xcvi Maret 2005 , diketahui kondisi Pasar Adiwerna yang rusak, mengakibatkan
beberapa pedagang di dalam pasar keluar untuk menjajakan dagangannya. Kebijakan yang sering dikaitkan dengan operasi yustisi penertiban
PKL hanya peraturan daerah tahun 2001 tentang retribusi dan kebersihan, didalamnya mengatur larangan untuk berjualan di trotoar dan bahu jalan. Ada satu
hal yang menarik ketika dilakukan operasi penertiban PKL pada bulan Maret 2005 yang lalu, salah seorang PKL mempertanyakan mengapa hanya mereka yang
ditertibkan sedangkan terminal bayangan tidak terkena penertiban Harian Radar Tegal, Maret 2005.
3.7.1 Kebijakan oleh Kantor Pengelolaan Pasar
Pengelolaan pasar tradisional yang dilakukan oleh Kantor Pengelolaan Pasar masih sangat minim sekali yaitu hanya berorientasi pada peningkatan
retribusi tanpa memperhatikan kenyamanan pedagang dan pembeli, hal tersebut mengakibatkan pasar dan kawasan perdagangan secara keseluruhan menjadi
semrawut dan kumuh. Kantor Pengelolaan Pasar dalam jangka dekat belum akan melakukan
penataan PKL dan Kawasan Perdagangan Banjaran karena kondisi yang belum memungkinkan dan banyaknya instansi lain yang harus dilibatkan, namun
demikian dalam tahun 2006 direncanakan akan ada penataan kawasan tersebut termasuk kenyamanan pembeli dan pedagang akan menjadi prioritas dari Kantor
Pengelolaan Pasar. Wawancara, 12 November 2005. Berkaitan dengan kebijakan penarikan retribusi bagi PKL, pemerintah
tidak konsisten, bagi PKL yang berada di Jalan Raya Selatan kebijakan yang
xcvii diambil adalah tidak dipungut retribusi namun dalam kenyataan dilapangan
mereka dipungut retribusi sampah dan pasar, meskipun secara formal pemerintah tidak mengakui.
Dengan adanya pungutan dan tidak diakuinya PKL di jalan raya selatan dan penanganan yang berbeda dengan PKL Jalan Raya Barat mengakibatkan
ketidakjelasan penanganan PKL mengakibatkan terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Kebijakan yang tidak sejalan antara di atas dan di bawah mengakibatkan PKL merasa mendapat hak untuk tetap menempati trotoar dan bahu jalan tersebut.
Apalagi pegawai yang berada di bawah dituntut untuk memenuhi target setoran retribusi yang telah ditetapkan.
Retribusi yang dikenakan bagi pedagang yang dipungut oleh petugas pasar dapat dilihat dalam Tabel III.12 berikut ini.
TABEL III.12 RETRIBUSI PASAR
No Lokasi Pedagang
Rp. 1 Kios
1.000 2 Loos
Belakang 500
3 Loos Depan
400 4 Lemprakan
dalam pasar
300 5
Sekitar Pasar Bahu Jalan dan Trotoar 300
Sumber: Kantor Pasar Adiwerna, 2005
3.7.2 Kebijakan oleh Kantor SATPOL PP
Tugas utama kantor Satpol PP adalah penegakan perda, dalam kasus PKL yang menempati trotoar dan bahu jalan, operasi penegakan perda yaitu penertiban
PKL, SATPOL PP merasa kurang adanya dukungan politik political will yang
xcviii kuat dari pihak yang lebih tinggi baik eksekutif maupun legislatif, satpol PP
merasa dibenturkan dengan masyarakat kecil, yang hanya mencari nafkah dan hasilnya dimakan saat itu juga. Ada pertimbangan manusiawi dari aparat satpol
PP yang bertugas melaksanakan penertiban. Seringkali PKL yang ditertibkan kemudian demo ke pihak legislatif,
beberapa anggota dewan yang membawa kepentingan tertentu politis menyayangkan penertiban yang dilakukan pemda dan mempersilahkan PKL
berjualan kembali. Tidak adanya komunikasi yang baik antar instansi atau lembaga mengakibatkan kebijakan yang dilakukan dinas teknis tidak berhasil
dengan maksimal. Foto berikut ini memperlihatkan operasi penertiban yang dilakukan oleh
Satuan Polisi Pamong Praja, operasi penertiban seperti ini seringkali menimbulkan pertentangan dengan PKL dan hati nurani Satpol PP yang
melaksanakan penegakan perda.
GAMBAR 3.7 OPERASI PENERTIBAN PKL KAWASAN PERDAGANGAN
BANJARAN OLEH SATPOL PP , MARET 2005
Sumber: Radar Tegal, 23 Maret 2005
xcix
3.7.3 Kebijakan Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan