Latar Belakang. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gambir (Studi Kasus: Kabupaten Pakpak Bharat)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian nasional. Pertanian merupakan sektor terbesar pada setiap ekonomi Negara berkembang. Sektor ini menopang sebagian besar perekonomian penduduknya melalui penyediaan pangan dan juga memberikan lapangan pekerjaan. Hingga saat ini, sektor pertanian masih memegang peranaan penting dalam perekonomian nasional, hal ini terlihat dari jumlah penduduk dan tenaga kerja yang diserap dalam sektor pertanian, mencapai 42,3 juta orang atau 44,5 dari total tenaga kerja nasional. Bila dilihat dari kondisi perekonomian propinsi Sumatera Utara, sektor pertanian mempunyai peranaan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi. Dimana sektor pertanian memberikan kontribusi bagi PDRB yakni sebesar 24,94. Serta penyerapan tenaga kerja sebesar 56,03. Tujuan pembangunan di sektor pertanian selain untuk meningkatkan produksi juga untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga pertanian. Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Pakpak Bharat memiliki luas 1.218.30 km 2 terdiri dari 8 kecamatan, yakni kecamatan Salak, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pagindar, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan Pergetteng Getteng Sengkut, Kecamatan Siempat rube, Kecamatan Kerajaan dan Kecamatan Tinada. Berdasarkan keadaan alam dan topografi kabupaten Pakpak Universitas Sumatera Utara Bharat, sektor pertanian merupakan potensi yang terbesar mendukung perekonomian masyarakat. Hasil pendataan rumah tangga sensus pertanian 2008, terdapat 8.292 rumah tangga pertanian di kabupaten Pakpak Bharat. Mencakup kegiatan bertani dan berkebun. Dari seluruh jumlah rumah tangga pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat 80 adalah merupakan petani pengguna lahan dengan produksi jenis tanaman padi dan palawija, tanaman perkebunan rakyat dan hortikultura. BPS: Kabupaten Pakpak Bharat Dalam Angka: 2008. Salah satu tanaman perkebunan rakyat yang saat ini memberikan kontribusi yang cukup besar untuk menopang kehidupan petani di kabupaten Pakpak Bharat adalah tanaman Gambir. Gambir merupakan tanaman menjalar sebangsa kopi kopian uncaria gambir roxb. Dalam perdagangan gambir dikenal dengan berbagai nama sebagai berikut yakni:kateku kuning, kacu terra dan cutch. Di Samping itu dikenal beberapa nama gambir di daerah seperti Gambe Nias, Gambie Minangkabau, Kacu Gayo, Sontang Batak Toba, Gaambir Pakpak, Ghambir Madura. Tanaman gambir pada umumnya tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 900 meter diatas permukaan laut dan memerlukan cahaya matahari yang cukup banyak. Tanaman gambir dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu vegetative dan generative. Indonesia adalah Negara pengekspor gambir utama dunia. Negara tujuan ekspor gambir adalah Bangladesh, India, Singapura, Malaysia, Jepang dan beberapa Negara Eropa. Pengembangan tanaman gambir di Indonesia pada prinsipnya sangat prospektif. Pada tahun 2006, volume ekspor tercatat 7.975.891 ton dan perolehan devisa sebesar 8.281.991 ribu Dolar AS. Sejalan dengan berkembangnya jenis-jenis barang industri yang memerlukan bahan baku gambir, Universitas Sumatera Utara maka kebutuhan akan gambir dalam industri semakin meningkat. India membutuhkan 6.712.037 kg gambir kering setiap tahun. