Latar Belakang Masalah Nilai-nilai pendidikan ibadah yang terkandung dalam surat al-hajj ayat 41

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al- Qur‟anul Karim adalah “mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah swt. kepada Rasulullah, Muhammad saw. untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.” 1 Al-Qur ‟an memuat begitu banyak aspek kehidupan manusia. Tak ada rujukan yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan al-Qur ‟an yang hikmahnya meliputi seluruh alam dan isinya, baik yang tersurat maupun yang tersirat, serta tak akan pernah habis untuk digali dan dipelajari. Ketentuan- ketentuan hukum yang dinyatakan dalam al-Qur ‟an dapat diberlakukan dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi apapun, selama tidak ada larangan atau hambatan bagi umat Islam untuk melaksanakannya. Al-Qur ‟an sebagai ajaran suci umat Islam, di dalamnya berisi petunjuk menuju ke arah kehidupan yang lebih baik, tinggal bagaimana manusia memanfaatkannya. Menanggalkan nilai-nilai yang ada di dalamnya berarti 1 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu- ilmu Qur’an, penerjemah. Mudzakir AS, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2006, Cet. IX, h. 1. menanti datangnya masa kehancuran. Sebaliknya, kembali kepada al-Qur ‟an berarti mendambakan ketenangan lahir dan batin, karena ajaran yang terdapat dalam al-Qur ‟an berisi kedamaian. Al- Qur‟an mengandung tiga hal: 1. Yang berkaitan dengan iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul- rasul dan hari akhir. Pembahasan ini terdapat dalam ilmu kalam tauhid atau disebut juga ilmu ushûl al-dîn. 2. Yang berkaitan dengan gerak-gerik hati dan sifat yang mengandung anjuran untuk memperindah akhlak. Pembahasan ini terdapat dalam ilmu akhlak. 3. Yang berkaitan dengan anggota badan, di antaranya yang berbentuk perintah-perintah untuk dilaksanakan, larangan-larangan untuk dijauhi dan yang berbentuk pilihan. Masalah ini merupakan pembahasan para fuqahâ. 2 Dari penjelasan tentang kandungan al- Qur‟an yang telah dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Hudory, penulis berasumsi bahwa al- Qur‟an mengkhususkan pada tiga aspek: 1 Berkaitan dengan masalah ketauhidan. Seperti pengenalan tentang sifat- sifat ketuhanan, meyakini adanya malaikat, mempercayai para rasul, mempercayai kepada kitab-kitab Allah, mempercayai adanya hari akhir, serta mempercayai kepada qada dan qadar. 2 Berkaitan dengan masalah akhlak. Antara lain menjunjung kehormatan kaum Muslimin, taubat, husn al-zhan positive thinking kepada orang lain, serta amr ma‟ruf nahi munkar. 3 Berkaitan dengan masalah ibadah. Seperti salat, zakat, puasa, serta haji. Sebagai salah satu contoh tentang nilai-nilai al- Qur‟an tersebut diatas dapat ditemukan dalam surat al-Hajj22 ayat 41.                   2 Syaikh Muhammad Hudory, Tarikh Tasyri Islami, Bairut: Darl Fiqr, 1981, Cet. 7, h. 16. “Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat maruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah- lah kembali segala urusan.” Q.S. Al-Hajj22: 41 Di dalam ayat ini terdapat nilai-nilai ibadah yang bisa dijadikan sandaran bagi umat Islam dalam melangsungkan kehidupan ibadahnya. Nilai-nilai tersebut berupa salat, zakat, dan amr ma‟ruf dan nahi munkar. Tentunya dalam memahami ayat ini agar dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari- hari diperlukan adanya proses memahami atau yang biasa disebut dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran itu sendiri tidak mungkin dilakukan tanpa adanya komponen-komponen pendukung seperti orang yang berusaha memahami, orang yang memberikan pemahaman, dan sesuatu yang akan dipahami. Semua proses pembelajaran ini jika dilakukan dengan tanpa adanya paksaan maka dapat disebut pendidikan. Memang dalam ayat ini tidak tertuang kalimat “pendidikan” secara tersurat. Akan tetapi secara tersirat, ayat ini memberikan indikasi adanya pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara .” 3 Dengan definisi pendidikan yang telah disebutkan, maka jelaslah bahwa dalam pelaksanaan suatu ibadah memerlukan pendidikan. Karena tidak mungkin seseorang langsung dapat melaksanakan suatu ibadah tanpa adanya pendidikan atau dalam hal ini usaha secara sadar untuk mengetahui hal-hal yang dibutuhkan dalam terlaksananya ibadah tersebut. Setelah terjadinya proses pendidikan ibadah yang kemudian diiringi dengan pengamalan, otomatis akan muncul nilai-nilai dari pelaksanaan ibadah tersebut. 3 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI, Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional; Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h. 3. Namun nampaknya melihat fenomena yang terjadi di dalam kehidupan umat manusia pada zaman sekarang ini sudah jauh dari nilai-nilai al-Qur ‟an yang telah disebutkan dalam surat al-Hajj ayat 41. Akibatnya bentuk penyimpangan terhadap nilai-nilai tersebut banyak terjadi di setiap lapisan masyarakat muslim. Hal ini dapat terlihat dari berbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat, seperti menganggap remeh ibadah, kurangnya rasa saling menghormati orang lain, dan pelanggaran hukum-hukum syariat lainnya. Hal ini terjadi disebabkan karena minimnya pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya arti ibadah tersebut. Sebagaimana pengertian ibadah dalam Kamus Istilah Fiqih, “ibadah yaitu memperhambakan diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala perintah dan anjuran-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya karena Allah semata; baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan maupun perbuatan. Orang beribadah berusaha melengkapi dirinya dengan perasaan cinta, tunduk dan patuh kepada Allah swt. ” 4 Untuk itu, diperlukan upaya strategis untuk memulihkan kondisi tersebut dengan cara menumbuhkembangkan kembali rasa cinta terhadap nilai-nilai pendidikan ibadah yang terkandung dalam al-Qur ‟an. Karena dengan adanya rasa cinta terhadap hal tersebut, maka akan tumbuh kesadaran untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan ibadah dalam setiap aspek kehidupan. Dari latar belakang diatas, penulis berpendapat bahwa kurangnya penerapan nilai-nilai pendidikan ibadah menjadi salah satu faktor penyebab merosotnya moral masyarakat muslim. Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, maka penulis mengangkat permasalahan tersebut dan dituangkan ke dalam skripsi dengan judul: “Nilai-nilai Pendidikan Ibadah yang Terkandung dalam Surat Al-Hajj ayat 41. ” 4 M. Abdul Majieb, dkk, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1995, Cet. 2, h. 109.

B. Identifikasi Masalah