Ruang Lingkup Substansial Ruang Lingkup Penelitian

xxii g. Membuat rekomendasi bagi Pemerintah Kabupaten Tegal dalam menata Kawasan Perdagangan Banjaran dan PKL.

1.3.3 Manfaat Penelitian

Studi ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang pembangunan kota, khususnya dalam pendekatan terhadap masalah pedagang kaki lima dan pertokoan di kawasan perdagangan yaitu dari aspek interaksi yang terjadi diantara keduanya. Kemudian hasil studi ini diharapkan pula dapat menjadi salah satu masukan sebagai arahan dalam penataan kawasan perdagangan secara menyeluruh, sehingga akan terwujud Kawasan Perdagangan Banjaran yang tertib, bersih dan indah serta semua stakeholder kota akan merasa nyaman berada di kawasan perdagangan tersebut.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

1.4.1 Ruang Lingkup Substansial

Sesuai dengan tujuan penelitian dan sasaran yang ingin dicapai, maka penelitian ini dibatasi pada telaahan sebagai berikut : 1. Karakteristik pertokoan, meliputi : a. Aktivitas pertokoan, terdiri dari jenis usaha dan waktu usaha. Sehingga dapat diketahui perilaku pemilik toko dalam menjalankan usahanya. b. Persepsi pemilik toko terhadap aktivitas PKL yang ada di trotoar, meliputi ijin menempati trotoar, akses masuk ke pertokoan, akses masuk ke pertokoan, jenis usaha PKL, sarana dagang PKL. xxiii c. Persepsi terhadap kebijakan pemerintah daerah tentang PKL dan penataan kawasan perdagangan. 2. Karakteristik PKL, meliputi : a. Aktivitas PKL, terdiri dari jenis usaha, waktu usaha, cara mendapatkan barang dagangan, pengelompokan, bentuk sarana dagang, luas ruang. b. Persepsi PKL terhadap toko meliputi ijinpermisi berjualan ditrotoar, persaingan dengan toko, konflik dengan toko c. Persepsi terhadap kebijakan pemerintah daerah tentang penataan kawasan perdagangan dan PKL. 3. Persepsi pembeli pada trotoar terhadap akses masuk ke pertokoan, pemilihan lokasi belanja antara PKL dan toko, serta persepsi terhadap kondisi trotoar dan penataan kawasan perdagangan. Persepsi pembeli sebagai analisis pendukung interaksi aktivitas pertokoan dan PKL. 4. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Tegal terhadap PKL serta penataan kawasan perdagangan. Analisis ini juga sebagai analisis pendukung interaksi aktivitas pertokoan dan PKL pada trotoar. 5. Jenis interaksi aktivitas pertokoan dan PKL yang meliputi: a. Interaksi sosial dengan indikator penerimaan atau penolakan pertokoan terhadap aktivitas PKL di trotoar, situasi sosial yang terjadi pada saat itu. b. Interaksi ekonomi dengan indikator pertukaran barang dagangan, keterkaitan jenis dagangan. c. Interaksi waktu dengan indikator keterkaitan waktu aktivitas pedagang kaki lima dengan pertokoan. xxiv 6. Bentuk Interaksi aktivitas pertokoan dan PKL pada trotoar, sebagai berikut: a. Interaksi mutualisme yaitu interaksi yang saling menguntungkan. b. Interaksi parasialisme yang terdiri atas pendapatan salah satu pihak turun, akses masuk ke toko tertutup, depan toko menjadi kumuh. c. Persaingan atau kompetisi yang terdiri atas mengatur jenis dagangan. d. Konflik atau pertentangan yang terdiri atas pemilik toko melarang atau menegur PKL berjualan di depan toko. e. Akomodatif yang terdiri atas pemilik toko “pasrah” dengan adanya aktivitas PKL didepannya karena tidak mau konflik dengan PKL atau sama-sama mencari nafkah dan pemilik toko “pasrah” terhadap kebijakan pemda yang belum optimal dalam menata kawasan dan PKL.

1.4.2 Ruang Lingkup Spasial