Pelayanan kesehatan, sanitasi dan hygiene

a Perilaku pemeliharaan kesehatan, yaitu usaha seseorang dalam memelihara atau menjaga kesehatannya agar tidak terkena penyakit dan usaha untuk melakukan penyembuhan jika sakit. b Perilaku pencarian pengobatan, yaitu upaya atau tindakan seseorang ketika menderita penyakit mulai dari pengobatan sendiri sampai dengan pencarian pengobatan ke luar negeri. c Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan keluarga. Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan, semakin besar pula kemungkinan baiknya tingkat ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, sanitasi dan hygiene serta semakin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, begitu pula sebaliknya. Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat Notoatmodjo, 2003. Pengetahuan tentang gizi sangat penting. Karena, banyak masyarakat tidak mengetahui bahwa makanan yang memenuhi kebutuhan gizi tidak selalu makanan yang mahal. Masyarakat harus mengetahui bagaimana mereka bisa memenuhi kebutuhan gizi dengan mengkonsumsi pangan yang sesuai dengan tingkat pendapatan mereka Heryati, 2005. Menurut Indra 2013 tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan. Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik dan tentang kontribusi gizi dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan masalah kecerdasan dan produktivitas. Peningkatan pengetahuan gizi dapat dilakukan melalui program pendidikan gizi yang dilakukan oleh Pemerintah. Program pendidikan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang terhadap kebiasaan makannya. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran yang rapat juga berpengaruh pada pengetahuan tentang gizi di masyarakat Indonesia. Menurut Erfandi 2009 ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : a Pendidikan, adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung lebih mudah mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dimana diharapkan orang dengan pendidikan tinggi akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. b Media massa atau informasi, seiring berkembangnya teknologi, berbagai macam media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain dapat mempengaruhi pengetahuan dan berpengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan masyarakat. Media massa membawa pesan-pesan berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. c Sosial budaya dan ekonomi, sosial budaya atau kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk, dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. d Lingkungan, merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. e Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. f Usia, berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik. Saat usia madya, individu akan berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Menurut Notoatmodjo 2005, untuk mengukur pengetahuan kesehatan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung wawancara atau secara tertulis atau angket. Indikator pengetahuan adalah tingginya pengetahuan responden tentang kesehatan atau besarnya persentase kelompok responden tentang variable atau komponen kesehatan. 3 Pokok masalah di masyarakat Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam hal peningkatan gizi, namun tanpa dukungan dan kepedulian dari masyarakat tidak akan mendapatkan hasil yang optimal dan efektif. Pemberdayaan keluarga melalui revitalisasi Usaha Perbaikan Gizi Keluarga UPGK dan pemberdayaan masyarakat melalui revitalisasi posyandu merupakan strategi utama dalam Gerakan Nasional Heryati 2005. Kader posyandu merupakan salah satu bentuk kepedulian masyarakat dan partisipasi untuk perbaikan gizi masyarakat. Kader adalah tumpuan pemberdayaan masyarakat dan keluarga yang perlu mendapatkan pembekalan pengetahuan gizi melalui penyuluhan atau pelatihan. Sehingga kader dapat memberikan pesan-pesan gizi secara sederhana, pelayanan gizi, pemanfaatan lahan pekarangan yang semuanya dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. 4 Akar masalah Faktor-faktor langsung dan tidak langsung seperti uraian di atas sangat berhubungan dengan pokok masalah yang ada di masyarakat dan akar masalah yang bersifat nasional yaitu krisis ekonomi, politik, dan sosial. Seperti yang terjadi pada tahun 19981999, jumlah anak gizi buruk meningkat sampai 1,7 juta anak sejalan dengan meningkatnya jumlah keluarga miskin akibat krisis ekonomi, politik, dan kesehatan lansia yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 Adisasmito, 2007. Menurut Adisasmito 2007, pokok kegiatan intervensi gizi dan kesehatan dapat dilakukan melalui : a Perawatan atau pengobatan gratis balita gizi buruk dari keluarga miskin di rumah sakit dan puskesmas b Pemberian Makanan Tambahan PMT berupa MP-ASI bagi anak usia 6-23 bulan dan PMT pemulihan bagi anak usia 24-59 bulan kepada balita gizi kurang dari keluarga miskin c Pemberian suplemen gizi kapsul vitamin A, tablet atau sirup Fe

