Pengetahuan Tentang Pemberian Makan
Sehingga berdampak pada penurunan nafsu makan dan akhirnya akan menurunkan berat badan balita. Semua balita responden selama kegiatan
PMT-P pernah mengalami sakit yaitu antara 1 - 3 kali. Hal ini disebabkan oleh asupan makanan balita yang buruk, sehingga mengakibatkan daya tahan
tubuhnya lemah. Menurut Yusrianto 2010 pemenuhan gizi berpengaruh terhadap kesehatan dan daya tahan tubuh balita. Jika gizi baik, risiko balita
terkena penyakit semakin berkurang. Daya tahan tubuh yang disebut dengan immunoglobulin berasal dari protein. Sehingga jika asupan protein sedikit
bahkan tidak ada, maka tidak akan terbentuk faktor daya tahan tubuh. Semakin buruk gizinya maka daya tahan tubuhnya pun semakin jelek,
semakin sering terinfeksi maka nafsu makan semakin menurun dan semakin menurun lagi daya tahan tubuhnya. Begitu pula Menurut UNICEF 1998
selain ketidakcukupan intake zat gizi, kesakitan merupakan salah satu faktor penyebab kurang gizi pada balita. Balita yang menderita sakit dalam waktu
relative lama akan mengalami penurunan berat badan yang berdampak pada status gizi balita tersebut. Kesakitan akan menurunkan efektifitas penggunaan
zat gizi dalam tubuh Depkes, 2003. Dari hasil penelitian diketahui pula bahwa ada dua informan yang
balitanya memiliki riwayat BBLR dan salah satunya juga memiliki riwayat penyakit infeksi Tuberkulosis TBC. Sekarang balita tersebut sudah
dinyatakan sembuh oleh dokter. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa ibu memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi dalam pengobatan penyakit TBC
sehingga balita dapat dinyatakan sembuh. Namun, berbeda dengan kasus gizi kurang yang sudah dua tahun lebih diderita oleh balita bahkan sampai
penelitian selesai dilakukan balita masih memiliki berat badan di bawah normal atau masih dinyatakan gizi kurang. Hal ini disebabkan oleh persepsi
informan tentang penyakit. Persepsi informan tentang kegawatan penyakit TBC berbeda dengan gizi kurang, sehingga upaya untuk mengobati balita
yang TBC lebih tinggi dibandingkan balita gizi kurang. Sesui dengan teori Health Belief Model HBM seseorang akan melakukan tindakan pengobatan
atau pencegahan bila diancam oleh penyakit yang dirasakan lebih parah dibandingkan dengan penyakit yang dirasakan lebih ringan. Begitupula
persepsi keparahan yang tinggi tentang penyakit TBC akan membuat seseorang mengambil tindakan pencegahan atau deteksi dini terhadap
penyakit tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa empat dari lima
informan menganggap gizi kurang adalah sesuatu yang biasa dan tidak membahayakan. Oleh karena itu, diharapkan kepada pihak Puskesmas untuk
memberikan pengetahuan terkait dampak dan bahaya dari gizi kurang serta motivasi untuk informan agar selalu berupaya meningkatkan status gizi
balitanya.
6.4 Gambaran yang Mempengaruhi Penyakit Infeksi 6.4.1 Sanitasi dan Hygiene
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya
menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak
dibuang sembarangan Depkes RI, 2004. Pada umumnya sebagian besar informan memiliki tingkat sanitasi yang baik dalam hal
penggunaan air bersih, upaya membuang sampah, membersihkan rumah, halaman, dan penyediaan WC di dalam rumah, namun beberapa
informan memiliki WC yang terlihat tidak terawat karena lantainya yang rusak sehingga menyebabkan genangan air dan cat dinding yang
terlihat kusam dan terkelupas, dan pertukaran serta pencahayaan rumah yang kurang. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan biaya informan
dalam merawat kondisi rumahnya. Sedangkan dalam upaya menjaga kebersihan balita, sebagian
besar informan telah melakukan dengan baik yaitu mencuci tangan balita setelah bermain dan sebelum makan, meskipun beberapa
informan terkadang hanya mencuci saja tanpa menggunakan sabun. Dalam hal memandikan dan mengganti pakaian balita dilakukan
minimal dua kali sehari sesuai kebutuhan balita. Menurut Muhajirin 2007 Personal hygiene adalah langkah pertama untuk hidup lebih
sehat. Personal hygiene mencakup praktek kesehatan seperti mandi, keramas, menggosok gigi, dan mencuci pakaian. Memelihara personal
hygiene yang baik membantu mencegah infeksi dengan membuang kuman atau bakteri yang hidup di permukaan kulit. Faktor perilaku
mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan menurunkan angka kejadian diare. Kebiasaan tidak mencuci tangan
mempunyai risiko 1,88 kali lebih besar akan menderita diare dibanding