M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2”, dan pasal 98 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007, “Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan”.
Dari kriteria-kriteria badan hukum diatas, semuanya terdapat dalam sifat-sifat PT. maka sangatlah tepat apabila kita mengatakan bahwa PT mempunyai sifat badan hukum.
Dalam UU No. 40 Tahun 2007 jelas disebutkan dalam pasal 1 butir 1 bahwa PT adalah badan hukum. Dan pasal 7 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007 menjelaskan, “bahwa
Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan”.
C. Prosedur Pendirian Perseroan Terbatas
Persyaratan Pendirian Perseroan Terbatas Untuk mendirikan suatu perseroan perlu dipenuhi persyaratan yang ditentukan
oleh UU Perseroan. Ada 4 empat syarat utama yang wajib dipenuhi oleh pendiri perseroan yaitu
Pertama dengan perjanjian antara dua orang atau lebih, kedua dengan akta autentik dimuka Notaris, ketiga modal dasar perseroan, dan keempat pengambilan saham
pada saat perseroan didirikan.
13
a. Perjanjian antara dua orang atau lebih.
Menurut ketentuan Pasal 7 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007, perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih. Yang dimaksud dengan “Orang” adalah orang
perseorangan atau badan hukum. Ketentuan sekurang-kurangnya dua orang menegaskan
13
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perseroan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 11.
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
prinsipyang dianut oleh UU Perseroan bahwa perseroan sebagai badan hukum dibentuk berdasarkan perjanjian, karena itu mempunyai lebih dari satu orang pemegang saham
sebagai pendiri. Namun menurut ketentuan Pasal 7 ayat 7 UU No. 40 Tahun 2007, “Ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih tidak
berlaku bagi Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara atau Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan
penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal, karena status dan karakteristik yang khusus, persyaratan jumlah pendiri bagi
Perseroan diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri, yang dimaksud dengan “persero” adalah badan usaha milik negara yang berbentuk Perseroan yang modalnya
terbagi dalam saham yang diatur dalam Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik Negara..
b. Dibuat dengan akta autentik dimuka Notaris
Menurut ketentuan Pasal 7 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007, perjanjian pendirian perseroan harus dibuat dengan akta autentik dimuka Notaris dalam bahasa Indonesia.
Perjanjian tersebut merupakan akta pendirian perseroan yang sekaligus memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian Perseroan yang telah
disepakati. Sejak akta pendirian ditandatangani oleh para pendiri, maka perseroan berdiri, dan hubungan diantara para pihak dikuasai oleh hubungan kontrak. Hubungan kontrak
tersebut belum menciptakan status badan hukum. Dengan demikian segala akibat hukum yang timbul adalah tanggung jawab pendiri yang bersangkutan dan tidak mengikat
Perseroan. c.
Modal Dasar Perseroan
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam Pasal 32 UU No. 40 Tahun 2007 ditentukan bahwa modal dasar perseroan paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. Tetapi UU yang mengatur
kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal Perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar perseroan yang melebihi Rp. 50.000.000,00.
bidang usaha tertentu itu misalnya usaha perbankan, asuransi, atau freight forwarding. Menurut pasal 33 UU No. 40 Tahun 2007 pada saat pendirian perseroan paling
sedikit 25 dari modal dasar harus ditempatkan dan disetor penuh yang dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah. Yang dimaksud dengan “bukti penyetoran yang sah”,
antara lain bukti setoran pemegang saham ke dalam rekening bank atas nama Perseroan, data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan, atau neraca Perseroan yang
ditandatangani oleh Direksi dan Dewan Komisaris. Ketentuan ini menegaskan bahwa tidak dimungkinkan penyetoran atas saham dengan cara mengangsur.
d. Pengambilan Saham saat Perseroan Didirikan
Menurut Pasal 7 ayat 2 UU No. 40 Tahun 2007, setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan didirikan. Pasal ini merupakan wujud
pernyataan kehendak pendiri ketika membuat perjanjian pendirian perseroan dan sebagai pemenuhan Pasal 33 UU No. 40 Tahun 2007. pengambilan bagian saham berupa
penyetoran modal oleh setiap pendiri yang jumlah semuanya paling sedikit Rp. 12.500.000.
Prosedur Pendirian Perseroan Terbatas Apabila persyaratan material pendirian perseroan telah dipenuhi, maka pendirian
perseroan harus mengikuti prosedur yang telah ditentukan oleh UUPT No. 40 Tahun 2007.
