M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2. Perlakuan sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang
penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam insider trading;
3. Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang sahamkepentingan
dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan;
4. Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para
pemegang kepentingan stakeholder. 5. Tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen dan
pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham.
D. Pola Dasar Penerapan GCG
1. Langkah-langkah Menerapkan GCG Pada dasarnya tidak ada pola yang baku dan berlaku seragam dalam
pengembangan dan pengimplementasian GCG di setiap organisasi korporasi. Kondisi, struktur, dan budaya masing-masing organisasi yang bervariasi berpengaruh kepada pola
pengembangan GCG untuk masing-masing korporasi. Bahkan motivasi, dorongan internal maupun eksternal akan berpengaruh kepada pilihan rancangan yang sesuai dalam
implementasi GCG pada suatu korporasi
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Terlepas dari fitur yang unik bagi masing-masing korporasi, suatu pola pada umum yang dapat diberlakukan perlu diciptakan dalam mendorong korporasi untuk
mewujudkan GCG. Pola umum yang dianjurkan dalam pengembangan GCG bagi korporasi yang baru mulai melangkah ke sana, yakni dengan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut: a. Membangun Kepedulian dan Komitmen
Awal yang paling tepat dalam menerapkan tata kelola perusahaan yang baik adalah menyadari pentingnya konsep tersebut dan mendesaknya penerapan praktik-
praktiknya. Untuk itu, kesadaran dan kepedulian serta komitmen terhadap tata kelola perusahaan yang baik perlu dibangun. Apabila kepedulian dan komitmen sudah tumbuh,
maka akan lebih mudah bagi perusahaan dalam melakukan tindakan-tindakan konkrit yang diperlukan. Agar kepedulian ini terbentuk, diperlukan pemahaman tentang latar
belakang tata kelola perusahaan yang baik, arti penting dari konsep ini, serta hasil yang dapat diperoleh bila diterapkan dengan sungguh-sungguh. Pemahaman ini dapat
diperoleh melalui kesempatan belajar dari korporasi lain, presentase dan seminar tentang tata kelola perusahaan yang baik atau melalui anjuran bahkan tuntutan dari pihak yang
berkepentingan, seperti pemegang saham, kreditur atau pemerintah sebagai regulator. Walaupun kepedulian ini diharapkan dari semua pihak, namun unsur yang paling
utama untuk peduli akan pentingnya tata kelola perusahaan yang baik adalah jajaran pimpinan korporasi. Bahkan terdapat pendapat bahwa keberhasilan tata kelola perusahaan
yang baik ditentukan oleh adanya aliran pemahaman dan kepedulian dari level atas ke jajaran bawah top-bottom flow. Kondisi yang paling ideal adalah bila kesadaran dan
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kepedulian atas penerapan tata kelola perusahaan yang baik merupakan tekad dan komitmen bersama, baik pimpinan maupun staf dan pelaksana.
Sebagai langkah penting dalam tahap ini, dapat diciptakan sesi sosialisasi dan workshop GCG yang diikuti oleh jajaran manajemen perusahaan bahkan untuk komisaris
pun dapat dibuat sesi tersendiri khusus untuk mereka. Kegiatan ini dapat dibimbing oleh fasilitator yang ikut mempersiapkan materi yang relevan untuk disampaikan dan
didiskusikan secara berkelompok oleh para peserta. b. Pembentukan Tim Khusus Tata kelola perusahaan yang baik
Jika kepedulian terhadap pentingnya tata kelola perusahaan yang baik dan komitmen untuk melakukannya sudah ada, maka langkah selanjutnya adalah menyusun
suatu tim yang khusus bekerja untuk melakukan kajian dan menyiapkan langkah-langkah implementasi tata kelola perusahaan yang baik pada korporasi.
