2. Ibadah ijtima’i, yaitu ibadah yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi
tuntutan kebutuhan sosial kebutuhan sosial kemasyarakatan, seperti zakat dan haji.
Dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah terbagi kepada: 1.
Ibadah yang terdiri atas perkataan atau ucapan lidah seperti berzikir, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bershalawat dan sebagainya.
2. Ibadah yang sudah terinci perkataan dan perbuatannya, seperti salat, zakat,
puasa, dan haji. 3.
Ibadah yang tidak ditentukan teknik pelaksanaannya, seperti menolong orang lain, berjihad, membela diri, mendirikan madrasah, masjid, rumah
sakit, dan sebagainya. 4.
Ibadah yang pelaksanaannya dalam bentuk menahan diri seperti puasa, ihram, dan
i’tikaf. 5.
Ibadah yang sifatnya menggugurkan hal, seperti membebaskan seorang dari kewajiban membayar hutangnya kepada kita, memaafkan kesalahan
yang dilakukan orang lain kepada kita dan sebagainya.
38
4. Ruang Lingkup Ibadah
Menurut Ibn Taimiyah, ibadah mencakup semua bentuk cinta dan kerelaan kepada Allah swt, baik dalam perkataan maupun perbuatan, lahir dan batin.
Maka termasuk kedalam hal ini adalah salat, zakat, puasa, haji, benar dalam pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat baik kepada orang tua,
menghubungkan silaturahmi, memenuhi janji, am r ma‟ruf nahi munkar, jihad
terhadap orang kafir dan munafik, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim fakir miskin dan ibn sabil, berdoa, berzikir, membaca al-
Qur‟an, ikhlas, sabar, syukur, rela menerima ketentuan Allah swt, tawakkal, raja
‟ berharap atas rahmat, khauf takut terhadap azab, dan lain-lain sebagainya.
Ruang lingkup ibadah yang dikemukakan Ibn Taimiyah di atas cakupannya sangat luas, bahkan menurut beliau semua ajaran agama itu
38
Baihaqi, Fiqih Ibadah..., h. 14-15.
termasuk ibadah. Bilamana diklasifikasikan kesemuanya dapat menjadi beberapa kelompok saja, yaitu:
a. Kewajiban-kewajiban atau rukun-rukun syariat seperti salat, puasa, zakat,
dan haji. b.
Yang berhubungan dengan kewajiban-kewajiban diatas dalam bentuk ibadah-ibadah sunnah, seperti zikir, membaca al-
Qur‟an, doa dan istigfar. c.
Semua bentuk hubungan sosial yang baik serta pemenuhan hak-hak manusia, seperti berbuat baik kepada orang tua, menghubungkan
silaturahmi, berbuat baik kepada anak yatim, fakir miskin dan ibn sabil. d.
Akhlak insaniyah bersifat kemanusiaan, seperti benar dalam berbicara, menjalankan amanah dan menepati janji.
e. Akhlak rabbaniyah bersifat ketuhanan, seperti mencintai Allah swt dan
rasul-rasul-Nya, takut kepada Allah swt, ikhlas dan sabar terhadap hukum- Nya.
39
5. Tujuan Ibadah
Allah swt. menciptakan manusia bukannya tanpa tujuan. Mahasuci Allah dari berbuat tanpa tujuan, bertindak serampangan, atau bersenda gurau. Allah
swt. berfirman mengenai hal itu dalam al- Qur‟an surat al-Mu‟minun23 ayat
115:
“Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada kami? ” Q.S. al-Mu‟minun23: 115
Allah swt. menciptakan manusia sesungguhnya dengan tujuan tertentu. Dia telah menjelaskan tujuan penciptaan manusia yaitu untuk menyembah-Nya
atau beribadah kepada-Nya.
39
A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, Cet. I, h. 6-7.
Tujuan ibadah lainnya dapat dilihat dari segi kejiwaan manusia. Sepanjang sejarahnya terlihat bahwa manusia selalu terdorong oleh dirinya dan alam
lingkungannya untuk mencari Tuhan guna dipuja dan disembahnya. Jika ia tidak menemukan Tuhan yang sebenarnya, ia akan menyembah beribadah
kepada tuhan apa saja, baik yang ada di dalam alam, seperti matahari, bulan, bintang, batu atau kayu besar dan sebagainya maupun yang dibuatnya sendiri
seperti patung berhala atau yang lainnya.
40
Ibadah mempunyai tujuan pokok dan tujuan tambahan. a.
Tujuan pokoknya adalah menghadapkan diri kepada Allah yang Maha Esa dan mengkonsentrasikan niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan
adanya tujuan itu seseorang akan mencapai derajat yang tinggi di akhirat. b.
Tujuan tambahan adalah agar terciptanya kemaslahatan diri manusia dan terwujudnya usaha yang baik.
Salat umpamanya, disyariatkan pada dasarnya bertujuan untuk menundukkan diri kepada Allah swt. dengan ikhlas, mengingatkan diri
dengan berzikir. Sedangkan tujuan tambahannya antara lain adalah untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar, sebagaimana dipahami
dari firman Allah swt:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab Al Quran dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan-
perbuatan keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah salat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. dan Allah
me
ngetahui apa yang kamu kerjakan.” Q.S. al-Ankabut29: 45 Selain itu menghindarkan diri dari kemungkaran dan kekejian. Masih
banyak tujuan lain yang dapat diwujudkan melalui ibadah salat, seperti
40
Baihaqi, Fiqih Ibadah..., h. 12-13.
beristirahat dari kesibukan dunia, membantu dalam memenuhi kebutuhan, membawa seseorang masuk surga dan menjauhkannya dari neraka.
41
6. Hikmah Pelaksanaan Ibadah