M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
c Laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam butir 1 dilakukan minimal 3 tiga
bulan kecuali ditentukan lain oleh komisaris.
D. Pengaturan PrinsipGood Corporate Governance didalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
Pengaturan GCG secara internal dalam UU No. 40 Tahun 2007 terlihat dari hubungan antara RUPS, Direksi dan Dewan Komisaris. Hubungan ini secara lebih rinci
terlihat dari dokumen hukum akte pendirian PT tersebut. Secara teoritis akademik terdapat dua sudut pandang mengenai hubungan antara
ketiga organ perseroan tersebut. Paham pertama mengatakan bahwa semua kekuasaan dalam perseroan berada dalam satu pusat yaitu RUPS, artinya apabila Direksi atau
Komisaris memiliki kekuasaan, maka kekuasaan itu merupakan derivasi dari RUPS kepada direksi atau komisaris. Konsekuensi yuridis dari pandangan konservatif ini bahwa
setiap saat kekuasaan yang telah diberikan oleh RUPS kepada Direksi atau komisaris dapat diambil kembali dan biasanya RUPS dikuasai oleh mayoritas pemegang saham dan
direksi bekerja dalam kerangka untuk memuaskan keinginan para pemegang saham shareholders. Berbeda halnya dengan paham progresif yang memandang bahwa ketiga
organ perseroan tersebut memiliki kedudukan yang horisontal yag artinya bahwa masing- masing organ adalah sama. Maksudnya jika direksi atau komisaris mendapatkan
wewenang untuk menjalankan perseroan bukanlah hal itu diperoleh dari RUPS melainkan diberikan oleh undang-undang danatau anggaran dasar.
Direksi yang ditentukan dalam akte pendirian untuk pertama kalinya dan selanjutnya diangkat oleh RUPS diberikan kekuasaan untuk melakukan pengelolaan
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
perseroan dengan itikad baik te goede trouw, in good faith dan bertanggungjawab untuk kepentingan dan tujuan perseroan. Secara yuridis formal seorang Direksi mempunyai
kewajiban untuk menjalankan tugasnya dengan baik antara lain menyelenggarakan pembukkuan perseroan, melaporkan kepemilikan sahamnya dan atau keluarganya kepada
perseroan atau perseroan lainnya. Apabila hendak mengalihkan atau meminjam uang atau menjaminkan hutang kepada bank atas harta kekayaan perseroan, direksi wajib meminta
persetujuan RUPS, direksi wajib menyerahkan perhitungan laporan tahunan perseroan kepada akuntan publik untuk diperiksa. Kewajiban hukum yang dibebankan kepada
Direksi untuk menjaga agar dikemudian hari tidak terjadi conflict of interest. Hal ini menunjukkan bahwa direksi harus bekerja dalam kerangka GCG. Pembagian fungsi yang
jelas dan pertanggungjawaban hukum bagi direksi sebagai organ perseroan menunjukkan adanya pengaturan prinsipakuntabilitas dan transparansi dari perseroan.
Direksi penunjukannya didasarkan pada pertimbangan profesional. Penunjukan para profesional sebagai direksi oleh para Pemegang Saham dimaksudkan agar
perusahaan dapat dikelola secara profesional dengan hasil akhir keuntungan besar akan diperoleh perusahaan. Oleh karena itu Direksi diberi tugas dan wewenang untuk
menjalankan perusahaan. Pasal 92 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 menegaskan bahwa kepengurusan
perseroan dijalankan oleh Direksi dan dalam Pasal 94 ayat 1 Anggota Direksi diangkat oleh RUPS. Peraturan tentang pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi
serta besar dan jenis penghasilan Direksi ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham Pasal 96 UU No. 40 Tahun 2007.
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam Pasal 108 UU No. 40 Tahun 2007 ditegaskan bahwa Komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan Perseroan serta memberikan
nasehat kepada Direksi. Mengenai tanggung jawab komisaris dapat dilihat dalam Pasal 114 tentang itikad baik yaitu bahwa seorang anggota Komisaris bertanggung jawab
pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha perseroan.