Tugas pokok tim ini meliputi: 1
Pendalaman atas langkah-langkah yang perlu dilakukan 2
Inventarisasi aspek-aspek yang memerlukan pengkajian dan perubahan 3
Penghimpunan bahan-bahan kajian 4
Pertimbangan kerja sama dengan lembaga atau expert dari luar korporasi 5
Pelaksanaan kajian 6
Pelaksanaan studi banding ke korporasi lain yang sudah menerapkannya 7
Perumusan tindakan yang aptut dipertimbangkan oleh pimpinan 8
Pengkomunikasian hasil kajian dan rumusan tindakan kepada pimipinan korporasi 9
Penyiapan dokumen secara rinci sebagaimana disetujui oleh pimpinan 10
Penyebarluasan sosialisasi hasil keputusan
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
11 Penjadwalan dan penetapan penanggung jawab dari masing-masing langkah
jangka pendek, menengah dan panjang Tim sebaiknya dipimpin oleh seorang manajer senior dan beranggotakan personil
korporasi dari lapisan manajemen menengah ke atas yang sedapat mungkin mewakili satuan-satuan penting dalam organisasi. Tim ini harus dibentuk dengan keputusan Dewan
Direksi dan perlu diberi waktu tugas yang layak. Kasil kerja tim ini harus dilaporkan secara tertulis dan periodik kepada Dewan Direksi idealnya setiap bulan dan kepada
Komisaris setiap triwulan. c.
Pengkajian Kondisi Setelah tim terbentuk, tim harus menyiapkan program kerja dan jadwal
kegiatannya. Cakupan kajian ini dapat dibedakan dalam tiga bagian yang harus dikerjakan secara berurutan, yakni:
1 Kajian terhadap kondisi yang ada mengenai orientasi bisnis korporasi, visi dan
misi korporasi, struktur organisasi, sistem audit, kode etik dan aturan perilaku, pola penggajian dan topik-topik lainnya.
2 Kajian terhadap kehendak dan arah orientasi korporasi di masa mendatang. Dalam
tahap ini, tim dapat menggunakan benchmark yang merujuk pada praktik-praktik yang terbaik best practices yang sudah dilakukan oleh korporasi lain.
3 Kajian terhadap langkah-langkah sistematis yang perlu dilakukan untuk
mewujudkan kehendak dan arah orientasi tata kelola perusahaan yang baik di masa mendatang.
d. Perumusan Tindak Lanjut
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Langkah tindak lanjut actions yang telah disepakati oleh tim selanjutnya dirumuskan secara konkrit. Dalam proses perumusan tersebut tim yang ditugaskan
mungkin memerlukan dialog dengan pihak-pihak terkait, misalnya dengan pihak Komisaris dan Dewan Direksi.
e. Pengambilan Keputusan Perubahan
Setelah hasil rumusan dikonsultasikan dengan semua pihak terkait dan dilakukan penyesuaian, tiba saat pimpinan korporasi Dewan Direksi bersama Komisaris
mengambil keputusan menuju perubahan sesuai dengan rumusan tindak lanjut yang telah dikaji dan dibahas interaktif. Sehubungan dengan itu, pelaksanaan keputusan dimaksud
dapat dibuat secara parsial untuk masing-masing tindak lanjut action dan ditetapkan secara bertahap sesuai skala prioritas.
f. Sosialisasi Tindak Lanjut
Sosialisasi tindak lanjut dilakukan agar semua pihak yang terkait dan berkepentingan dengan tindak lanjut yang telah ditetapkan, mengetahui dan memahami
tindak lanjut tersebut dan mau bekerja sama dalam pelaksanaannya. Tahap ini sedemikian penting dan mempengaruhi berhasil tidaknya perubahan menuju kondisi GCG yang
diidamkan. g.
Implementasi Tindak lanjut yang telah dirumuskan dan ditetapkan harus diimplementasikan.
Dalam pengimplementasian tersebut, tim perlu bekerja sama dengan pihak-pihak yang terkait. Karena itu harus diciptakan suasana yang dapat mendorong penegakan
pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik.