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Ada lima langkah prosedur pendirian perseroan, kelima langkah prosedur ini disebut sebagai syarat formal
14
1 Pembuatan Perjanjian Tertulis
yaitu sebagai berikut :
Para pendiri perseroan membuat perjanjian untuk mendirikan perseroan mengenai susunan dan penyertaan modal, susunan saham, penunjukan Direksi dan Komisaris,
perbuatan hukum dengan pihak ketiga yang selanjutnya disusun dalam bentuk Anggaran Dasar Perseroan. Supaya perjanjian yang dibuat itu sah maka ketentuan Pasal 1320
KUHPerdata harus dipenuhi. Perjanjian ini merupakan perjanjian pendahuluan.
15
2 Pembuatan akte pendirian dimuka Notaris
Perjanjian pendahuluan ini kemudian disusun dalam bentuk Anggaran Dasar. Ketentuan Anggaran Dasar mengatur kegiatan perseroan tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, ketertiban umum dan kesusilaan Pasal 2 UU No. 40 Tahun 2007. Misalnya dalam Anggaran Dasar tidak boleh ada ketentuan deviden dalam jumlah
persentase yang telah ditetapkan, pemberian keuntungan pribadi kepada pendiri atau pihak lain.
Para persero atau pendiri yang telah membuat perjanjian itu kemudian menghadap notaris untuk minta dibuatkan akte pendirian perseroan. Sejak akte pendirian
ditandatangani oleh para pendiri, maka berdirilah perseroan dan hubungan antara para pendiri adalah hubungan kontrak, sebelum perseroan memperoleh status badan hukum.
Akte pendirian ini memuat Anggaran Dasar, dengan kata lain yaitu merupakan hasil perjanjian antara mereka dihadapan notaris.
14
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1999, hal 126
15
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal 14.
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Pada waktu pendirian, para pendiri dapat diwakili oleh seorang yang mendapat kuasa vide Pasal 8 ayat 3 UU No. 40 Tahun 2007. Akte pendirian ini mempunyai
fungsi intern yaitu sebagai aturan main para pemegang dan organ perseroan, dan fungsi ekstern terhadap pihak ketiga adalah sebagai identitas dan pengaturan tanggung jawab
perbuatan hukum yang dilakukan oleh yang berhak atas nama perseroan. Menurut ketentuan Pasal 8 UU No. 40 Tahun 2007, akta pendirian memuat
anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian Perseroan sekurang- kurangnya:
a nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan kewarganegaraan pendiri perseroan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat
lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan;
c nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat;
d nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah
saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor; e
akta pendirian tidak boleh memuat ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham dan ketentuan tentang pemberian keuntungan pribadi kepada pendiri atau
pihak lain. Pengesahan oleh Menteri Kehakiman
Untuk memperoleh keputusan mengenai pengesahan badan hukum perseroan, para pendiri atau kuasanya mengajukan permohonan melalui jasa teknologi informasi
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada Menteri dengan mengisi format isian yang memuat sekurang-kurangnya :
1 nama dan tempat kedudukan Perseroan;
2 jangka waktu berdirinya Perseroan;
3 maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
4 jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
5 alamat lengkap Perseroan.
Permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 enam puluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian
ditandatangani, dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung. Apabila semua persyaratan sebagaimana telah dipenuhi secara lengkap, paling lambat 14 empat belas
hari, Menteri menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum Perseroan yang ditandatangani secara elektronik. Apabila format isian dan keterangan mengenai
dokumen pendukung tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri langsung memberitahukan penolakan beserta alasannya kepada pemohon secara
elektronik. Cara pengesahan dari pihak pemerintah, pada dasarnya dibagi atas 2 dua cara,
yaitu: 1
“Bewilliging” yaitu “memberikan persetujuan” di Indonesia dipakai cara ini dengan memberikan persetujuannya Direktorat Perdata Departemen Kehakiman
telah menilai isi akta pendirian perseroan itu sesuai dengan syarat-syarat yang dikehendaki oleh UU.
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2 “Verklaring van Geen bezwaar” atau menerangkan tidak adanya keberatan atas
didirikannya PT itu, tetapi tidak menjamin sudah dipenuhinya atau diindahkannya peraturan dalam UU.