Terbentuknya Lembaga Komisaris Independen dalam praktik perseroan merupakan salah satu peristiwa yang membuktikan doktrin hukum yang menegaskan bahwa
perkembangan kebutuhan masyarakat lebih pesat lagi dan umumnya tidak dapat diantisipasi oleh peraturan hukum. Eksistensi dari lembaga ini tidak tersentuh oleh
UUPT dan pengaturannya lebih banyak ditentukan oleh peraturan yang tumbuh dan berkembang dalam praktik hukum. Salah satu konsekuensi yang dapat menjadi
perdebatan menyangkut perlindungan terhadap Komisaris Independen dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Hal ini mengingat Pasal 116 ayat 6 UUPT,
dimana 110 satu persepuluh pemegang saham dapat menuntut seorang Komisaris ke Pengadilan.
Pelaksanaan prinsip GCG dalam RUPS terdiri atas:
1. Prinsip Transparansi: a.
Dalam RUPS prinsipini ditandai dengan adanya pengungkapan yang jelas dalam RUPSLB mengenai transaksi luar biasa yang direncanakan untuk dilakukan,
misalnya mengenai akuisisi korporasi di pasar modal, transaksi luar biasa seperti merger, dan penjualan aset korporasi dalam jumlah yang substansial.
b. Keterbukaan dalam penetapan remunerasi Komisaris dan Direksi
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Pemberian gaji dan tunjangan kepada Komisaris dan Direksi didasarkan atas peraturan yang ada dan sesuai prestasi serta kinerja mereka masing-masing.
Untuk mendukung hal ini, harus ditetapkan dan disepakati ukuran yang relevan atas kinerja Komisaris dan Direksi. Sebagai contoh adalah dikembangkannya
Performance Based Incentive System PIS dan Appointment Agreement. 2.Prinsip Kemandirian
a. Pelaksanaan sepenuhnya hak dan wewenang untuk menetapkan auditor eksternal berdasarkan usulan yang diajukan komisaris.
b. Seleksi dan penentuan Komisaris dan Direksi. Didalam menentukan personil Komisaris dan Direksi, RUPS hendaknya melakukan prosedur tertentu yang lazim
disebut fit ad profer test sehingga secara obyektif didapatkan personil yang memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan korporasi. Kenyataan yang ada saat ini
menunjukkan bahwa ada beberapa korporasi, intervensi dari berbagai pihak dalam masalah diatas masih cukup besar.
3. Prinsip Akuntabilitas Mengingat bahwa Komisaris dan Direksi tidak mempunyai kewenangan untuk
melakukan pengambilan keputusan atas hal-hal tertentu yang menjadi wewenang RUPS sesuai yang dipersyaratkan oleh peraturan Perundang-undangan ataupun dalam Anggaran
Dasar korporasi. Penerapan prinsipakuntabilitas ditunjukkan dengan diselenggarakannya RUPS tahunan danatau RUPS Luar Biasa yang menghasilkan suatu keputusan strategis
bagi korporasi yang tidak merugikan bagi pemegang saham minoritas, Komisaris, Direksi dan Stakeholder lainnya, sehingga dengan diambilnya keputusan tersebut, pengelolan
korporasi dapat dijalankan secara efektif.
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
4. Prinsip Pertanggungjawaban Hak mendapatkan informasi. Pemegang saham dalam RUPS berhak memperoleh
segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan korporasi dari komisaris dan atau Direksi.
5. Prinsip Kewajaran. a.Perlakuan yang adil kepada pemegang saham minoritas maupun pemegang saham
mayoritas, berdasarkan prinsipkesetaraan. b.Pelaksanaan RUPS tahunan dan RUPS Luar Biasa.
Pelaksanaan Prinsip GCG pada Komisaris:
Didalam Pasal 1 angka 6 Undang-undang No. 40 Tahun 2007 ditegaskan bahwa Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakuakan pengawasan secara
umum danatau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. Sesuai dengan ketentuan Pasal tersebut maka pelaksanaan prinsipGCG pada
Komisaris dapat dilihat sebagai berikut: 1.
Prinsip Transparansi Contoh-contoh diterapkannya prinsiptransparansi pada pelaksanaan peran dan
fungsi komisaris sebagai berikut: .
Dibuatnya risalah rapat Dewan Komisaris yang menunjukkan adanya dinamika rapat dalam proses pengambilan keputusan. Risalah tersebut dibuat pada setiap
rapat dan didokumentasikan. a.
Disampaikannya informasi yang relevan mengenai kondisi perusahaan kepada stakeholder korporasi.
