Hubungan Penggunaan Obat Anti Nyamuk Bakar dengan Resiko ISPA pada Balita

87 ikut serta saat ibu balita memasak di dapur sehingga tidak terpajan dengan polusi udara akibat bahan bakar memasak. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Halim 2012 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara bahan bakar memasak dengan resiko ISPA. Penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dapat menyebabkan polusi udara dan gangguan pernapasan. Dalam penelitian ini memang tidak terdapat hubungan, namun harus tetap diperhatikan mengenai dampak negatif penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar dalam memasak. Pada umumnya masyarakat di Desa Citeureup sudah menggunakan gas sebagai bahan bakar memasak, namun ada sebagian masyarakat yang masih menggunakan kayu bakar. Pada masyarakat yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar, perlu dilakukan penyuluhan tentang dampak negatif dari kayu bakar terutama jika ventilasi dalam rumah kurang memadai.

6.3.5. Hubungan Penggunaan Obat Anti Nyamuk Bakar dengan Resiko ISPA pada Balita

Kandungan berbahaya pada obat nyamuk bergantung pada konsentrasi racun dan jumlah pemakaiaannya. Resiko terbesar yaitu jenis obat anti nyamuk bakar akibat asap yang dihasilkan jika terhirup. Sedangkan obat nyamuk cair memiliki konsentrasi yang berbeda karena cairan yang dikeluarkan akan berubah menjadi gas. Sedangkan obat 88 nyamuk listrik atau elektrik resikonya lebih kecil lagi karena bekerja dengan cara mengeluarkan asap dengan daya elektrik Sinaga, 2012. Masyarakat di Desa Citeureup yang memakai obat anti nyamuk sebanyak 55,4. Dan sebanyak 62,7 rumah balita yang menggunakan obat anti nyamuk, masih menggunakan obat anti nyamuk bakar. Balita yang di dalam rumahnya menggunakan obat anti nyamuk bakar dan mempunyai gejala ISPA sebanyak 75 . Obat anti nyamuk bakar dapat menjadi salah satu penyebab pencemaran udara di dalam rumah. Walaupun konsentrasinya kecil, zat yang terdapat dalam obat anti nyamuk bakar ini dapat menyebabkan batuk, iritasi hidung, tenggorokan bengkak, dan perdarahan. Zat berbahaya yang terkandung dalam obat anti nyamuk bakar ini adalah S 2 atau Octaclorophyl eter BPOM, 2000 dalam Sinaga 2012. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh p value 1 p- value0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara obat anti nyamuk bakar dengan resiko ISPA pada balita di Desa Citeureup tahun 2014. Tidak adanya hubungan antara penggunaan obat anti nyamuk bakar dengan resiko ISPA mungkin karena sedikitnya masyarakat di Desa Citeureup yang menggunakan obat anti nyamuk bakar sehingga kurang mewakili dampak terjadinya ISPA. Selain itu, penggunaan obat anti nyamuk bakar pada masing-masing keluarga hanya 89 1 buah dalam semalam sehingga mungkin pencemaran udara akibat obat anti nyamuk bakar tidak terlalu besar. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Mairuhu dkk 2011 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan obat anti nyamuk bakar. Menurut Mairuhu dkk 2011, bahan yang terdapat dalam obat anti nyamuk sangat berbahaya dan mengganggu kesehatan. Keterpaparan obat anti nyamuk bakar pada balita mengakibatkan balita menderita ISPA. Walaupun dalam penelitian ini tidak ada hubungan mengenai penggunaan obat anti nyamuk bakar dengan kejadian ISPA, penggunaan obat anti nyamuk bakar masih harus tetap diwaspadai. Hal ini dikarenakan obat anti nyamuk bakar menghasilkan asap dari proses pembakarannya. Obat anti nyamuk jenis oles, semprot, atau listrik ini lebih aman daripada obat anti nyamuk bakar karena tidak menghasilkan asap yang menyebabkan pencemaran, namun penggunaan obat anti nyamuk harus tetap memperhatikan penggunaan obat anti nyamuk secara bijak yaitu sesuai kebutuhan dan aturan pakainya.

6.3.6. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Resiko ISPA pada Balita