16
Dalam KUHD tidak ada ketentuan jangka waktu pengesahan, sehingga tidak mustahil dalam kenyataannya akta pendirian yang dimohonkan itu baru saja disahkan
setelah lebih dari jangka waktu 60 enam puluh hari. Sedangkan UU Perseroan menentukan jangka waktu paling lambat 14 empat belas hari dan ini membuktikan
bahwa pemerintah sungguh-sungguh memberikan pelayanan yang wajar. Tentunya dengan konsekuensi, bila dalam jangka waktu yang ditentukan itu tidak dilakukan
pengesahan atau penolakan pemerintah, maka dalam hal ini Menteri Kehakiman telah melakukan pelanggaran dan dapat digugat kemuka Pengadilan Tata Usaha Negara.
Perseroan memperoleh status badan hukum setelah akte pendirian disahkan oleh Menteri kehakiman Pasal 7 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007. Sejak pengesahan,
perseroan adalah badan hukum yang mandiri, sehingga menurut ketentuan Pasal 3 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007, “Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara
pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki”. Ketentuan ini mempertegas ciri
Perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya.
Bagaimana halnya dengan perbuatan hukum yang telah dilakukan oleh para pendiri dalam kurun waktu antara pendirian dan pengesahan perseroan. Menurut
ketentuan Pasal 13 UU No. 40 Tahun 2007, perbuatan hukum yang telah dilakukan
16
Abdul Muis, Bunga Rampai Hukum Dagang, Fakultas Hukum USU, Medan, 2000, hal 125.
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
calon pendiri untuk kepentingan perseroan sebelum perseroan disahkan, mengikat perseroan setelah perseroan menjadi badan hukum apabila:
a RUPS pertama Perseroan secara tegas menyatakan menerima atau mengambil alih
semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau kuasanya.
b Persetujuan RUPS tidak diperlukan apabila perbuatan hukum tersebut dilakukan
atau disetujui secara tertulis oleh semua calon pendiri sebelum pendirian Perseroan
c Perseroan mengukuhkan secara tertulis semua perbuatan hukum yang dilakukan
atas nama perseroan.
Pendaftaran Perseroan Perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya telah memenuhi kriteria
sebagai Perseroan Publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, wajib mengubah anggaran dasarnya dalam jangka waktu 30 tiga
puluh hari terhitung sejak terpenuhinya kriteria tersebut. Direksi perseroan wajib mengajukan pernyataan pendaftaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal Pasal 24 UU No. 40 Tahun 2007. Ada beberapa sarjana memberikan penafsiran bahwa yang dimaksud dengan daftar perusahaan disini
adalah sesuai dengan apa yang dimaksud oleh UU No. 3 Tahun 1982. Padahal dalam UU itu ditegaskan bahwa setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan Pasal
5 ayat 1 UU No. 3 Tahun 1982.
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam Pasal 24 UU No. 40 Tahun 2007 ditentukan pendaftaran wajib dilakukan oleh perseroan dalam waktu paling lambat 30 tiga puluh hari sejak terpenuhinya
kriteria sebagai Perseroan publik. UU No. 40 tahun 2007 tidak mensyaratkan harus ada izin usaha karena surat izin usaha adalah syarat pendaftaran, maka dalam waktu 30 hari
setelah pengesahan diberikan, perseroan wajib lebih dahulu meminta surat izin usaha dari instansi teknik yang berwenang, baru mendaftarkan perseroan.
Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan. Pendaftaran wajib dilakukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan yang bersangkutan atau dapat
diwakilkan kepada orang lain dengan memberikan surat kuasa yang sah. Daftar perusahaan merupakan pencatatan bahan-bahan yang dibuat secara benar
dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi bagi semua pihak yang berkepentingan. Karena itu sifat dari daftar perusahaan adalah terbuka untuk umum
Pasal 29 ayat 5 UU No. 40 Tahun 2007. Yang dimaksud dengan sifat terbuka adalah bahwa daftar perusahaan itu dapat dipergunakan oleh pihak ketiga sebagai sumber
informasi.
17
1 akta pendirian Perseroan beserta Keputusan Menteri;
Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara Menteri mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia:
2 akta perubahan anggaran dasar Perseroan beserta Keputusan Menteri;
3 akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya oleh
Menteri
17
C.S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia, Pradnya Paramitha, Bandung, 2001, hal 210.