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
b. Dilaporkannya remunerasi masing-masing komisaris pada laoran-laporan tahunan
perusahaan. 2. Prinsip Kemandirian.
Penerapan prinsipkemandirian dapat dilihat dari adanya: c.
Ketentuan yang menyangkut komisaris independen, misalnya dalam Keputusan Menteri BUMN No. Kep. 117M-MBU2002.
d. Ketentuan mengenai penanganan benturan kepentingan pada komisaris yang
mungkin terjadi. 3. Prinsip Akuntabilitas
Pelaksanaan tanggung jawab dan tugas-tugas komisaris. Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi dalam rangka pengelolaan
perusahaan. 4. Prinsip Pertanggungjawaban.
Prinsipini diwujudkan dalam bentuk ketaatan pada Peraturan Perundang- undangan yang berlaku. Komisaris dituntut komitmennya untuk mendorong ditaatinya
Peraturan Perundang-undangan yang terkait baik dengan operasi bisnis korporasi maupun dengan hal-hal lainnya seperti Undang-undang tentang Perbankan, Perpajakan, Pasar
Modal bagi perusahaan yang sudah go public, Persaingan Usaha, Perlindungan Konsumen, Ketenagakerjaan, Lingkungan Hidup, dan lain-lain.
5. Prinsip Kewajaran Ketentuan tentang perlunya komisaris independen sebagaimana diatur dalam SK
Menteri BUMN No. Kep. 117M-MBU2002 tanggal 1 Agustus 2002. keanggotaan Komisaris seyogyanya disusun dalam komposisi yang diharapkan dapat memberikan
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kinerja optimal bagi korporasi dan dapat menghindari terjadinya kombinasi oleh satubeberapa orang komisaris. Dengan demikian ditunjuknya Komisaris independen
adalah untuk menjaga objektivitas dalam pengambilan keputusan dan tidak berpihak kepada pemegang saham mayoritas.
Pelaksanaan Prinsip GCG pada Direksi:
Dalam Pasal 1 angka 5 Undang-undang No. 40 Tahun 2007 dinyatakan bahwa Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai
dengan ketentuan anggaran dasar. Pelaksanaan prinsipGCG padda Direksi diwujudkan antara lain:
1. Prinsip Transparansi. a. Penyediaan laporan keuangan dan laporan manajemen. Salah satu sarana yang
dipergunakan korporasi untuk menjaga terlaksananya transparansi dalam kinerja manajemen adalah laporan keuangan dan laporan manajemen yang dapat menjadi
alat bantu untuk mengungkapkan transaksi korporasi beserta kinerja korporasi kepada stakeholders secara transparan.
b. Sistem penggajian. Pengungkapan gaji dan penghasilan lain dari Direksi pada laporan tahunan merupakan wujud pelaksanaan GCG yang baik.
c. Pengangkatan anggota Direksi hendaknya melalui prosedur fit and proper test, prosedur pengangkatannya harus transparan.
2. Prinsip Kemandirian.
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Komposisi Komisaris atau Direksi harus memungkinkannya untuk bertindak secara independen dan tidak adanya benturan kepentingan antara keduanya conflict
interest. 3. Prinsip Akuntabilitas
a. Pemenuhan kepentingan stakeholders lainnya. Salah satu indikator keberhasilan
penerapan GCG adalah pemenuhan kepentingan stakeholders, dimana Direksi perusahaan harus mampu menempatkan urutan prioritas dalam upaya pemenuhan
kepentingan tersebut. b.
Pemberdayaan Satuan Pengawasan Intern SPI. Direksi perlu mengembangkan peran dan fungsi internal audit tidak hanya sebatas pada pelaksanaan peran-peran
pemeriksaan internal tetapi peran sebagai mitra strategis manajemen melalui penyediaan saran, pandangan ataupun jasa konsultatif lainnya, misalnya
rekomendasi perbaikan prosedurproses bisnis, peningkatan efisiensi, perbaikan strategi bisnis dan kajian terhadap keandalan sistem pengendalian resiko.
