xlvi
BAB II KAJIAN PUSTAKA INTERAKSI AKTIVITAS PERTOKOAN
DAN PEDAGANG KAKI LIMA
PADA TROTOAR Didalam bab ini akan dijelaskan kajian yang berkaitan dengan pertokoan,
sektor informal, PKL, trotoar, bahu jalan, kajian empiris kebijakan pemerintah terhadap pengelolaan PKL dan kawasan serta interaksi sosial. Bentuk interaksi
yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan interaksi aktivitas pertokoan dan PKL serta kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah daerah.
2.1 Pertokoan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1996:1064 toko adalah kedai berupa bangunan permanen tempat menjual barang-barang, sedangkan pertokoan
adalah tempat atau kompleks toko-toko. Sedangkan menurut Neufert 1992:190 pertokoan biasanya ditempatkan
pada posisi yang strategis di pusat keramaian yang mudah dicapai baik oleh kendaraan pribadi ataupun angkutan umum. Pada kawasan perdagangan,
pertokoan menempati lokasi strategis di pinggir jalan dan di depannya ada trotoar.
2.2 Sektor Informal
Istilah informal pertama kali dimunculkan oleh Keith Hart Manning dan Effendi,1985:x seorang antropolog asal Inggris, dalam tulisannya yang
diterbitkan tahun 1973, setelah melakukan penelitian kegiatan penduduk di kota Accra dan Nima , Ghana. Istilah tersebut digunakan untuk menjelaskan sejumlah
aktivitas tenaga kerja yang berada diluar pasar tenaga kerja formal yang terorganisir. Kelompok informal menggunakan teknologi produksi yang
xlvii sederhana dan padat karya, tingkat pendidikan dan ketrampilan terbatas serta
dilakukan oleh anggota keluarga. Namun demikian sektor informal menurut Loekman Soetrisno dalam
Agung Ridlo 2001:31 bukanlah suatu fenomena yang baru, sektor informal muncul ditengah kita sejak manusia berada didunia ini. Sejak manusia ada didunia
mereka telah menunjang kehidupannya dengan menciptakan kerja sendiri atau sektor informal self employed.
Menurut Hidayat dan Sumitro dalam Agung Ridlo 2001:32 sektor informal self employed diartikan sebagai unit-unit usaha yang berskala kecil
yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi dirinya sendiri.
Dalam pengklasifikasian sektor informal El Shaks Jurnal Balairung, 2004 : 97 memberikan dua tipologi yaitu, pertama : unit usaha yang memberikan
layanan vital bagi masyarakat kota dan bersifat melengkapi complement sektor formal seperti pengusaha transportasi, pedagang makanan, angkutan jasa kecil-
kecilan. Kedua , kegiatan ekonomi yang cenderung bersifat personal, marjinal dan ilegal. Tipologi ini biasanya tanpa modal dan lebih mengandalkan pada kekuatan
fisik seperti pembantu rumah tangga, pengamen, pengemis, pemulung. Dari penjelasan di atas aktivitas sektor informal yang dikategorikan
sebagai unit usaha kecil bisa bersifat mendukung aktivitas formal dan apabila diberdayakan dan dikembangkan dengan baik akan bersinergi dengan sektor
formal perkotaan untuk saling melengkapi kebutuhan warga kota.
2.3 Pedagang Kaki Lima Dalam Sektor Informal