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Ekspor Komoditi Gambir Tahun 2006 Menurut Negara Tujuan No Negara Tujuan Tahun 2006 Volume kg Nilai USD 1 Australia 40.000 78.721 2 Hongkong 324.000 277.100 3 Bangladesh 1.610 2.508 4 India 6.712.037 7.030.879 5 Jepang 7.000 41.300 6 Malaysia 5.000 6.000 7 Nepal 250.000 366.509 8 Pakistan 499.294 328.822 9 Filiphina 88.000 5.500 10 Saudiarabia 5.000 10.059 11 Singapura 37.790 120.928 12 Taiwan 5.000 9.775 13 Thailand 1.160 3.890 Total 7.975.891 8.281.991 Sumber:Dinas Pertanian 2006 Gambir telah lama dikenal sebagai campuran bahan makanan sirih. Gambir juga digunakan sebagai bahan ramuan obat, bahan pembatik, ramuan cat, pewarna tekstil dan industri bir. Gambir dapat menghambat pertumbuhan jamur phytophora cinnamomi dan cukup berpotensi sebagai anti bakteri dan anti jamur. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ekstrak gambir digunakan sebagai bahan aktif pada pasta gigi dan biopestisida. Di Jepang gambir dipakai dalam Universitas Sumatera Utara pembuatan permen khusus bagi perokok yang fungsinya dapat menetralisir nikotin. Provinsi Sumatera Barat adalah penghasil komoditi gambir terbesar di Indonesia, yakni di Kabupaten Lima Puluh Kota. Berdasarkan data dinas perkebunan Provinsi Sumatera Barat, total luas areal tanaman gambir di Sumatera Barat adalah 13.749.75 Ha dengan daerah penghasil utama Kabupaten Lima Puluh Kota dan produksi pertahun berjumlah 8.166.40 ton dalam bentuk gambir mentah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.2. Luas Serta Produksi Komoditi Gambir di kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat. No Kecamatan Luas Lahan Ha Produksi Ton 1 Bukit Barisan 2.581.75 1.452.00 2 Guguak 31.00 9.80 3 Mungka 862.00 439.50 4 Payakumbuh 85.00 35.00 5 Lareh Sago Halaban 656.00 345.80 6 Harau 442.00 232.40 7 Pangkalan Koto Baru 3.705.00 1.99.20 8 Kapur IX 5.429.00 3.605.70 Jumlah 13.749.75 8.166.40 Sumber:Dinas Perkebunan Kabupaten Lima Puluh Kota 2005 Kabupaten Pakpak Bharat merupakan penghasil gambir terbesar kedua setelah Provinsi Sumatera Barat. Di kabupaten Pakpak Bharat, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan adalah penghasil produksi gambir terbesar dibandingkan enam kecamatan lainnya. Universitas Sumatera Utara Pengolahan gambir dilakukan dengan perebusan atau pengukusan daun gambir, lalu diperas dengan sapikkapiten alat tradisional untuk memeras getah gambir. Hasil perasan berupa getahfiltrate akan dikentalkan dalam suatu wadah seperti ember atau bak kayu sehingga mengeras dan menjadi pasta gambir. Lalu dilakukan penirisanditingtingi dengan karung dan ditindih dengan batu atau cora semen selama sehari, sehingga serupa dengan adonan kue. Selanjutnya dilakukan pencetakan dengan silinder bambu dan membentuk bulatan sebesar kepalan tangan, pencetakan dengan silinder bambu biasanya dijual perbuah sedangkan pencetakan dengan membentuk seperti bulatan bulatan sebesar kepalan tangan dijual per kilogram. Dan yang paling terahir dilakukan pengeringan sampai kadar air dibawah 17. Kualitas gambir sangat ditentukan oleh proses pengolahan getah gambir dan mutu daun gambir. Daun gambir yang diolah sebaiknya daun gambir yang tidak muda dan tidak terlalu tua. Karena apabila daun gambir masih muda belum banyak menghasilkan getah dan apabila terlalu tua daunnya sudah kekuning-kuningan sehingga getah yang dihasilkan tidak berkualitas. Pada proses pengolahan daun gambir menjadi getah, ketelitian pemetikan daun serta pemerasan daun, kebersihan peralatan pengolah, lingkungan pengempaan dan tempat penjemuran serta pengaruh cuaca dapat mempengaruhi kualitas gambir, biasanya waktu untuk pengeringan gambir dilakukan selama satu minggu. Berdasarkan data departemen pertanian Kabupaten Pakpak Bharat, luas areal tanaman gambir di kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.036.14 Ha, total luas tanaman gambir dari 8 kecamatan di kabupaten Pakpak Bharat. Dan jumlah produksi pertahunnya adalah 1.524.12 ton. Dinas Pertanian dan Perkebunan Universitas Sumatera Utara Kabupaten Pakpak Bharat:2009. