89
1 buah dalam semalam sehingga mungkin pencemaran udara akibat obat anti nyamuk bakar tidak terlalu besar.
Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Mairuhu dkk 2011 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan
obat anti nyamuk bakar. Menurut Mairuhu dkk 2011, bahan yang terdapat dalam obat anti nyamuk sangat berbahaya dan mengganggu
kesehatan. Keterpaparan obat anti nyamuk bakar pada balita mengakibatkan balita menderita ISPA.
Walaupun dalam penelitian ini tidak ada hubungan mengenai penggunaan obat anti nyamuk bakar dengan kejadian ISPA, penggunaan
obat anti nyamuk bakar masih harus tetap diwaspadai. Hal ini dikarenakan obat anti nyamuk bakar menghasilkan asap dari proses
pembakarannya. Obat anti nyamuk jenis oles, semprot, atau listrik ini lebih aman
daripada obat anti nyamuk bakar karena tidak menghasilkan asap yang menyebabkan pencemaran, namun penggunaan obat anti nyamuk harus
tetap memperhatikan penggunaan obat anti nyamuk secara bijak yaitu sesuai kebutuhan dan aturan pakainya.
6.3.6. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Resiko ISPA pada Balita
ASI mempunyai nilai proteksi terhadap ISPA terutama pada bulan pertama. Bayi yang tidak pernah diberi ASI lebih rentan mengalami ISPA
90
dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI paling sedikit 1 bulan. Demikian juga pada bayi yang tidak diberi ASI akan 17 kali lebih rentan
mengalami perawatan di RS akibat ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI Webster, 2010 dalam Pramayu, 2012.
Balita di Desa Citeureup yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif sebanyak 96,7 . Alasan ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif
karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai ASI Eksklusif sehingga sebelum berusia 6 bulan bayi sudah diberi minuman selain ASI,
contohnya adalah air putih. Alasan lainnya adalah ASI yang tidak mau keluar dan bayi tidak mau minum ASI sehingga ibu memberikan susu
formula sebelum usia bayi 6 bulan. Dari tabel 5.19 menunjukkan hasil bahwa sebanyak 78,9 balita yang tidak mendapatkan ASI Ekslusif
mengalami ISPA. Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan akan memberikan efek protektif terhadap infeksi. Semakin besar dosis ASI
yang diberikan maka semakin besar juga efek protektif yang dihasilkan. Efek imun atau kekebalan yang dihasilkan dari ASI Eksklusif adalah
mengurangi terjadinya resiko ISPA Widarini, 2010. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh p value 0,011 p-
value0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif terhadap resiko ISPA pada balita di Desa
Citeureup tahun 2014. Hal ini sejalan dengan penelitian Catiyas 2012
91
yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA. Menurut Catiyas 2012 balita yang tidak mendapat ASI
Eksklusif memiliki resiko 2 kali lebih besar untuk menderita ISPA daripada balita yang mendapatkan ASI Eksklusif.
ASI eksklusif penting karena dapat membantu daya tahan tubuh balita, sehingga diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan ASI
Eksklusif pada masyarakat. Sebagian besar Ibu yang menjadi responden mengatakan bahwa tidak memberikan ASI Eksklusif kepada balitanya
dan belum memahami arti dari ASI Eksklusif. Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk menambah cakupan ASI Eksklusif di Desa Citeureup dengan
cara sosialisasi mengenai pengertian, dampak dan manfaat ASI Eksklusif bagi balita. Kemudian cara lainnya dapat dilakukan dengan membuat
kelompok peduli ASI Eksklusif pada ibu yang mempunyai balita untuk saling mengingatkan dan diskusi mengenai permasalahan ASI Eksklusif.
Dukungan ayah terhadap ASI Eksklusif juga memberikan peran penting terhadap bertambahnya cakupan ASI Eksklusif.
6.3.7. Hubungan Imunisasi dengan Resiko ISPA pada Balita