Hubungan Berat Badan Lahir Rendah BBLR dengan Resiko ISPA pada Balita

95

6.3.8. Hubungan Berat Badan Lahir Rendah BBLR dengan Resiko ISPA pada Balita

Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada masa balita. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah BBLR mempunyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal, terutama pada bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia dan gangguan saluran pernafasan lainnya Gertrudis, 2010. Terdapat 22,8 balita yang menjadi responden di Desa Citeureup, memiliki berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2500 gram. Jika dilihat dari tabel 5.23, terdapat 57,1 balita yang memiliki berat badan lahir rendah dan mempunyai gejala ISPA. Menurut Gertrudis, 2010, bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram akan meningkatkan kematian akibat infeksi saluran pernafasan Resiko kesakitan hingga resiko kematian pada BBLR cukup tinggi, hal ini disebabkan karena pada bayi yang lahir dengan berat badan rendah akan menyebabkan adanya gangguan terhadap pertumbuhan dan imaturitas organ. Pada bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah, pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih sering 96 terkena penyakit infeksi maupun penyakit saluran pernapasan Sukmawati, 2010. Hasil uji chi square diperoleh p value 0,019 p-value0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara berat badan lahir rendah terhadap resiko ISPA pada balita di Desa Citeureup tahun 2014. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wiwoho 2005 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara berat badan lahir rendah dengan kejadian ISPA. Menurut Wiwoho 2005 bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah memiliki resiko ISPA 3 kali lebih besar daripada bayi yang lahir dengan berat badan normal. Untuk mengantisipasi bayi dengan berat badan lahir rendah diperlukan berbagai upaya. Setiap bulannya di lokasi tersebut terdapat kegiatan posyandu yang dihadiri oleh bidan desa dari Puskesmas Citeureup. Kegiatan seperti ini dapat dimanfaatkan Ibu hamil untuk berkonsultasi dengan bidan desa yang berkunjung ke Posyandu. Namun, jarang sekali ibu hamil yang datang ke Posyandu jika merasa tidak mengalami masalah dalam kehamilannya. Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan kepada Ibu hamil mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang sehingga bayi dapat lahir dengan berat badan normal. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan secara rutin kepada ibu hamil baik mengenai kesehatan ibu dan kesehatan bayi. 97

6.3.9. Hubungan Status Gizi dengan Resiko ISPA pada Balita