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.3. Luas serta Produksi Komoditi Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat. No Kecamatan Luas Area Ha Produksi Ton Rata-Rata Produksi KgHaThn 1 Salak 34.5 1550 53.48 2 Sitellu Tali Urang Jehe 116.81 1600 174.1 3 Pagindar 574 1750 873.25 4 Sitellu Tali Urang Julu 12 1550 18.6 5 Pergetteng G. Sengkut. 98 1600 115.2 6 Kerajaan 8 1600 12.8 7 Tinada 80.3 1600 120.48 8 Siempat Rube 112.53 1575 156.21 Jumlah 1.036.14 12.582 1.524.12 Sumber:Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat. Perkembangan pasar getah gambir pada tiga tahun terakhir relatif menguntungkan bagi petani gambir, hal ini dapat dilihat dari tingginya harga gambir dan setiap tahun mengalami peningkatan. Harga getah gambir kering per kilogram saat ini adalah sebesar Rp.25.000kg, sedangkan gambir yang masih cair sering disebut gambir bubur Rp.3.000kg, dan gambir yang cara penjualannya perbuah, harga jualnya adalah 1 buah Rp.1.000,00 tetapi cara pengolahan gambir yang dijual perbuah berbeda dengan cara pengolahan getah gambir per kilogram. Pengolahan gambir dengan cara ini proses pengolahannya harus bersih, warnanya tidak terlalu merah, pengeringannya harus benar benar kering dan terasa sangat ringan saat diangkat. Serta proses pembentukannya Universitas Sumatera Utara memakai cetakan tertentu. Dan bentuknya biasanya sudah ditentukan oleh agen atau pedagang pengumpul. Penelitian mengenai masalah tingkat produksi gambir di Indonesia belum memperoleh perhatian yang cukup. Terutama penelitian yang mengkaji aspek ekonominya. Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan yang tidak terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Pembangunan pertanian berusaha untuk meningkatkan hasil produksi dan diikuti dengan peningkatan pendapatan petani. Hasil produksi suatu komoditi dipengaruhi oleh berbagai hal, yang disebut dengan faktor produksi. Menurut pengertiannya, faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Atau jika dikaitkan dengan tanaman, faktor produksi adalah semua pengorbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan produk pertanian yang baik. Di dalam pengusahaan dan pengolahan tanaman gambir diperlukan faktor faktor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman tersebut, sebagai sarana produksi, seperti luas lahan, jumlah pohon gambir, jumlah tenaga kerja, pupuk\ kompos, pestisida, peralatan pengolahan dan lain lain yang turut serta mempengaruhi tingkat produksi tanaman gambir. Dan diperlukan juga bidang usaha yang mempergunakan getah gambir tersebut sebagai bahan baku dari suatu produk. Kabupaten Pakpak Bharat sangat cocok untuk dijadikan pusat pertanian gambir yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian daerah tersebut. Dan sesuai dengan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti Universitas Sumatera Utara dan menulis skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gambir dengan Studi Kasus pada Kabupaten Pakpak Bharat”. 1.2. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka perlu dibuat rumusan masalah agar pelaksanaan penelitian dapat dilakukan dengan baik. Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat? 2. Bagaimana pengaruh jumlah pohon gambir terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat? 3. Bagaimana pengaruh penggunaan pupuk terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat? 4. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat?

1.3. Hipotesis.