4. Prinsip Pertanggungjawaban: Ketaatan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Direksi harus punya
komitmen agar korporasi menaati peraturan perundang-undangan yang terkait dengan operasi korporasi baik bisnis maupun hal lainnya yang kesemuanya dituangkan dalam
code of conduct serta code of corporate governance. 5. Prinsip Kewajaran:
Penerapan sistem Reward and Punishment. Untuk mendorong penerapan konsep GCG perlu diciptakan suatu sistem yang mengakomodasikan aspek-aspek reward and
punishment yang pantas dan memadai. Dengan demikian, diperoleh rasa keadilan bagi
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
setiap orrang dikaitkan dengan keberhasilan pencapaian kinerja yang baik maupun yang buruk. Sistem reward and punishment antara lain melalui pemberian imbalan materi dan
melalui pengembangan karir. Disamping organ utama GCG RUPS, Dewan Komisaris, dan Direksi, ada juga
organ pendukung GCG yang terdiri dari komite-komite Komisaris, Sekretaris Perusahaan, Internal Audit dan Eksternal Audit.
1 Komite-komite Komisaris Dewan KomisarisPengawas yang merupakan wakil dari para pemegang saham
dan kepentingan para stakeholders lainnya, dapat membentuk beberapa komite guna membantu melaksanakan pekerjaannya. Dilingkungan korporasi di negara-negara maju
lazim dijumpai komite-komite komisarispengawas seperti: a
Komite Audit Audit Committee: berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan audit dan mencermati hasil-hasilnya maupun tindak lanjutnya.
b Komite Nominasi Nomination Committee: Bertugas menyiapkan kriteria dan
seleksi pejabat perusahaan, termasuk anggota KomisarisPengawas dan Direksi yang baru.
c Komite Remunerasi Remuneration Committee: mempunyai tugas untuk
merancang pola remuneasi atau konpensasi bagi pejabat perusahaan, terutama para direksi.
d Komite Manajemen ResikoRisk Management Committee: mengevaluasi,
memonitor, dan memberi masukan terhadap proses manajemen resiko yang dilakukan oleh Direksi dan Manajemen.
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
e Komite Ketaatan Compliance Committee: bertugas mencermati kepatuhan
perusahaan terhadap berbagai ketentuan perundang-undangan. f
Komite Investasi Investment Committee: mengkhususkan diri dalam mencermati keputusan-keputusan investasi yang dilakukan perusahaan.
g Komite Lingkungan dan Keselamatan Kerja Environtment Safety Committee:
menilai dan memberi rekomendasi terhadap kebijakan yang terkait dengan masalah lingkungan dan kesehatan kerja.
h Komite Asuransi Insurance Committee: komite ini tidak diperlukan lagi apabila
perusahaan telah membentuk komite manajemen resiko. 2.Corporate Secretary Sekretaris Perusahaan
Peranan Sekretaris Perusahaan menjadi semakin strategis untuk mendorong perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsipGCG. Khusus Sekretaris Perusahaan pada
BUMN, Menteri BUMN melalui Surat Keputusan No. Kep. 117M-MBU2002 memberikan arahan bahwa tugas Sekretaris Perusahaan antara lain meliputi:
a Menatausahakan serta menyimpan dokumen BUMN, tidak terbatas pada Daftar
Pemegang Saham, Daftar Khusus dan Risalah Rapat Direksi maupun RUPSRPB. b
Memastikan bahwa BUMN mematuhi peaturan tentang persyaratan keterbukaan yang berlaku dan wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan tugasnya
kepada Direksi secraa berkala dan kepada KomisarisPengawas apabila diminta oleh KomisarisPengawas.
3.Auditor Salah satu solusi teoritis dan praktis dari masalah keagenan antara pemegang
saham dan manajemen perusahaan adalah dengan menugaskan auditor yang independen
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
yang berfungsi menilai kelayakan pertanggungjawaban manajemen. Secara reguler pimpinan perusahaan akan menyajikan laporan keuangan. Laporan keuangan ini akan
diuji terlebih dahulu oleh auditor apakah telah memuat informasi tentang kekayaan dan kewajiban perusahaan secara layak, maupun informasi tentang kinerja operasi selama
satu tahun. Dalam pola manajemen modern, berkembang pula fungsi Audit Internal yang
berfungsi membantu pimpinan perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan secara terus menerus. Agar efektivitas tugasnya lebih terjamin,
lembaga ini lazimnya ditempatkan pada posisi yang langsung bertanggungjawab kepada Direktur Utama dan diberi wewenang untuk menyampaikan hasil auditnya kepada
KomisarisPengawas melalui komite audit.
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN