Mutualisme Parasialisme Analisis Bentuk Interaksi Pertokoan dan Pedagang Kaki Lima

cxxxiv

4.3 Analisis Bentuk Interaksi Pertokoan dan Pedagang Kaki Lima

Analisis ini untuk mengetahui bentuk interaksi yang terjadi khususnya antara pertokoan dan PKL berdasarkan interaksi keduanya.

4.3.1 Mutualisme

Analisis ini untuk melihat interaksi yang saling menguntungkan kedua belah pihak berdasarkan persepsi pertokoan dan PKL. Sebagaimana telah diketahui beberapa peneliti sektor informal telah menunjukkan adanya bentuk interaksi mutualisme antara sektor formal dan informal. Paulus Wirutomo dalam Rachbini dan Hamid, 1994 : xiii menyatakan adanya ketergantungan pegawai sektor formal pada dagangan dan jasa dari sektor informal hal ini dapat dilihat dikawasan perkantoran dan perdagangan dikota-kota besar, dimana sejumlah pegawai atau karyawan bergaji rendah membeli makan siang atau sejumlah kebutuhan di kios-kios yang berderet disepanjang jalan dekat perkantoran tersebut. Analisis jenis interaksi ekonomi di atas menunjukkan adanya bentuk interaksi yang saling menguntungkan mutualisme. Bentuk interaksi mutualisme lainnya yaitu pada saat dilakukan operasi penertiban PKL yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tegal, dalam Tabel IV.23 dapat diketahui ada sejumlah 46 PKL meninggalkan alat dagangannya, 42 dibawa pulang dan 12 yang dititipkan kepada pemilik toko. Penitipan alat dagang PKL kepada pertokoan menunjukkan adanya hubungan mutualisme antara PKL dan pertokoan, karena pertokoan juga terbantu dengan adanya PKL yaitu merasa aman dan PKL juga merupakan pembeli di pertokoan. cxxxv 53 47 Ya Tidak TABEL IV.23 TITIP ALAT SAAT PENERTIBAN No Titip Alat Saat Penertiban Jumlah 1 Ditinggal Begitu Saja 35 46 2 Dititipkan Ke Toko 9 12 3 Dibawa pulang 32 42 4 Lainya JUMLAH 76 100 Sumber: Hasil Analisis 2005

4.3.2 Parasialisme

Bentuk interaksi parasialisme dapat dilihat dari gangguan yang dirasakan oleh pertokoan. Dari Gambar 4.14 berikut ini sejumlah 53 pertokoan 17 Toko merasa terganggu dengan adanya PKL di trotoar dan bahu jalan. Namun sejumlah 47 pertokoan yang tidak merasa terganggu atau merasakan manfaat dengan adanya aktivitas pedagang kaki lima dikawasan tersebut, sebagaimana telah dijelaskan dalam analisis interaksi ekonomi. GAMBAR 4.14 PERTOKOAN TERGANGGU OLEH PKL Sumber: Hasil Analisis 2005 Adapun gangguan yang dirasakan oleh 17 pertokoan dapat dilihat dalam Tabel IV.24 dibawah ini, sejumlah 12 pertokoan menyatakan jalan masuk ke toko cxxxvi tertutup, 4 pemilik toko menyatakan depan toko menjadi kumuh, dan sisanya menyatakan bongkar muat barang terganggu. TABEL IV.24 ALASAN TOKO TERGANGGU NO Alasan JUMLAH 1 Jalan Masuk Ketoko Tertutup 12 71 2 Depan Toko Menjadi Kumuh 4 23 3 Bongkar Muat Barang Terganggu 1 6 JUMLAH 17 100 Sumber: Hasil Analisis 2005 Dari penjelasan diatas sebetulnya terjadi interaksi sosial yang berat sebelah karena ada pihak yang lebih banyak dirugikan yaitu pemilik toko, sesuai dengan pendapat Rachbini dan Hamid 1994:49 menjelaskan adanya anggapan bahwa pedagang kaki lima dianggap mengganggu kehidupan ekonomi yang formal dan mengganggu perdagangan formal yang telah menempati tempat lebih mapan. Dalam kasus penelitian ini anggapan tersebut benar, bahwa aktivitas PKL pada trotoar dan bahu jalan mengganggu aktivitas pertokoan. Gambar 4.15 berikut ini menunjukkan aktivitas PKL yang menutup jalan masuk ke toko. GAMBAR. 4.15 AKTIVITAS PKL DI JALAN RAYA SELATAN YANG MENUTUP JALAN MASUK KE TOKO Sumber : Observasi Lapangan, Agustus 2005. cxxxvii 25 75 Ya Ti dak Dalam Tabel IV.25 berikut ini, sejumlah 84 pertokoan menganggap kawasan menjadi ramai namun hanya 16 yang menyatakan banyak pembeli. Jadi keramaian yang ditimbulkan karena memang banyak aktivitas seperti PKL, angkutan kota, becak, dokar atau bisa dikatakan semrawut. TABEL IV.25 PERSEPSI PERTOKOAN DENGAN ADANYA PKL No Persepsi Toko Jumlah 1 Ramai 27 84 2 Banyak Pembeli 5 16 JUMLAH 32 100 Sumber: Hasil Analisis 2005 Jika dicermati lebih jauh dalam Gambar 4.16 di bawah ini, pertokoan memang mengakui bahwa kawasan menjadi ramai namun bukan berarti mereka menjadi pembeli, karena sejumlah 75 pertokoan tidak merasakan adanya peningkatan penghasilan dengan adanya aktivitas PKL di trotoar dan bahu jalan. Hal ini berbanding terbalik dengan penghasilan sejumlah 93 PKL Tabel IV.5 yang meningkat dengan menempati trotoar dan bahu jalan. GAMBAR 4.16 PENINGKATAN PENGHASILAN PERTOKOAN Sumber: Hasil Analisis 2005 cxxxviii 100 Ya Tidak

4.3.3 Persaingan