2.3 Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan PMT-P

Makanan Tambahan Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang diperuntukkan bagi balita usia 6-59 bulan sebagai makanan tambahan untuk pemulihan gizi Kemenkes 2012. Depkes RI 2006, Pemberian Makanan Tambahan PMT dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu PMT untuk penyuluhan dan PMT untuk pemulihan. PMT Penyuluhan diberikan satu bulan sekali di posyandu dengan tujuan sebagai pemberian makanan tambahan sekaligus memberikan contoh pemberian makanan tambahan yang baik bagi ibu balita. sedangkan PMT Pemulihan adalah sebagai suatu bentuk kegiatan pemberian zat gizi makanan dari luar keluarga yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi golongan rawan yang menderita kurang gizi maupun gizi buruk. PMT Pemulihan diberikan setiap hari serta benar-benar sebagai penambah dan tidak mengurangi jumlah makanan yang dimakan setiap hari di rumah. PMT Pemulihan diberikan selama 60 hari pada balita gizi kurang dan 90 hari pada balita gizi buruk dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi balita tersebut. Prasyarat pemberian makanan tambahan pada anak usia pra sekolah adalah nilai gizi harus berkisar antara 350 - 450 kalori dan protein 10 - 15 gram. Menurut Austin, JM 1981 PMT-P merupakan salah satu cara penanggulangan masalah gizi melalui program langsung yaitu dengan menyediakan jenis makanan yang penting akan tetapi kurang dalam diet normal pada golongan rawan yakni balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. PMT-P bertujuan untuk meningkatkan status gizi, mencegah memburuknya status gizi, membantu pengobatan penyakit infeksi, dan memfasilitasi program KIE untuk orang tua dan anak Agustine, 2010. Pelaksanaan PMT-P dapat dilakukan dengan cara : a Pemberian PMT satu kali seminggu, dua kali seminggu atau bahkan satu bulan sekali kepada sasaran untuk dibawa pulang ke rumah Take Home Feeding b Untuk sasaran yang jumlahnya tidak terlalu banyak, PMT dibuat dan didistribusikan di satu tempat On Site Program Feeding c Pelaksanaan PMT di Pusat Rehabilitasi Gizi Nutrition Rehabilitation Center

2.4 Kerangka Teori Bagan 2.1 Penyebab Gizi Kurang

Dampak Penyebab Langsung Penyebab Tidak Langsung Kurang Pendidikan, Pengetahuan, dan Keterampilan Pokok Masalah di Masyarakat Kurang Pendidikan, Pengetahuan, dan Keterampilan Akar Masalah Nasional Sumber : UNICEF 1998 dalam Depkes 2003 KURANG GIZI Asupan Makanan Penyakit Infeksi Tidak Cukup Persediaan Pangan Pola Asuh Tidak Memadai Sanitasi dan Air BersihPelayanan Kesehatan Dasar Tidak Memadai Kurang Pemberdayaan Wanita dan Keluarga, Kurang Pemanfaatan SDM Krisis Ekonomi, Politik, dan Sosial

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui secara mendalam faktor- faktor yang melatar belakangi tidak meningkatnya berat badan balita setelah mendapatkan PMT-P di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Untuk mencapai tujuan tersebut dan berdasarkan tinjauan teori, maka disusunlah kerangka berpikir dalam penelitian ini dengan mengadopsi teori UNICEF 1998 dalam Depkes 2003 tentang penyebab terjadinya gizi kurang dari berbagai faktor. Untuk mengetahui latar belakang tidak meningkatnya berat badan balita setelah mendapat PMT-P, maka peneliti ingin melihat gambaran asupan makanan dan faktor yang mempengaruhi asupan makanan meliputi ketersediaan pangan, pemberian makan, dan pengetahuan mengenai pemberian makan serta gambaran penyakit infeksi dan faktor yang mempengaruhi penyakit infeksi meliputi sanitasi dan hygiene, pelayanan kesehatan, serta pengetahuan mengenai penyakit infeksi dan pemeliharaan kesehatan. Sedangkan akar masalah di tingkat nasional krisis ekonomi, politik, dan sosial tidak diteliti karena permasalahannya sangat kompleks dan peneliti hanya ingin fokus untuk menggali lebih dalam permasalahan yang ada di tingkat individu dan masyarakat. Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya pada studi kepustakaan, maka peneliti menggambarkan kerangka pikir seperti yang dilukiskan pada bagan 3.1 berikut.

Dokumen yang terkait

Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

1 58 84

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 31 95

Analisis pola asuh gizi ibu terhadap balita kurang energi protein (KEP) yang mendapat PMT-P di Puskesmas Pagedangan kabupaten Tangerang tahun 2010

9 80 325

Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015

0 7 140

Latar Belakang Tidak Meningkatnya Berat Badan Balita Setelah Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

0 33 259

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 0 12

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 0 2

HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK PEMBERIAN MAKANANTAMBAHAN (PMT) DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BALITA

0 0 6

Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

0 2 25

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

0 1 7