cxxxviii
100 Ya
Tidak
4.3.3 Persaingan
Analisis ini untuk melihat persaingan yang terjadi antara pertokoan dan PKL. Dari Gambar 4.17 dibawah ini sejumlah 100 pertokoan menyatakan
tidak merasa bersaing dengan PKL. Namun demikian dari Tabel IV.10 Teguran Pertokoan Terhadap PKL ada satu pemilik toko responden yang mengatur
dagangan PKL didepannya agar tidak menyamai dagangan toko dan dapat menjelaskan sebenarnya ada persaingan jenis dagangan dengan PKL.
GAMBAR 4.17 PERSEPSI PERTOKOAN TERHADAP
PERSAINGAN DENGAN PKL
Sumber: Hasil Analisis 2005
Lebih jelas lagi dalam Gambar 4.18, sejumlah 51 PKL mengaku bersaing dengan toko, dari PKL yang bersaing tersebut dalam Tabel IV.26 ada
sejumlah 51 PKL mengaku bersaing dalam hal harga, 38 PKL bersaing dalam jenis barang dan 10 PKL bersaing dalam hal pembeli.
cxxxix
51 49
Ya Tidak
GAMBAR 4.18 PERSEPSI PKL TERHADAP PERSAINGAN
DENGAN PERTOKOAN
Sumber: Hasil Analisis 2005
TABEL IV.26 PERSEPSI PKL TERHADAP
JENIS PERSAINGAN DENGAN PERTOKOAN
No Persaingan Jumlah
1 Harga 20
51 2 Jenis
Barang 15
38 3 Pembeli
4 10
JUMLAH 39
100
Sumber: Hasil Analisis 2005
Adanya persaingan antara pertokoan dan PKL sesuai dengan hasil penelitian De Soto 1991:90 yang menjelaskan adanya persaingan antara
pedagang formal dan pedagang jalanan di Kota Lima, Peru, yaitu ketika pedagang jalanan menyamai jenis dagangannya dengan pedagang formal seperti pakaian,
parfum dan alat kecantikan, sehingga pedagang formal minta perlindungan kepada pemerintah untuk mengatur pedagang jalanan.
Dari analisis persaingan di atas nampak jelas adanya persaingan antara pertokoan dan PKL terutama dalam jenis dagangan.
cxl
4.3.4 Konflik
Analisis ini untuk melihat konflik atau pertentangan yang terjadi antara pemilk toko dan PKL. Menurut Santoso 2004:22:23 konflik dalam proses sosial
adalah menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Konflik yang menjurus fisik antara pemilik toko dan PKL memang
belum pernah terjadi. Dari Tabel IV.27 di bawah ini, sejumlah 50 pertokoan pernah menegurmelarang PKL didepannya meskipun bentuk tegurannya tidak
keras, seperti saat akan membuka toko karena PKL yang waktu aktivitasnya pagi telah menggelar dagangannya di trotoar. Kemudian pada saat akan bongkar muat
barang yang harus menunggu PKL sepi, ataupun kalau akan membongkar saat itu akan mengakibatkan jalan macet parah dan mendapat cemoohan dari PKL, hal ini
seperti diceritakan oleh pemilik toko bahan bangunan dan salon. Hampir 100 pemilik toko responden tidak pernah mengatur jenis dagangan dan waktu
berdagang PKL, hanya satu pemilik toko yang mengatur jenis dagangan PKL dan lebih menunjukkan adanya persaingan jenis dagangan.
TABEL IV.27 TEGURAN PERTOKOAN TERHADAP PKL
No Bentuk Teguran
Ya Tidak
Jumlah 1 Pernah Menegur PKL di Depan Toko
16 50 16 50
32 2 Mengatur Jenis Dagangan PKL
1 3 31 97
32
Sumber: Hasil Analisis 2005
Teguran yang dilakukan oleh pemilik toko terhadap PKL diakui sejumlah 32 PKL sebagaimana dalam Gambar 4.19, meskipun teguran yang dilakukan
agar menjaga kebersihan trotoar, jangan terlalu menutup akses masuk ke pertokoan.
cxli
32
68 Ya
Tidak
GAMBAR 4.19 PERSEPSI PKL TERHADAP TEGURAN
OLEH PERTOKOAN
Sumber: Hasil Analisis 2005
Dari hasil wawancara Nopember 2005 penulis dengan Pak Agus pemilik Toko Batik Ibu, Ketua Yayasan Karunia Dharma, yaitu Yayasan yang
membawahi Kelenteng Banjaran serta Ketua Organisasi Informal Paguyuban Warga Kota yang beranggotakan warga etnis keturunan di Adiwerna,
menceritakan, sebetulnya ada toko yang memiliki kepercayaan, jika didepan toko
tertutup PKL maka hongshui nya tidak baik, namun mereka tidak berani untuk
untuk melarang PKL berjualan didepan tokonya. Ada satu hal lagi berkaitan dengan perilaku PKL yang membuang
sampah dengan memasukannya ke dalam saluran air, sehingga mengakibatkan saluran mampet, pemilik toko telah menegur PKL berulangkali dan kemudian
melaporkan ke aparat desa pada saat aparat tersebut menarik PBB, namun hal ini juga tidak terselesaikan dengan baik, karena tetap tidak ada tindak lanjutnya. Jadi
ada potensi konflik antara pertokoan dan PKL.
cxlii
53 47
Ya Tidak
4.3.5 Akomodatif