pelajaran yang diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan.
Aktivitas dalam pembelajaran di kelas sangat penting. Apalagi dikaitkan dengan motivasi siswa sehingga belajar seharusnya menyenangkan
bagi siswa, ini adalah dasar untuk menjadikan belajar sebagai kebutuhan. Guru mengemban kewajiban agar siswa beraktivitas dalam proses
pembelajaran, bila aktivitasnya baik maka kemungkinan siswa bosan dan jenuh menjadi berkurang.
Melihat kenyataan-kenyataan yang peneliti temui pada sikap siswa di dalam proses pembelajaran tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa
aktivitas siswa di MI Al-Falah dalam pembelajaran IPS sangat kurang. Dalam hal ini peneliti mengungkapkan bahwa aktivitas belajar siswa
masih jauh dari pengertian aktivitas yang diungkapkan dari para ahli, seperti Paul D. Dierech dalam Oemar Hamalik, mengemukakan bahwa jenis
aktivitas dalam kegiatan lisan atau oral adalah mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi
saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat diamati dari dua sisi,
yaitu tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan oleh guru. Pemahaman seorang siswa berhubungan dengan daya serap seorang siswa
dalam pembelajaran. Daya serap siswa adalah kemampuan atau kekuatan untuk melakukan sesuatu, untuk bertindak dalam menyerap pelajaran oleh
setiap siswa. Salah satu kendala dalam proses pembelajaran di sekolah adalah adanya perbedaan daya serap individual diantara anak yang satu dengan anak
yang lainnya walaupun dalam lingkungan dengan umur yang sama dan kelas yang sama, yang pada akhirnya mengakibatkan hasil belajar kurang
memuaskan. Saat ini masih banyak dijumpai seorang guru dengan gaya mengajar
yang konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi seorang siswa itu sendiri. Artinya seorang guru masih mendominasi dan tidak memberikan
akses bagi siswa untuk berkembang mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Hal ini menjadikan banyak siswa yang pasif dalam mengikuti
proses pembelajaran. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang bervariasi dan terkadang mengharuskan guru untuk mengulang materi
pembelajaran sebelumnya. Metode mengajar yang tepat sangat berperan dalam membantu siswa
untuk memahami materi yang disampaikan. Bahkan siswa akan semakin bersemangat dan merasa senang untuk belajar bila metode mengajar guru
sangat menarik dan mudah dipahami. Sebaliknya bila metode yang digunakan tidak menarik, sukar dimengerti justru membosankan bagi siswa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial seringkali guru kurang memahami segi-segi perencanaan
pembelajaran maupun metode yang dipakai, sehingga terjadi kurang maksimal dalam proses pembelajaran. Dalam penyampaian materi
pembelajaran harus memperhatikan metode atau model pembelajaran apa yang akan digunakan.
Bermain peran Role Playing merupakan “salah satu model
pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia interpersonal relationship,
terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik .”
2
Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif.
dan menginterprestasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan
cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-
nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Dengan demikian perlu dipilihkan model pembelajaran sesuai dengan
materi ajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penguasaan konsep belajar dapat membantu siswa untuk mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Berangkat dari hal tersebut penulis akan mengadakan
2
E.Mulyasa. Majemen Berbasis Sekolah. Konsep Strategis dan Implementasi. Bandung, 2002. Remaja Rosdakarya. hlm.145
penelitian tentang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Role Playing Pada Pembelajaran IPS Kelas V MI Al-
Falah”.
B. Identifikasi Masalah
Setelah latar belakang masalah diuraikan maka penulis mengambil beberapa hal yang harus diperhatikan yang menjadi sumber masalah
diantaranya adalah: 1.
Kurang maksimalnya guru dalam memahami segi-segi perencanaan pembelajaran dan metode;
2. Guru kurang menciptakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan; 3.
Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran IPS kurang mendapatkan hasil yang maksimal;
4. Hasil belajar belum memuaskan
5. Kurangnya aktivitas dan motivasi siswa dalam pembelajaran
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas penulis membatasi yaitu: Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode role
playing di MI Al-Falah.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian yang ada maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah Metode Role Playing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS Kelas V MI Al- Falah?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode Bermain Peran Role Playingdalam upaya meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS kelas V MI. Al-Falah.
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berfungsi sebagai salah satu bentuk pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang
pendidikan IPS sehingga metode Role Playing dapat dijadikan sebagai landasanpedoman berpikir bagi pengembangan ilmu pengetahuan
selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Siswa Diharapkan dari hasil penelitian ini siswa lebih termotivasi dalam
proses pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar yang maksimal.
2. Bagi Guru Dapat memberikan informasi pada guru tentang penerapan model
pembelajaran bermain peran role playing pada mata pelajaran IPS dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Serta hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai motivasi bagi guru-guru yang lain untuk mau melaksanakan model-model pembelajaran.
3. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan
sumbangan pemikiran
terutama berkaitan
dengan upaya
meningkatkan hasil belajar siswa.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil Belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni a keterampilan dan kebiasaan, b
pengetahuan dan pengertian, c sikap dan cita-cita masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum ”.
1
Gagne membagi lima kategori hasil belajar, “yakni a informasi
verbal, b keterampilan intelektual, c strategi kognitif, d sikap, dan e keterampilan motoris
”.
2
Menurut Djamarah dan Zain, “hasil belajar tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara material-subtansial, struktural-fungsional,
maupun secara behavior.”
3
Perubahan perilaku tersebut tampak dalam penguasaan pada pola- pola tanggapan respon baru terhadap lingkungannya yang berupa
keterampilan skill, kebiasaan habit, sikap atau pendirian attitude,
kemampuan ability,
pengetahuan knowledge,
pemahaman understanding,
emosi emotion,
apresiasi appreciation, jasmani dan etika atau budi pekerti, serta hubungan
sosial.
4
Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan
1
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001, hlm. 22
2
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 2006, hlm. 11
3
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswin Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2006, hlm.11
4
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta, Bumi Aksara, 2008, hlm.15
psikomotorik. Memahami pengertian hasil belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan
satu titik persamaan. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa hasil
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Hasil belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi
dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya hasil belajar siswa.
2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, adapun faktor-faktor itu digolongkan sebagai berikut:
a. Faktor Internal Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri,
seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya. Faktor internal disebut juga faktor pada organism siswa. Muhibbin
Syah menyebutkan bahwa “yang termasuk faktor internal adalah aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis mencakup kondisi tubuh
siswa termasuk organ tubuh dan kondisi alat indera. Sedangkan aspek psiologis banyak sekali macamnya tetapi yang esensial antara lain
kecerdasan intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa”.
5
b. Faktor Eksternal
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non
sosial.
5
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2009, cet.ke-7, hlm.133-136