26
yang berasal dari ibu maternal antibodi, ternyata dapat menghambat terbentuknya zat kebal campak dalam tubuh anak,
sehingga imunisasi ulangan masih diberikan 4-6 bulan kemudian. Maka untuk Indonesia vaksin campak diberikan mulai
anak berumur 9 bulan Depkes RI, 2005.
1.9.2. Lingkungan Fisik Rumah
1.Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar.
Hal ini berarti O
2
yang diperlukan oleh penghuni tersebut tetap terjaga. Menurut Slamet 2002 dalam Chahaya 2004 ruangan dengan
ventilasi tidak baik jika dihuni seseorang akan mengalami kenaikan kelembaban yang disebabkan penguapan cairan tubuh dari kulit karena
uap pernapasan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Marvin 2002 dalam Chahaya 2004 yang menyatakan ada hubungan antara
ventilasi dengan kejadian ISPA.
2. Lantai rumah
Lantai sebaiknya dibangun sedemikian rupa sehingga tidak mudah menimbulkkan debu, mudah dibersihkan dan dikeringkan.
Lantai yang baik adalah lantai yang dibuat kedap air, dapat terbuat dari
27
keramik, ubin, atau semen yang kedap atau kuat. Lantai tanah atau semen yang rusak dapat menimbulkan debu Kusnoputranto, 2000.
Lantai rumah yang tidak kedap air dan sulit dibersihkan akan menjadi wahana untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme di
dalam rumah dan juga dapat mengeluarkan debu. Untuk melindungi penghuni rumah terutama balita yang mempunyai daya tahan tubuh
rendah dari penyakit berbasis lingkungan maka diperlukan jenis lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan Depkes RI, 2002
3. Dinding rumah
Dinding juga harus dibangun sedemikian rupa sehingga tidak mudah menimbulkan debu. Dinding rumah yang terbuat dari anyaman
bambu, anyaman daun rumbia, atau kayu masih dapat ditembus udara, sehingga dapat memperbaiki ventilasi, namun sulit untuk menjaga
kebersihannya dari debu yang menempel dan tumbuh berkembangnya mikroorganisme yang dapat menimbulkan gangguan pada sistem
pernapasan. Dinding yang paling aman dan mudah dibersihkan adalah yang terbuat dari tembok plesteran bersifat kedap air Sanropie dkk,
1991 dalam Irianto 2006.
4. Kepadatan hunian
Menurut Sinaga 2011 dalam penelitiannya di Jakarta Utara menemukan bahwa kepadatan hunian mempunyai hubungan dengan
28
resiko ISPA. Penelitian yang mendukung lainnya adalah berdasarkan hasil penelitian Chahaya 2004, kepadatan hunian rumah dapat
memberikan resiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.
5. Suhu Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan 2004, dengan desain cross sectional didapatkan bahwa suhu ruangan
berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita.
6. Kelembaban
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan 2004, dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban
ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita.
1.9.3. Pencemaran Udara