cxxxi terigu, minyak, kacang hijau, bumbu-bumbuan. Hal ini sesuai dengan
penelitian Kamala Chandrakirana dan Isono Sadoko 1994:37 yaitu PKL mendapatkan
pasokan barang dagangan dari berbagai sumber seperti produsen, pemasok, toko pengecer maupun PKL sendiri. Namun demikian 51 PKL mendapatkan bahan
baku dagangan dari pasar hal ini dapat dipahami karena 53 PKl tadinya berasal dari dalam pasar.
TABEL IV.22 SUMBER BAHAN BAKU PKL
No Sumber Bahan
Baku Jumlah 1 Pasar
39 51
2 Toko Sekitar
Kawasan 18
24 3 BuatHasil Usaha Sendiri
3 4
4 Titipan Orang Lain 16
21 5 Lainya
- JUMLAH
76 100
Sumber: Hasil Analisis 2005
Interaksi ekonomi antara pertokoan dan pedagang kaki lima cenderung menguntungkan kedua belah pihak.
4.2.3 Interaksi Waktu
Mc. Gee dan Yeung 1977 : 76 menyatakan bahwa pola aktivitas PKL menyesuaikan terhadap irama dari ciri kehidupan masyarakat sehari-hari, maka
waktu kegiatan PKL didasarkan pula atau sesuai dengan perilaku kegiatan formal. Waktu aktivitas PKL berlangsung mulai pagi hari yaitu mulai jam 05.00
WIB sampai dengan 21.00 WIB. Aktivitas PKL pada jam 05.00 WIB mengikuti aktivitas bongkar muat sayuran di Pasar Adiwerna. Aktivitas PKL yang
berlangsung pada pagi hari didominasi jenis dagangan makananjajanan dan sayuran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada pagi hari dan siang hari
khususnya makan pagi dan makan siang.
cxxxii Waktu aktivitas pertokoan berlangsung mulai 07.00 WIB dan berakhir
pada pukul 21.00 WIB. Dari hasil pengamatan di lapangan, aktivitas toko yang berlangsung sampai malam hari kondisinya tidak begitu ramai, dari luar terlihat
lapak-lapak yang ditinggalkan oleh PKL, sehingga kurang nyaman untuk berbelanja atau sekedar jalan-jalan. Alasan itu pula yang dikemukakan oleh salah
seorang pemilik toko yaitu Toko Gentong Pusaka Putra yang berjualan kelontong, toko tutup petang hari karena meskipun PKL sudah tidak berjualan, alat
dagangnya tetap berada di depan toko, sehingga keberadaan toko tetap terhalang pandangan dari jalan, namun kondisi kawasan yang mulai sepi dipengaruhi juga
oleh menurunnya tingkat aktivitas masyarakat, yang diakibatkan juga sudah tidak beroperasinya angkutan kota ke dan dari kawasan permukiman sehingga
berpengaruh juga terhadap aktivitas pertokoan. Kondisi kawasan yang sangat ramai dan menimbulkan kemacetan
dimulai pada pukul 07.00 WIB, yaitu ketika aktivitas pekerja dan pelajar mulai melintas di jalur kawasan perdagangan dan dimulainya aktivitas pertokoan dan
PKL dengan jenis dagangan konfeksi. Gambar 4.13 berikut ini menunjukkan interaksi waktu aktivitas
pertokoan dan PKL di kawasan tersebut.
cxxxiii
cxxxiv
4.3 Analisis Bentuk Interaksi Pertokoan dan Pedagang Kaki Lima
Analisis ini untuk mengetahui bentuk interaksi yang terjadi khususnya antara pertokoan dan PKL berdasarkan interaksi keduanya.
4.3.1 Mutualisme
Analisis ini untuk melihat interaksi yang saling menguntungkan kedua belah pihak berdasarkan persepsi pertokoan dan PKL. Sebagaimana telah
diketahui beberapa peneliti sektor informal telah menunjukkan adanya bentuk interaksi mutualisme antara sektor formal dan informal. Paulus Wirutomo dalam
Rachbini dan Hamid, 1994 : xiii menyatakan adanya ketergantungan pegawai sektor formal pada dagangan dan jasa dari sektor informal hal ini dapat dilihat
dikawasan perkantoran dan perdagangan dikota-kota besar, dimana sejumlah pegawai atau karyawan bergaji rendah membeli makan siang atau sejumlah
kebutuhan di kios-kios yang berderet disepanjang jalan dekat perkantoran tersebut. Analisis jenis interaksi ekonomi di atas menunjukkan adanya bentuk
interaksi yang saling menguntungkan mutualisme. Bentuk interaksi mutualisme lainnya yaitu pada saat dilakukan operasi
penertiban PKL yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tegal, dalam Tabel IV.23 dapat diketahui ada sejumlah 46 PKL meninggalkan alat dagangannya,
42 dibawa pulang dan 12 yang dititipkan kepada pemilik toko. Penitipan alat dagang PKL kepada pertokoan menunjukkan adanya hubungan mutualisme antara
PKL dan pertokoan, karena pertokoan juga terbantu dengan adanya PKL yaitu merasa aman dan PKL juga merupakan pembeli di pertokoan.