Prosedur Pendirian Perseroan Terbatas

M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008. USU Repository © 2009 2”, dan pasal 98 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007, “Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan”. Dari kriteria-kriteria badan hukum diatas, semuanya terdapat dalam sifat-sifat PT. maka sangatlah tepat apabila kita mengatakan bahwa PT mempunyai sifat badan hukum. Dalam UU No. 40 Tahun 2007 jelas disebutkan dalam pasal 1 butir 1 bahwa PT adalah badan hukum. Dan pasal 7 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007 menjelaskan, “bahwa Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan”.

C. Prosedur Pendirian Perseroan Terbatas

Persyaratan Pendirian Perseroan Terbatas Untuk mendirikan suatu perseroan perlu dipenuhi persyaratan yang ditentukan oleh UU Perseroan. Ada 4 empat syarat utama yang wajib dipenuhi oleh pendiri perseroan yaitu Pertama dengan perjanjian antara dua orang atau lebih, kedua dengan akta autentik dimuka Notaris, ketiga modal dasar perseroan, dan keempat pengambilan saham pada saat perseroan didirikan. 13 a. Perjanjian antara dua orang atau lebih. Menurut ketentuan Pasal 7 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007, perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih. Yang dimaksud dengan “Orang” adalah orang perseorangan atau badan hukum. Ketentuan sekurang-kurangnya dua orang menegaskan 13 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perseroan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 11. M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008. USU Repository © 2009 prinsipyang dianut oleh UU Perseroan bahwa perseroan sebagai badan hukum dibentuk berdasarkan perjanjian, karena itu mempunyai lebih dari satu orang pemegang saham sebagai pendiri. Namun menurut ketentuan Pasal 7 ayat 7 UU No. 40 Tahun 2007, “Ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih tidak berlaku bagi Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara atau Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal, karena status dan karakteristik yang khusus, persyaratan jumlah pendiri bagi Perseroan diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri, yang dimaksud dengan “persero” adalah badan usaha milik negara yang berbentuk Perseroan yang modalnya terbagi dalam saham yang diatur dalam Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik Negara.. b. Dibuat dengan akta autentik dimuka Notaris Menurut ketentuan Pasal 7 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007, perjanjian pendirian perseroan harus dibuat dengan akta autentik dimuka Notaris dalam bahasa Indonesia. Perjanjian tersebut merupakan akta pendirian perseroan yang sekaligus memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian Perseroan yang telah disepakati. Sejak akta pendirian ditandatangani oleh para pendiri, maka perseroan berdiri, dan hubungan diantara para pihak dikuasai oleh hubungan kontrak. Hubungan kontrak tersebut belum menciptakan status badan hukum. Dengan demikian segala akibat hukum yang timbul adalah tanggung jawab pendiri yang bersangkutan dan tidak mengikat Perseroan. c. Modal Dasar Perseroan M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008. USU Repository © 2009 Dalam Pasal 32 UU No. 40 Tahun 2007 ditentukan bahwa modal dasar perseroan paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. Tetapi UU yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal Perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar perseroan yang melebihi Rp. 50.000.000,00. bidang usaha tertentu itu misalnya usaha perbankan, asuransi, atau freight forwarding. Menurut pasal 33 UU No. 40 Tahun 2007 pada saat pendirian perseroan paling sedikit 25 dari modal dasar harus ditempatkan dan disetor penuh yang dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah. Yang dimaksud dengan “bukti penyetoran yang sah”, antara lain bukti setoran pemegang saham ke dalam rekening bank atas nama Perseroan, data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan, atau neraca Perseroan yang ditandatangani oleh Direksi dan Dewan Komisaris. Ketentuan ini menegaskan bahwa tidak dimungkinkan penyetoran atas saham dengan cara mengangsur. d. Pengambilan Saham saat Perseroan Didirikan Menurut Pasal 7 ayat 2 UU No. 40 Tahun 2007, setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan didirikan. Pasal ini merupakan wujud pernyataan kehendak pendiri ketika membuat perjanjian pendirian perseroan dan sebagai pemenuhan Pasal 33 UU No. 40 Tahun 2007. pengambilan bagian saham berupa penyetoran modal oleh setiap pendiri yang jumlah semuanya paling sedikit Rp. 12.500.000. Prosedur Pendirian Perseroan Terbatas Apabila persyaratan material pendirian perseroan telah dipenuhi, maka pendirian perseroan harus mengikuti prosedur yang telah ditentukan oleh UUPT No. 40 Tahun 2007. M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008. USU Repository © 2009 Ada lima langkah prosedur pendirian perseroan, kelima langkah prosedur ini disebut sebagai syarat formal 14 1 Pembuatan Perjanjian Tertulis yaitu sebagai berikut : Para pendiri perseroan membuat perjanjian untuk mendirikan perseroan mengenai susunan dan penyertaan modal, susunan saham, penunjukan Direksi dan Komisaris, perbuatan hukum dengan pihak ketiga yang selanjutnya disusun dalam bentuk Anggaran Dasar Perseroan. Supaya perjanjian yang dibuat itu sah maka ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata harus dipenuhi. Perjanjian ini merupakan perjanjian pendahuluan. 