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Bagaimana bila sebelum memenuhi persyaratan sebagai badan hukum, PT telah melakukan perbuatan-perbuatan hukum dengan pihak ketiga. Dalam hal ini Pasal 3 UU
No. 40 Tahun 2007 tentang PT, “menegaskan bahwa Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan
tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki”. H.M.N. Purwosutjipto, menyamakan tanggung jawab pengurus PT yang belum
terdaftar dan diumumkan itu dengan tanggung jawab renteng untuk keseluruhan. Jadi para persero lah yang harus bertanggung jawab renteng masing-masing sepenuhnya untuk
keseluruhan perbuatan yang dilakukan atas nama perusahaan yang belum memenuhi persyaratan sebagai badan hukum tersebut.
Para pengurus pada dasarnya merupakan pemegang kuasa dari RUPS atau melakukan hubungan perburuhan dengan para persero. Secara garis besarnya hubungan
antara para pengurus dengan PT dapat digambarkan sebagai berikut: a
Pengurus yang tidak diberi upah dan bukan pemegang saham mempunyai hubungan sebagai pemegang kuasa terhadap RUPS.
b Pengurus yang diberi upah dan bukan pemegang saham, mempunyai dua macam
hubungan hukum dengan RUPS, yaitu: hubungan perburuhan dan pemberian kuasa.
c Pengurus yang diberi upah dan pemegang saham mempunyai tiga macam
hubungan hukum dengan RUPS, yaitu hubungan perburuhan, pemberian kuasa, dan sebagai anggota RUPS.
18
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak pantas meminta pengurus bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap perbuatan perusahaan yang belum
didaftarkan dan diumumkan, terutama terhadap pengurus yang bukan pemegang saham persero, kecuali pengurus tersebut melakukan tindakan hukum yang melewati batas
18
H.M.N. Purwosutjipto, Op. Cit, hal 149
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kewenangan yang didelegasikan terhadap para persero wajib bertanggung jawab terhadap perbuatan hukum yang dilakukan pengurus atas nama perseroan sebagaimana yang
disebut dalam Pasal 1807 KUHPerdata untuk pemberian kuasa, dan Pasal 1367 ayat 3 untuk hubungan perburuhan:
1 Tindakan “Beheren” yaitu tindakan dalam menjalankan perbuatan yang lazim
dilakukan sehari-hari dalam hubungan dengan badan yang bersangkutan. 2
Tindakan “Beschikking” yaitu tindakan yang bukan merupakan tindakan pengurus sehari-hari, merupakan tindakan insidentil yang apabila dilakukan harus mendapat
izin lebih dahulu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
19
Menurut ketentuan Pasal 24 UU No. 40 Tahun 2007, Perseroan yang telah
didaftarkan, diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI, permohonan pengumuman perseroan dilakukan oleh Direksi dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari terhitung
sejak terpenuhinya kriteria sebagai Perseroan Publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Menurut ketentuan Pasal 7 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007, perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai
pengesahan badan hukum Perseroan. Dengan demikian, walaupun timbul kerugian akibat kelalaian pendaftaran dan pengumuman Direksi, yang bertanggung jawab mengganti
kerugian bukan Direksi secara tanggung renteng, melainkan perseroan, karena Direksi adalah organ perseroan. Mungkin Pasal 97 ayat 3 UU No. 40 tahun 2007 terpengaruh
oleh ketentuan Pasal 39 KUHDagang. Dalam Pasal 39 KUHDagang “dinyatakan bahwa selama pendaftaran dan
pengumuman belum dilakukan, maka semua pengurus secara tanggung renteng bertanggung jawab atas perbuatan mereka terhadap pihak ketiga”. Ketentuan ini
19
Ibid, hal 179
M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Pada BUMN Di PTP Nusantara IV Persero Medan, 2008.
USU Repository © 2009
memang wajar, karena pada hakekatnya PT baru memperoleh status badan hukum setelah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI walaupun hal ini tidak secara tegas
dinyatakan dalam Pasal 38 KUHDagang. Penyelesaian ini merupakan jalan tengah, artinya perseroan sebagai badan hukum
bertanggung jawab dengan harta kekayaannya dan jika harta kekayaan itu tidak mencukupi, barulah Direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng atas
kekurangannya karena lalai melaksanakan kewajiban perseroan.
20
Rudhi Prasetya mengatakan, “Jika Komisaris dan atau Direksi mempunyai wewenang, maka wewenang itu bukan limpahan dari RUPS, melainkan Komisaris
danatau Direksi memperoleh wewenang berdasarkan kekuatan undang-undang danatau
D. Organ-organ Perseroan Terbatas