c. Vitamin C berguna dalam pembentukan integritas jaringan
dan peningkatan penyerapan zat besi, untuk menjaga kesehatan gusi, banyak terdapat mangga, jeruk, pisang,
nangka. 5
Mineral berguna untuk menumbuhkan dan memperkuat jaringan serta mengatur keseimbangan cairan tubuh.
a. Zat besi, berguna dalam pertumbuhan sel-sel darah merah
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, zat ini terdapat dalam daging, ikan, hati ayam, bayam, kedelai.
b. Kalsium berguna untuk pertumbuhan tulang dan gigi zat ini
terdapat dalam susu sapi, keju. c.
Yodium berguna untuk menyokong susunan saraf pusat berkaitan dengan daya pikir dan mencegah kec
acatan
fisik dan mental. Zat ini terdapat dalam rumput laut, serealia, dan
sea food. Penentuan kebutuhan gizi berbeda antar zat gizi.
Patokannya berdasarkan penentuan angka atau nilai asupan gizi untuk mempertahankan orang tetap sehat sesuai kelompok umur
atau tahap pertumbuhan dan perkembangan, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan kondisi fisiologisnya WNPG, 2004.
Angka Kecukupan Gizi AKG yang dianjurkan bagi bayi dan balita dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Bayi dan Balita Usia
BB kg
TB cm
Energi kkal
Protein g
Lemak g
KH g
Vit A mcg
Vit C mg
Besi mg
Kalsium mg
0 - 6 bln 6
61 550
12 34
58 375
40 -
200
7 - 11 bln 9
71 725
18 36
82 400
50 7
250
1 - 3 thn
13 91
1125 26
44 155
400 40
8 650
4 - 6 thn
19 112
1600 35
62 220
450 45
9 1000
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2012
b. Penyakit infeksi
Faktor asupan makanan dan penyakit infeksi saling berkaitan satu sama lain. Anak yang asupan makanannya baik
tetapi sering terserang penyakit, seperti diare atau demam, maka anak tersebut dapat menderita gizi kurang. Karena, infeksi dapat
menyebabkan hilangnya nafsu makan, malabsorbsi, metabolisme terganggu, dan perubahan perilaku, sehingga berpengaruh
terhadap pola makan anak. Penyakit infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan kebersihan, pola asuh anak yang tidak
memadai, dan pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai Soekirman, 2000.
2 Penyebab tidak langsung
a. Ketahanan pangan di keluarga
Kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik
jumlah maupun gizinya. Menurut Adisasmito 2007, ketahanan pangan keluarga terkait dengan ketersediaan pangan, harga
pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.
Selain itu, kebutuhan pangan yang bermutu gizi seimbang menuntut adanya ketersediaan sumber zat tenaga karbohidrat dan
lemak, sumber zat pembangun protein, dan sumber zat pengatur vitamin dan mineral. Tidak ada satu jenis pangan pun
yang dapat menyediakan gizi secara lengkap. Oleh karena itu, konsumsi pangan yang beraneka ragam sangat penting agar dapat
saling melengkapi kekurangan zat gizi dalam pangan tersebut Khomsan, 2004.
b. Pola pengasuhan anak
Kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat
bertumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental, dan sosial. Kurang baiknya pola pengasuhan anak karena
pengetahuan ibu yang kurang, terutama dalam pemberian makanan pada anak mengakibatkan anak tidak mendapatkan
makanan sesuai kebutuhan Menurut Adisasmito 2007, pola pengasuhan anak adalah
berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh dalam hal kedekatannya dengan anak seperti, memberikan makan, merawat,
memberikan pendidikan, kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya. Hal tersebut berhubungan dengan kesehatan fisik dan
mental ibu, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan dan
keterampilan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau masyarakat, pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan
keluarga dan masyarakat, dan sebagainya dari ibu atau pengasuh anak.
Menurut Sayogyo 1993 pola asuh anak adalah praktek pengasuhan yang diterapkan kepada anak balita yang berkaitan
dengan pengasuhan makan balita dan pemeliharaan kesehatan Veriyal, 2010. Sedangkan menurut Rahim 2014 pola
pengasuhan anak dapat dikategorikan menjadi tiga aspek yaitu praktik mengasuh anak balita dilihat dari pemberian makan pada
anak, praktik kebersihan anak, dan praktik pengobatan anak. Pola asuh makan merupakan praktik pengasuhan
pemberian makan yang diterapkan ibu terhadap anaknya Mariani, 2002. Tujuan memberi makan pada anak adalah untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi demi kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan, aktivitas, pertumbuhan, dan perkembangan.
Pengasuhan makan contohnya menyediakan dan memberikan makanan sesuai dengan mutu yang memadai. Asuhan makan
sering tidak menjadi optimal dikarenakan rendahnya daya beli, harga pangan meningkat, serta krisis keuangan global Nurlinda,
2013.
Soehardjo 1989 menyebutkan bahwa tujuan pemberian makan anak dalam lingkup keluarga mencakup tiga aspek
Nurlinda, 2013, yaitu : a
Aspek fisiologis, yaitu memenuhi kebutuhan zat gizi untuk proses metabolisme, kelangsungan hidup, aktivitas, dan
tumbuh kembang. b
Aspek edukatif, yaitu mendidik anak supaya terampil dalam mengonsumsi makanan, membina kebiasaan dan perilaku
makan, memilih dan menyukai makanan yang baik, sehat, dan dibenarkan oleh agamakeyakinan masing-masing.
c Aspek psikologis, yaitu memberikan kepuasan kepada anak
dan memberikan kenikmatan yang lain berkaitan dengan anak. Anak usia 1-3 tahun memiliki pertumbuhan yang berbeda
dengan masa bayi. Pada masa ini aktifitasnya lebih banyak dan golongan ini sangat rentan terhadap penyakit gizi dan infeksi.
Syarat makanan yang harus diberikan adalah makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang tidak pedas serta dengan
jadwal pemberian makanan sama yaitu 3 kali makanan utama pagi, siang, malam dan 2 kali makanan selingan diberikan
diantara 2 kali makanan utama. Jenis jumlah dan frekuensi makan pada bayi dan anak balita, hendaknya diatur sesuai dengan
perkembangan usia dan kemampuan organ pencernaannya Depkes RI, 2006, seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.3.