15 2 Pembuatan akte pendirian dimuka Notaris Perjanjian pendahuluan ini kemudian disusun dalam bentuk Anggaran Dasar. Ketentuan Anggaran Dasar mengatur kegiatan perseroan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum dan kesusilaan Pasal 2 UU No. 40 Tahun 2007. Misalnya dalam Anggaran Dasar tidak boleh ada ketentuan deviden dalam jumlah persentase yang telah ditetapkan, pemberian keuntungan pribadi kepada pendiri atau pihak lain. Para persero atau pendiri yang telah membuat perjanjian itu kemudian menghadap notaris untuk minta dibuatkan akte pendirian perseroan. Sejak akte pendirian ditandatangani oleh para pendiri, maka berdirilah perseroan dan hubungan antara para pendiri adalah hubungan kontrak, sebelum perseroan memperoleh status badan hukum. Akte pendirian ini memuat Anggaran Dasar, dengan kata lain yaitu merupakan hasil perjanjian antara mereka dihadapan notaris. 14 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1999, hal 126 15 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal 14. M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008. USU Repository © 2009 Pada waktu pendirian, para pendiri dapat diwakili oleh seorang yang mendapat kuasa vide Pasal 8 ayat 3 UU No. 40 Tahun 2007. Akte pendirian ini mempunyai fungsi intern yaitu sebagai aturan main para pemegang dan organ perseroan, dan fungsi ekstern terhadap pihak ketiga adalah sebagai identitas dan pengaturan tanggung jawab perbuatan hukum yang dilakukan oleh yang berhak atas nama perseroan. Menurut ketentuan Pasal 8 UU No. 40 Tahun 2007, akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian Perseroan sekurang- kurangnya: a nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan kewarganegaraan pendiri perseroan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan; c nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat; d nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor; e akta pendirian tidak boleh memuat ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham dan ketentuan tentang pemberian keuntungan pribadi kepada pendiri atau pihak lain. Pengesahan oleh Menteri Kehakiman Untuk memperoleh keputusan mengenai pengesahan badan hukum perseroan, para pendiri atau kuasanya mengajukan permohonan melalui jasa teknologi informasi M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008. USU Repository © 2009 sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada Menteri dengan mengisi format isian yang memuat sekurang-kurangnya : 1 nama dan tempat kedudukan Perseroan; 2 jangka waktu berdirinya Perseroan; 3 maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan; 4 jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor; 5 alamat lengkap Perseroan. Permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 enam puluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung. Apabila semua persyaratan sebagaimana telah dipenuhi secara lengkap, paling lambat 14 empat belas hari, Menteri menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum Perseroan yang ditandatangani secara elektronik. Apabila format isian dan keterangan mengenai dokumen pendukung tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri langsung memberitahukan penolakan beserta alasannya kepada pemohon secara elektronik. Cara pengesahan dari pihak pemerintah, pada dasarnya dibagi atas 2 dua cara, yaitu: 1 “Bewilliging” yaitu “memberikan persetujuan” di Indonesia dipakai cara ini dengan memberikan persetujuannya Direktorat Perdata Departemen Kehakiman telah menilai isi akta pendirian perseroan itu sesuai dengan syarat-syarat yang dikehendaki oleh UU. M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008. USU Repository © 2009 2 “Verklaring van Geen bezwaar” atau menerangkan tidak adanya keberatan atas didirikannya PT itu, tetapi tidak menjamin sudah dipenuhinya atau diindahkannya peraturan dalam UU. 16 Dalam KUHD tidak ada ketentuan jangka waktu pengesahan, sehingga tidak mustahil dalam kenyataannya akta pendirian yang dimohonkan itu baru saja disahkan setelah lebih dari jangka waktu 60 enam puluh hari. Sedangkan UU Perseroan menentukan jangka waktu paling lambat 14 empat belas hari dan ini membuktikan bahwa pemerintah sungguh-sungguh memberikan pelayanan yang wajar. Tentunya dengan konsekuensi, bila