Dasar Hukum Ibadah Ibadah

2. Beribadah kepada Allah karena memandang bahwa ibadah itu mulia, dilakukan oleh yang mulia jiwanya. 3. Beribadah kepada Allah karena memandang bahwa Allah berhak disembah, dengan tidak mempedulikan apa yang akan diterima, atau diperoleh dari pada-Nya. e. Pengertian ibadah menurut ulama Fuqaha : Dalam pengertian fuqaha, ibadah itu adalah : Segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat. Dalam pengertian ini, ibadah ialah segala jenis ketaatan yang dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan rida Allah Taala serta mengharap pahala yang Allah berikan di akhirat nanti. 33 Dari kelima pengertian ibadah menurut para ahli, penulis menyimpulkan ibadah ialah mengikuti, menurut, serta tunduk dengan seluruh jiwa dan raga dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya serta meyakini dengan sepenuh hati terhadap keesaan Allah swt dalam segala hal, di antaranya yang berkaitan dengan akhlak dan kewajiban sebagai seorang pribadi dan seorang yang bermasyarakat, walaupun semua perintah dan larangan itu bertentangan dengan keinginan hawa nafsu. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan keridaan Allah swt dan mengharapkan pahala-Nya di akhirat kelak. Secara menyeluruh penulis memahami bahwasanya nilai-nilai pendidikan ibadah itu ialah proses membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan sifat-sifat yang berguna bagi kehidupan manusia dalam menyempurnakan hakikat kemanusiaannya. Semua ini bersumber dari penghambaan diri, penundukan diri, dan penghinaan diri di hadapan Sang Pencipta.

2. Dasar Hukum Ibadah

33 Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah..., h. 2-5. Ibadah sangat memperhatikan penataan individual dan sosial yang membawa penganutnya pada pemelukan dan pengaplikasian Islam secara komprehensif. Agar penganutnya mampu memikul amanat yang dikehendaki Allah, ibadah harus kita maknai secara rinci. Karena itu, keberadaan dasar hukum ibadah harus merupakan sumber utama Islam itu sendiri, yaitu al- Qur‟an dan al-Sunnah. a. Al-Qur‟an Menurut bahasa al- Qur‟an adalah yang dibaca. Hal ini karena al-Qur‟an sebagai sumber utama ajaran Islam hanya dapat diketahui hukum-hukum dan ajaran yang terkandung di dalamnya dengan jelas dibaca. Sedangkan menurut istilah, al- Qur‟an ialah “kalam Allah, yang mengandung mukjizat dan diturunkan kepada Rasulullah dalam bahasa Arab yang dinukilkan kepada generasinya secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, terdapat dalam mushaf, dimulai dari surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat al-Nâs. ” 34 Di dalam al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan perintah kepada hamba Allah untuk melaksanakan ibadah. Ibadah dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif, melainkan sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah atas hamba-hamba-Nya. Adapun ayat-ayat yang menyatakan perintah untuk melaksanakan ibadah tersebut di antaranya dalam al- Qur‟an surat al- Baqarah2 ayat 21 yang berbunyi:             “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa .” Q.S. al-Baqarah2: 21 34 . Nasrun Haroen, Ushul Fiqh , Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet. II, h. 20. Di dalam al- Qur‟an terdapat penjelasan bahwa penciptaan manusia oleh Allah tidak mengandung maksud lain kecuali supaya mereka menyembah Allah atau beribadah kepada-Nya. Hal ini disebutkan dalam al- Qur‟an surat Al-Dzâriyât51 ayat 56 yang berbunyi:        “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. ” Q.S. Adz-Dzariyat51: 56 Dari dua ayat tersebut jelas tergambar program yang sudah Allah swt. tetapkan untuk manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya adalah beribadah, atau dengan kata lain menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dalam keadaan suka maupun duka. b. Al-Sunnah Setelah al- Qur‟an, Islam menjadikan al-Sunnah sebagai dasar hukum ibadah. Secara harfiah, al-Sunnah berarti jalan, metode, dan program. Sedangkan secara istilah, al-Sunnah adalah “sejumlah perkara yang dijelaskan melalui sanad yang shahih, baik itu berupa perkataan, perbuatan, peninggalan, sifat, pengakuan, larangan, hal yang disukai dan dibenci, peperangan, tindak-tanduk, dan seluruh kehidupan Nabi saw. ” 35 Dalam dunia pendidikan, al-Sunnah memiliki dua manfaat pokok. 1. Al-Sunnah mampu menjelaskan konsep dan kesempurnaan pendidikan Islam sesuai dengan konsep al- Qur‟an, serta lebih merinci penjelasan al- Qur‟an. 2. Al-Sunnah dapat menjadi contoh yang tepat dalam penentuan metode pendidikan. Misalnya, kita dapat menjadikan kehidupan Rasulullah saw. dengan para sahabat atau pun anak-anak sebagai sarana penanaman keimanan. Adapun hadits yang menyatakan perintah untuk melaksanakan ibadah, di antaranya diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim sebagai berikut: 35 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, penerjemah. Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press, 1995, Cet. I, h. 31. “Dari Muaz bin Jabal berkata: aku pada suatu hari, menemani Nabi saw diatas keledainya. Kemudian, ia berkata: “Hai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas hamba dan apa hak hamba atas Allah?” Aku menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Nabi saw berkata: “Hak Allah atas hamba adalah bahwa mereka menyembah-Nya beribadah kepada-Nya sendirinya dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya. Dan hak hamba atas Allah, bahwa Dia tidak mengazab orang yang tidak musyrik terhadap- Nya.” H.R. Bukhari dan Muslim. 36

3. Macam-macam Ibadah