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Tahap ini merupakan titik yang paling kritis dalam proses menuju corporate governance yang sehat karena terkadang meliputi upaya penerapan sistem yang baru
untuk menggantikan sistem yang lama. Terlebih sulit lagi jika pembenahan yang dilakukan menyangkut hal-hal yang sifatnya fundamental, bertentangan dengan
kepentingan suatu pihak, dan ada pada organ utama perusahaan. Proses ini harus dilakukan dengan mempertimbangkan banyak aspek dalam korporasi, termasuk budaya
organisasi, agar dapat dicegah atau diperkecil kemungkinan konflik-konflik yang bisa merugikan.
h. Evaluasi Berkelanjutan
Setelah proses implementasi dilaksanakan perlu diikuti dengan evaluasi sejauh mana tindak lanjut dapat diterapkan dengan sukses. Bila ditemukan hambatan dan
ketidaksesuaian, segera diadakan penyesuaian atau upaya untuk memperkecil atau menghilangkan hambatan yang ada. Selanjutnya, dapat dibentuk suatu gugus tugas yang
secara permanen bertugas mengevaluasi dan melakukan koreksi kegiatan penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Tim permanen itu terdiri dari beberapa orang manajer
senior dan sebaiknya diposisikan secara formal sebagai kelengkapan struktur manajemen korporasi. Pendekatan seperti ini dapat dijumpai misalnya pada Temaasek Holding di
Singapura BUMN di Singapura. Pada beberapa korporasi ditemukan pula pola evaluais alternatif dimana fungsi itu
dikontrakkan kepada lembaga konsultan. Lembaga konsultan inilah yang melakukan evaluasi tersebut bila diminta oleh korporasi. Evaluasi atas capaian pelaksanaan GCG
pada korporasi dapat dilakukan dengan 2 dua cara yaitu Self Assessment dan in Depth Evaluation, dengan penjelasan sebagai berikut:
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
1 Self Assessment
Cara self assessment dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada organ- organ korporasi. Kuesioner berisi pertanyaan tentang pelaksanaan GCG di lingkungan
kerjanya. Setelah data kuesioner itu dikumpulkan maka dikompilasikan dan dibandingkan dengan tolak ukurnya. Dari hasil tersebut diambil kesimpulan tentang capaian
pelaksanaan GCG. Cara ini mempunyai keunggulan yaitu cepat dan murah namun mempunyai kelemahan yaitu bila pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner
tidak disusun dengan baik maka hasilnya kurang akurat menggambarkan pencapaian GCG.
2 In Depth Evaluation
Pengukuran pencapaian pelaksanaan GCG melalui cara In Depth Evaluation dilakukan beberapa tahap yaitu:
a Review Dokumen
b Penyebaran Kuesioner
c Wawancara
d Presentasi
e Pengambilan kesimpulan atas capaian pelaksanaan GCG
Meskipun dengan cara ini waktu yang diperlukan lebih banyak namun demikian kelebihannya adalah hasil yang diperoleh lebih tepat menggambarkan kondisicapaian
pelaksanaan GCG sehingga rekomendasinya dapat dinuat lebih terarah pada hal-hal yang diperlukan perbaikan.
2. Hambatan Pelaksanaan GCG di Indonesia
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Beberapa hambatan terhadap pelaksanaan dan penerapan GCG dapat dikemukakan antara lain adalah
28
a. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran bahwa pelaksanaan GCG akan
memberikan manfaat yang sangat besar bagi seluruh stakeholder korporasi baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
:
4. GCG dilaksanakan hanya sekedar untuk memenuhi ketentuan peraturan tanpa
mau memahami akan manfaat dari pelaksanaan GCG 5.
Belum optimalnya upaya untuk menghapus praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
6. Masih terdapat Dewan Direksi, Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham
RUPS yang belum memiliki komitmen untuk melaksanakan GCG.
28
FCGI, “Basic Principles on Corporate Governance” In-Company Presentation at PT. PAL Indonesia, Surabaya, 16 Oktober 2002
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
BAB IV PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BUMN