dalam jangka waktu yang ditentukan itu tidak dilakukan pengesahan atau penolakan pemerintah, maka dalam hal ini Menteri Kehakiman telah melakukan pelanggaran dan dapat digugat kemuka Pengadilan Tata Usaha Negara. Perseroan memperoleh status badan hukum setelah akte pendirian disahkan oleh Menteri kehakiman Pasal 7 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007. Sejak pengesahan, perseroan adalah badan hukum yang mandiri, sehingga menurut ketentuan Pasal 3 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007, “Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki”. Ketentuan ini mempertegas ciri Perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya. Bagaimana halnya dengan perbuatan hukum yang telah dilakukan oleh para pendiri dalam kurun waktu antara pendirian dan pengesahan perseroan. Menurut ketentuan Pasal 13 UU No. 40 Tahun 2007, perbuatan hukum yang telah dilakukan 16 Abdul Muis, Bunga Rampai Hukum Dagang, Fakultas Hukum USU, Medan, 2000, hal 125. M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008. USU Repository © 2009 calon pendiri untuk kepentingan perseroan sebelum perseroan disahkan, mengikat perseroan setelah perseroan menjadi badan hukum apabila: a RUPS pertama Perseroan secara tegas menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau kuasanya. b Persetujuan RUPS tidak diperlukan apabila perbuatan hukum tersebut dilakukan atau disetujui secara tertulis oleh semua calon pendiri sebelum pendirian Perseroan c Perseroan mengukuhkan secara tertulis semua perbuatan hukum yang dilakukan atas nama perseroan. Pendaftaran Perseroan Perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya telah memenuhi kriteria sebagai Perseroan Publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, wajib mengubah anggaran dasarnya dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari terhitung sejak terpenuhinya kriteria tersebut. Direksi perseroan wajib mengajukan pernyataan pendaftaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal Pasal 24 UU No. 40 Tahun 2007. Ada beberapa sarjana memberikan penafsiran bahwa yang dimaksud dengan daftar perusahaan disini adalah sesuai dengan apa yang dimaksud oleh UU No. 3 Tahun 1982. Padahal dalam UU itu ditegaskan bahwa setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan Pasal 5 ayat 1 UU No. 3 Tahun 1982. M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008. USU Repository © 2009 Dalam Pasal 24 UU No. 40 Tahun 2007 ditentukan pendaftaran wajib dilakukan oleh perseroan dalam waktu paling lambat 30 tiga puluh hari sejak terpenuhinya kriteria sebagai Perseroan publik. UU No. 40 tahun 2007 tidak mensyaratkan harus ada izin usaha karena surat izin usaha adalah syarat pendaftaran, maka dalam waktu 30 hari setelah pengesahan diberikan, perseroan wajib lebih dahulu meminta surat izin usaha dari instansi teknik yang berwenang, baru mendaftarkan perseroan. Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan. Pendaftaran wajib dilakukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan yang bersangkutan atau dapat diwakilkan kepada orang lain dengan memberikan surat kuasa yang sah. Daftar perusahaan merupakan pencatatan bahan-bahan yang dibuat secara benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi bagi semua pihak yang berkepentingan. Karena itu sifat dari daftar perusahaan adalah terbuka untuk umum Pasal 29 ayat 5 UU No. 40 Tahun 2007. Yang dimaksud dengan sifat terbuka adalah bahwa daftar perusahaan itu dapat dipergunakan oleh pihak ketiga sebagai sumber informasi. 17 1 akta pendirian Perseroan beserta Keputusan Menteri; Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara Menteri mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia: 2 akta perubahan anggaran dasar Perseroan beserta Keputusan Menteri; 3 akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya oleh Menteri 17 C.S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia, Pradnya Paramitha, Bandung, 2001, hal 210. M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008. USU Repository © 2009 Bagaimana bila sebelum memenuhi persyaratan sebagai badan hukum, PT telah melakukan perbuatan-perbuatan hukum dengan pihak ketiga. Dalam hal ini Pasal 3 UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT, “menegaskan bahwa Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki”. H.M.N. Purwosutjipto, menyamakan tanggung jawab pengurus PT yang belum terdaftar dan diumumkan itu dengan tanggung jawab renteng untuk keseluruhan. Jadi para persero lah yang harus bertanggung jawab renteng masing-masing sepenuhnya untuk keseluruhan perbuatan yang dilakukan atas nama perusahaan yang belum memenuhi persyaratan sebagai badan hukum tersebut. Para pengurus pada dasarnya merupakan pemegang kuasa dari RUPS atau melakukan hubungan perburuhan dengan para persero. Secara garis besarnya hubungan antara para pengurus dengan PT dapat digambarkan sebagai