram menunjukkan bahwa sebaiknya perusahaan mengurangi produksi nata de coco mentah bentuk lembaran sebesar 6.453,62 kilogram selama periode produksi Mei – Agustus 2012. Keuntungan optimal periode Mei – Agustus 2012 yang akan diperoleh perusahaan apabila perusahaan berproduksi pada kondisi optimal yaitu sebesar Rp 242.146.671,32,- sedangkan keuntungan yang diperoleh perusahaan pada kondisi aktual adalah sebesar Rp 229.556.620,-. Selisih keuntungan antara produksi aktual dan produksi optimal yaitu sebesar Rp 12.590.051,32,-. Berdasarkan model Linier Programming, apabila perusahaan ingin mencapai produksi optimal maka sebaiknya perusahaan melakukan penjadwalan ulang terhadap produksinya, sehingga perusahaan dapat memperoleh tambahan keuntungan. Apabila perusahaan ingin berproduksi sesuai dengan kondisi optimalnya, maka perusahaan dapat memfokuskan produksinya untuk nata de coco mentah bentuk kubus. Selain karena tingkat keuntungan per kilogramnya 67 yang dihasilkan lebih besar, permintaan untuk nata de coco mentah bentuk kubus jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nata de coco mentah bentuk lembaran.

6.2.2 Penggunaan Bahan Baku Air Kelapa Optimal