Pemberian Makan Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Asupan Makanan .1 Ketersediaan pangan

bawah lima tahun merupakan masa yang tergolong rawan. Pada umumnya anak mulai susah makan atau suka pada makanan jajanan yang rendah energi dan tidak bergizi. Oleh karena itu perhatian terhadap makanan dan kesehatan bagi anak pada usia ini sangat diperlukan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa praktik pemberian makan pada balita yang dilakukan oleh informan utama tergolong buruk, baik dari pemberian makanan utama maupun pemberian PMT-P yang meliputi porsi, frekuensi, suasana yang dimunculkan, maupun upaya yang dilakukan informan ketika balita mengalami sulit makan. Oleh karena itu, diharapkan kepada pihak Puskesmas untuk memberikan pengetahuan mengenai porsi dan frekuensi makan yang ideal untuk balita, dan memotivasi informan untuk tetap gigih dan kreatif dalam pemberian makanan, sehingga dapat membuat nafsu makan balita meningkat. Selain itu, dilakukan pula pemantauan dan evaluasi terhadap pemberian PMT-P.

6.2.3 Pengetahuan Tentang Pemberian Makan

Sebagian besar informan tidak mengetahui komposisi makanan bergizi bagi balita, sumber dan zat gizi dalam makanan, dan porsi makan ideal bagi balita. Namun, ada satu informan yang memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan informan yang lain. Meskipun demikian, dalam praktik pemberian makan informan tersebut relatif sama dengan informan yang lain. Hal ini disebabkan oleh kesadaran informan untuk meningkatkan status gizi balitanya masih kurang. Selain itu, pengetahuan orangtua tentang asupan gizi untuk anaknya juga sebagai pemicu gizi kurang. Selama ini banyak orangtua menganggap jika anaknya hanya diberikan makanan nasi dengan kecap atau dengan lauk kerupuk atau hanya dengan ikan saja tanpa sayur, maka orangtua beranggapan itu sudah benar, karena anaknya sudah terbebas dari rasa lapar, tetapi sebenarnya pemberian yang dilakukan secara terus menerus akan berdampak pada anak sendiri, ketahanan tubuh akan lemah sehingga anak akan mudah terserang penyakit. Selain itu, orangtua terutama ibu tidak begitu tanggap dengan perubahan yang terjadi pada diri anaknya, ketika berat badan anaknya menurun dengan drastis, tidak segera diambil tindakan untuk menangani kondisi anak tersebut. Menurut Notoadmodjo 2003 pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. Tingkat pendidikan informan yang sebagian besar hanya menamatkan Sekolah Dasar SD memiliki andil besar terhadap praktik pemberian makan di keluarga termasuk pemberian makan pada balita yang berakibat pada status gizi balita, karena informan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan makan sehari-hari. Baik buruknya mutu serta jumlah hidangan tergantung pada kemampuan informan dalam memilih bahan makanan yang berkualitas dan menyusun menu dengan gizi yang seimbang. Hal ini sesuai dengan penelitian Mazarina yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap perilaku makan anak. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin baik perilaku konsumsi makannya dan semakin baik status gizinya Faradevi, 2011. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan informan masih tergolong rendah. Oleh karena itu, diharapkan untuk pihak Puskesmas dapat memberikan pengetahuan mengenai gizi dengan bahasa yang lebih sederhana agar informan dapat memahaminya, atau bisa dilakukan dengan memperagakan langsung mengenai praktik pemberian makan, seperti contoh menu makanan yang meliputi komposisi makanan yang beragam, porsi makan, frekuensi makan, dan cara penyajian makanan yang tepat, sehingga informan dapat mempraktikkan langsung di rumah.

6.3 Gambaran Penyakit Infeksi

Adanya penyakit infeksi pada balita selama kegiatan PMT-P merupakan faktor yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan perbaikan status gizi. Penyakit infeksi yang sering dialami oleh balita selama kegiatan PMT-P yaitu diare, batuk, pilek yang disertai dengan peningkatan suhu tubuh. Sehingga berdampak pada penurunan nafsu makan dan akhirnya akan menurunkan berat badan balita. Semua balita responden selama kegiatan PMT-P pernah mengalami sakit yaitu antara 1 - 3 kali. Hal ini disebabkan oleh asupan makanan balita yang buruk, sehingga mengakibatkan daya tahan tubuhnya lemah. Menurut Yusrianto 2010 pemenuhan gizi berpengaruh terhadap kesehatan dan daya tahan tubuh balita. Jika gizi baik, risiko balita terkena penyakit semakin berkurang. Daya tahan tubuh yang disebut dengan immunoglobulin berasal dari protein. Sehingga jika asupan protein sedikit bahkan tidak ada, maka tidak akan terbentuk faktor daya tahan tubuh. Semakin buruk gizinya maka daya tahan tubuhnya pun semakin jelek, semakin sering terinfeksi maka nafsu makan semakin menurun dan semakin menurun lagi daya tahan tubuhnya. Begitu pula Menurut UNICEF 1998 selain ketidakcukupan intake zat gizi, kesakitan merupakan salah satu faktor penyebab kurang gizi pada balita. Balita yang menderita sakit dalam waktu relative lama akan mengalami penurunan berat badan yang berdampak pada status gizi balita tersebut. Kesakitan akan menurunkan efektifitas penggunaan zat gizi dalam tubuh Depkes, 2003. Dari hasil penelitian diketahui pula bahwa ada dua informan yang balitanya memiliki riwayat BBLR dan salah satunya juga memiliki riwayat penyakit infeksi Tuberkulosis TBC. Sekarang balita tersebut sudah dinyatakan sembuh oleh dokter. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa ibu memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi dalam pengobatan penyakit TBC sehingga balita dapat dinyatakan sembuh. Namun, berbeda dengan kasus gizi kurang yang sudah dua tahun lebih diderita oleh balita bahkan sampai

Dokumen yang terkait

Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

1 58 84

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 31 95

Analisis pola asuh gizi ibu terhadap balita kurang energi protein (KEP) yang mendapat PMT-P di Puskesmas Pagedangan kabupaten Tangerang tahun 2010

9 80 325

Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015

0 7 140

Latar Belakang Tidak Meningkatnya Berat Badan Balita Setelah Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

0 33 259

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 0 12

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 0 2

HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK PEMBERIAN MAKANANTAMBAHAN (PMT) DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BALITA

0 0 6

Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

0 2 25

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

0 1 7