berikut: a Pengurus yang tidak diberi upah dan bukan pemegang saham mempunyai hubungan sebagai pemegang kuasa terhadap RUPS. b Pengurus yang diberi upah dan bukan pemegang saham, mempunyai dua macam hubungan hukum dengan RUPS, yaitu: hubungan perburuhan dan pemberian kuasa. c Pengurus yang diberi upah dan pemegang saham mempunyai tiga macam hubungan hukum dengan RUPS, yaitu hubungan perburuhan, pemberian kuasa, dan sebagai anggota RUPS. 18 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak pantas meminta pengurus bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap perbuatan perusahaan yang belum didaftarkan dan diumumkan, terutama terhadap pengurus yang bukan pemegang saham persero, kecuali pengurus tersebut melakukan tindakan hukum yang melewati batas 18 H.M.N. Purwosutjipto, Op. Cit, hal 149 M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008. USU Repository © 2009 kewenangan yang didelegasikan terhadap para persero wajib bertanggung jawab terhadap perbuatan hukum yang dilakukan pengurus atas nama perseroan sebagaimana yang disebut dalam Pasal 1807 KUHPerdata untuk pemberian kuasa, dan Pasal 1367 ayat 3 untuk hubungan perburuhan: 1 Tindakan “Beheren” yaitu tindakan dalam menjalankan perbuatan yang lazim dilakukan sehari-hari dalam hubungan dengan badan yang bersangkutan. 2 Tindakan “Beschikking” yaitu tindakan yang bukan merupakan tindakan pengurus sehari-hari, merupakan tindakan insidentil yang apabila dilakukan harus mendapat izin lebih dahulu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 19 Menurut ketentuan Pasal 24 UU No. 40 Tahun 2007, Perseroan yang telah didaftarkan, diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI, permohonan pengumuman perseroan dilakukan oleh Direksi dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari terhitung sejak terpenuhinya kriteria sebagai Perseroan Publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Menurut ketentuan Pasal 7 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007, perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan. Dengan demikian, walaupun timbul kerugian akibat kelalaian pendaftaran dan pengumuman Direksi, yang bertanggung jawab mengganti kerugian bukan Direksi secara tanggung renteng, melainkan perseroan, karena Direksi adalah organ perseroan. Mungkin Pasal 97 ayat 3 UU No. 40 tahun 2007 terpengaruh oleh ketentuan Pasal 39 KUHDagang. Dalam Pasal 39 KUHDagang “dinyatakan bahwa selama pendaftaran dan pengumuman belum dilakukan, maka semua pengurus secara tanggung renteng bertanggung jawab atas perbuatan mereka terhadap pihak ketiga”. Ketentuan ini 19 Ibid, hal 179 M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008. USU Repository © 2009 memang wajar, karena pada hakekatnya PT baru memperoleh status badan hukum setelah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI walaupun hal ini tidak secara tegas dinyatakan dalam Pasal 38 KUHDagang. Penyelesaian ini merupakan jalan tengah, artinya perseroan sebagai badan hukum bertanggung jawab dengan harta kekayaannya dan jika harta kekayaan itu tidak mencukupi, barulah Direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kekurangannya karena lalai melaksanakan kewajiban perseroan. 20 Rudhi Prasetya mengatakan, “Jika Komisaris dan atau Direksi mempunyai wewenang, maka wewenang itu bukan limpahan dari RUPS, melainkan Komisaris danatau Direksi memperoleh wewenang berdasarkan kekuatan undang-undang danatau

D. Organ-organ Perseroan Terbatas

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2012

2 87 89

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas Perusahaan dengan Komisaris Independen sebagai Variabel Moderating (Studi pada Perusahaan Perkebunan yang Ada di Indonesia)

5 95 103

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Sektor Publik (Studi Kasus pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

12 131 128

Larangan Gratifikasi Dalam Rangka Good Corporate Governance Di BUMN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Studi pada PT.Perkebunan Nusantara III)

4 165 131

Analisis Hukum Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Daerah (Studi Pada Pt. Perkebunan Sumatera Utara)

2 83 137

Penerapan Prinsip-Pprinsip Good Corporate Governance, Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang Dan/Atau Jasa Di Lingkungan Bumn Perkebunan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

2 74 145

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Go public di Indonesia

1 38 81

Pengaruh Penerapan Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) (Studi Pada Kantor PTPN III (Persero) Tanjung Morawa)

10 50 131

Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

0 35 129

Pengaruh Penerapan Prinsip-prinsip GCG (good corporate governance) dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja SDM di BUMN ( Studi Kasus PT. Pegadaian Kramat Raya 162 Jakarta )

3 17 133