Gambaran Penyakit Infeksi PEMBAHASAN

dibuang sembarangan Depkes RI, 2004. Pada umumnya sebagian besar informan memiliki tingkat sanitasi yang baik dalam hal penggunaan air bersih, upaya membuang sampah, membersihkan rumah, halaman, dan penyediaan WC di dalam rumah, namun beberapa informan memiliki WC yang terlihat tidak terawat karena lantainya yang rusak sehingga menyebabkan genangan air dan cat dinding yang terlihat kusam dan terkelupas, dan pertukaran serta pencahayaan rumah yang kurang. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan biaya informan dalam merawat kondisi rumahnya. Sedangkan dalam upaya menjaga kebersihan balita, sebagian besar informan telah melakukan dengan baik yaitu mencuci tangan balita setelah bermain dan sebelum makan, meskipun beberapa informan terkadang hanya mencuci saja tanpa menggunakan sabun. Dalam hal memandikan dan mengganti pakaian balita dilakukan minimal dua kali sehari sesuai kebutuhan balita. Menurut Muhajirin 2007 Personal hygiene adalah langkah pertama untuk hidup lebih sehat. Personal hygiene mencakup praktek kesehatan seperti mandi, keramas, menggosok gigi, dan mencuci pakaian. Memelihara personal hygiene yang baik membantu mencegah infeksi dengan membuang kuman atau bakteri yang hidup di permukaan kulit. Faktor perilaku mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan menurunkan angka kejadian diare. Kebiasaan tidak mencuci tangan mempunyai risiko 1,88 kali lebih besar akan menderita diare dibanding yang mencuci tangan. Mencuci tangan dapat menurunkan risiko terkena diare sebesar 47. Oleh sebab itu, peneliti menyimpulkan bahwa upaya sanitasi dan hygiene informan tergolong baik, meskipun beberapa aspek terlihat tidak terawat karena keterbatasan biaya dalam upaya perawatan rumah.

6.4.2 Pelayanan Kesehatan

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar membuat antibodi untuk mencegah penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, memalui mulut seperti polio Hidayat, 2008. Sebagian besar informan memberikan imunisasi lengkap untuk balitanya, namun ada satu informan yang hanya memberikan satu jenis imunisasi saja untuk balitanya yaitu imunisasi campak. Hal ini dikarenakan pengaruh orangtua informan yang tidak memperbolehkan balita untuk diimunisasi. Hal ini disebabkan oleh ketakutan atau kecemasan orangtua informan terhadap efek samping yang ditimbulkan setelah imunisasi seperti demam dan sebagainya. Efek samping vaksin bagi sebagian anak umumnya berupa reaksi ringan di area penyuntikan seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan. Terkadang reaksi disertai demam ringan 1-2 hari setelah imunisasi, gejala tersebut umumnya tidak berbahaya dan akan hilang dengan cepat Depkes, 2006. Dalam hal penimbangan balita semua informan menganggap hal tersebut penting dilakukan agar informan dapat mengetahui berat badan balitanya. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa informan sering tidak menimbang balita ke Puskesmas atau ke Posyandu, hal ini dikarenakan informan bekerja, informan bosan dengan berat badan balitanya yang tidak kunjung naik, informan merasa malas, dan informan tidak mengetahui jadwal penimbangan. Padahal pemantauan tumbuh kembang balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan secara dini, oleh karena itu diperlukan penimbangan setiap bulan Rahmadiliyani, 2012. Pemberian PMT-P adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan berat badan balita. Pemberian PMT-P tanpa pengawasan dari petugas kesehatan membuat informan memberikan PMT-P tersebut dengan sesuka hati, bahkan ada informan yang memberikan PMT-P kepada anaknya yang lain, tetangga, dan saudara informan. Agar upaya yang dilakukan Pemerintah tidak sia-sia, maka perlu adanya monitoring dan konseling sehingga dengan pemberian PMT-P dapat memberikan dampak pada pertambahan berat badan balita. Pemberian PMT-P tanpa adanya penyuluhan atau konseling pada masyarakat khususnya ibu-ibu yang mempunyai balita gizi kurang tidak akan memberi efek yang maksimal. Sebagian besar informan mengatakan jika mereka memperoleh pengetahuan tentang gizi dari Puskesmas dan ACT, namun beberapa informan mengatakan jika tidak pernah mendapatkan pengetahuan gizi

Dokumen yang terkait

Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

1 58 84

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 31 95

Analisis pola asuh gizi ibu terhadap balita kurang energi protein (KEP) yang mendapat PMT-P di Puskesmas Pagedangan kabupaten Tangerang tahun 2010

9 80 325

Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015

0 7 140

Latar Belakang Tidak Meningkatnya Berat Badan Balita Setelah Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

0 33 259

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 0 12

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 0 2

HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK PEMBERIAN MAKANANTAMBAHAN (PMT) DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BALITA

0 0 6

Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

0 2 25

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

0 1 7