M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kerugian pada Perseroan ke pengadilan negeri, padahal yang dihadapi Komisaris Independen adalah pemegang saham mayoritas pengendali yang mempunyai saham
lebih dari 10 sepuluh persen.
E. PT sebagai Salah Satu Badan Usaha Milik Negara
Pada dasarnya PT Persero, bentuk dan kedudukannya memiliki kesamaan dengan PT yang diatur dalam KUHDagang dan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 2 ayat 3 UU No. 9 Tahun 1969 tentang bentuk-
bentuk usaha negara, bahwa yang dimaksud dengan Perusahaan Perseroan adalah “Perusahaan dalam bentuk PT seperti diatur menurut ketentuan KUHD Stb. 1847:23
sebagaimana untuk sebagian saham maupun seluruhnya dimiliki oleh negara”. Tetapi dengan dibentuknya UUPT yang baru yaitu UU No. 40 Tahun 2007 maka
ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi Perusahaan Perseroan baik mengenai syarat- syaratnya, cara mendirikannya dan strukturnya adalah sama dengan ketentuan yang
berlaku bagi PT yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007. Maka ketentuan Pasal 36 sd Pasal 56 KUHD mengenai PT tidak berlaku lagi sepanjang telah diatur dalam UU No. 1
Tahun 1995 UU Perseroan Terbatas yang telah diganti dengan UU No. 40 Tahun 2007. Perusahaan Negara Perseroan Persero sebagai badan hukum Perdata di
Indonesia, pendiriannya dapat dilakukan melalui 2 dua cara, yaitu dengan: a.
Penyertaan modal negara ke dalam Perseroan Terbatas;
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
b. Pengalihan Perusahaan Negara yang didirikan dengan UU No. 19 Prp Tahun
1960, Lembaran Negara No. 59 Tahun 1960 ke dalam bentuk Perusahaan Perseroan.
Pendirian Persero yang dilakukan melalui penyertaan modal negara dalam PT ditetapkan dalam Pasal 1 PP No. 12 Tahun 1969, bahwa negara hanya dapat melakukan
penyertaan modal dalam suatu PT untuk seluruhnya atau sebagian apabila untuk itu telah disediakan modal dari negara berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam penjelasan ketentuan Pasal 1 PP No. 12 Tahun 1969 diutarakan bahwa
pada dasarnya pemisahan kekayaan negara untuk dijadikan penyertaan negara dalam modal Persero hanya dapat dilakukan melalui APBN.
Pemisahan kekayaan negara untuk dijadikan modal nominal dari suatu Persero dapat dilakukan untuk maksud-maksud sebagai berikut:
1 Pendirian Persero yang baru
2 Perluasan kapasitas sesuatu Persero
3 Untuk memperbaiki atau mengadakan reorganisasi keuangan suatu Persero yang
ternyata mengalami kerugian terus menerus hingga tidak memungkinkan kepengurusan yang baik tanpa penambahan modal.
4 Turut serta negara dalam modal Perseroan Terbatas Swasta yang telah berdiri.
PT Persero sebagai BUMN tidak hanya berperan sebagai usaha bisnis semata- mata. Akan tetapi merupakan bagian dari aparatur negara. Hal ini seringkali
menyebabkan BUMN menjadi birokratis dan kehilangan keluwesan dan kegesitan usaha yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan bisnis. Oleh karena itu tidak mengherankan
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
pada umumnya prestasi BUMN salah satunya termasuk PT Persero sebagai usaha bisnis yang efisien kurang memuaskan, malahan sering menderita kerugian sehingga harus
diberikan subsidi oleh pemerintah. PP No. 3 Tahun 1983 mengatur tata cara pembinaan dan pengawasan dari BUMN
di Indonesia. Melalui PP ini diharapkan pokok-pokok pengertian dan tata cara pengendalian BUMN PT Persero dapat ditegaskan secara lebih terperinci dan memberi
pengarahan yang lebih jelas bagi para pengelola BUMN PT Persero walaupun dinyatakan bahwa peranan pembangunan agent of development BUMN PT Persero
menonjol namun sukar dibayangkan bagaimana kita melihat peranan BUMN dapat berkembang tanpa juga mengembangkan peranan usaha bisnisnya.
Fungsi peranan BUMN PT Persero di negara kita agak unik, disatu pihak dituntut sebagai usaha pengembangan kebijaksanaan dan program pemerintah sebagai
agen pembangunan, dilain pihak harus tetap berfungsi sebagai unit usaha komersial biasa dan mampu berjalan dan beroperasi berdasarkan prinsip-prinsipusaha yang sehat.
Kedua fungsi ini seringkali tidak dapat berjalan seiring atau saling menunjang dan bahkan tidak jarang justru malah bertentangan. Menjalankan fungsi sebagai agen
pembangunan dalam suasana penuh kompetisi dan terlepasnya campur tangan pemerintah berbeda dengan kondisi berbagai fasilitas dan kemudahan masih tersedia. Pada masa-
masa sebelum kebijaksanaan deregulasi dilontarkan, BUMN yang menjalankan fungsi dan misi agen pembangunan lazimnya memperoleh fasilitas-fasilitas penunjang baik
berupa subsidi dalam anggaran, bunga kredit, pajak, bea masuk dan sebagainya maupun dukungan kemudahan lainnya yang memungkinkan badan tersebut menjalankan fungsi
peranannya. Namun sejak periode deregulasi dan debirokratisasi dilaksanakan, masing-
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
masing BUMN dituntut untuk bertindak efisien, efektif dan dikelola secara profesional serta wajib bersaing dengan sehat, maka segala bentuk kemudahan secara berangsur-
angsur ditiadakan. Dengan posisi seperti ini maka para pengelola BUMN dituntut bertindak lebih bijaksana dan penuh perhitungan agar mampu memadukan kedua kutub
kegiatan tersebut dalam suatu harmoni yang sehat sehingga mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepada mereka dengan baik.
BUMN PT Persero sebagai pelaku ekonomi merupakan mitra bisnis swasta dan sekaligus pesaing tangguh. Swastanisasi sudah menjadi kata kunci bagi BUMN Nasional,
yang menjadi persoalan pokok adalah bagaimana melakukan swastanisasi yang baik, transparan dan menguntungkan negara. Bentuk Perjan dan Perum yang semula membawa
misi kepentingan umum dan hajat hidup orang banyak tidak lagi dipertahankan. Pelaksanaan fungsi BUMN tidak bisa lepas dari besarnya aset dan penguasaan
bidang usaha, khususnya bidang usaha menyangkut kepentingan umum dan hajat hidup orang banyak. Peranan pemerintah dalam perekonomian Indonesia melalui BUMN,
bertindak sebagai pemilik atau penguasa untuk dan atas nama rakyat. BUMN hanyalah merupakan pelaksana dari hak negara untuk menguasai bukan untuk memiliki sumber-
sumber ekonomi penting dan yang menguasai hajat hidup orang banyak.
F. Perbedaan PT Persero dengan Jenis BUMN Lainnya