4.2.8. Tingkat Produksi Gambir.
Jumlah produksi gambir dikabupaten Pakpak Bharat sangat bervariasi. Dapat kita lihat pada tabel dibawah bahwa petani yang memiliki jumlah produksi
10 – 25 kg per minggu sebanyak 55 orang atau 78.5, 26 – 45 sebanyak 11 orang atau 15.7. Pada umumnya jumlah produksi gambir yang dihasilkan oleh
responden per minggunya adalah 10 – 25 kg. responden yang memiliki jumlah produksi 46 – 75 kg, 76 – 95 kg masing masing berjumlah satu orang
persentasenya 1.5 sedangkan responden yang memiliki jumlah produksi lebih besar dari 95 kg berjumlah 2 orang atau persentasenya 2.8. Untuk melihat lebih
rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9. Jumlah produksi Gambir Responden.
No Produksi Kg
Orang Persentase
1 10 – 25
55 78.5
2 26 – 45
11 15.7
3 46 – 75
1 1.5
4 76 – 95
1 1.5
5 95
2 2.8
Jumlah 70
100 Sumber: kuesioner Penelitian.
Jumlah produksi gambir pada tabel diatas merupakan hasil pengolahan gambir yang dilakukan petani gambir dalam jangka waktu 1 minggu. Pada saat ini
hasil produksi gambir tersebut dipasarkan dengan harga Rp. 25.000,00 per
Universitas Sumatera Utara
kilogramnya. Setiap tahun harga getah gambir tersebut mengalami peningkatan. Menurut para responden mata pencaharian mengolah daun gambir menjadi getah
dapat menopang kehidupan mereka sehari hari. Apabila mereka memiliki luas lahan gambir seluas 2 Ha dan daunnya sudah dapat menghasilkan getah secara
keseluruhan maka kehidupan petani gambir tersebut sudah sangat sejahtera.
4.2.9. Kendala Kendala yang Dihadapi Petani Gambir.
Kendala yang dihadapi petani gambir dalam menanam dan mengolah daun gambir menjadi getah yakni:
Harga pupuk dan harga pestisida yang tinggi. Akibat harga pupuk yang
tinggi, petani gambir menggunakan pupuk tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman gambir. Apabila diberikan pupuk yang
mencukupi terhadap gambir maka daun gambir tersebut akan lebat dan tebal sehingga getahnya banyak dan kualitasnya baik.
Sarana transportasi yang kurang memadai, seperti jalan dan jembatan. Hal
tersebut dialami oleh masyarakat yang berada di dusun Rahib, Lae Meang dan Ampeng Desa Mahala, Kecamatan Tinada dan dusun lae serre desa
Tanjung Mulia, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Jalan menuju daerah tersebut belum diaspal sehingga hanya bisa dilalui dengan sepeda motor.
Apabila masyarakat memiliki hasil pertanian, masyarakat harus mengangkut sendiri hasil pertanian tersebut menggunakan tenaga manusia
ke pasar tradisional di Kecamatan, hal ini dialami oleh masyarakat dusun Rahib, Lae Meang dan Ampeng Desa Mahala Kecamatan Tinada.
Sedangkan kendala yang dihadapi masyarakat dusun Lae Serre desa
Universitas Sumatera Utara
Tanjung Mulia Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe adalah jalan menuju daerah tersebur hanya merupakan jalan belum beraspal dan jembatan
menuju daerah tersebut belum bisa dilalui oleh kenderaan bermotor seperti mobil, jembatan menuju daerah tersebut terbuat dari kayu dan masyarakat
menyebut nama jembatan tersebut Kite rambingen. Pembangunan jembatan tersebut diprakarsai oleh salah satu LSM serta bergotong royong
dengan masyarakat. Jembatan tersebut hanya bisa dilalui masyarakat dengan berjalan kaki dan sepeda motor, sementara hasil pengolahan getah
gambir dari daerah tersebut sangat tinggi. Sehingga cara pemasaran hasil hasil pertanian dari kedua daerah tersebut sangat sulit, tidak hanya hasil
gambir begitu juga dengan hasil hasil pertanian lainnya.
Alat untuk pemerasan getah gambir yang digunakan petani pada umumnya
masih tradisional,sehingga hasilnya tidak maksimal dan proses pengerjaannya membutuhkan tenaga yang ekstra serta memakan waktu
yang sangat lama.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Analisis Data