Metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.
11
Selain itu adapula yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang
diperlukan bagi pengembangan disiplin ilmu tersebut. Menurut Suryosubroto metode adalah cara, yang dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut.
12
Adalagi pendapat yang mengatakan bahwa metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai tujuan itu bermakna ditempatkan pada
posisinya sebagai cara untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau tersistemasisasikannya
suatu pemikiran dengan pengertian yang terakhir ini, metode lebih memperlihatkan sebagai alat untuk mengolah dan mengembangkan suatu
gagasan sehingga menghasilkan suatu teori atau temuan. Dengan metode serupa itu, ilmu pengetahuan apapun dapat berkembang.
Fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari
ilmu pendidikan tersebut sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, atau menguji, dan menyusun data
yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dari dua pendekatan ini segera dapat dilihat bahwa pada intinya metode berfungsi
mengantarkan pada suatu tujuan kepada objek sasaran tersebut. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
metode mengajar, prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya:
a. Memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh
terhadap materi pelajaran. b.
Memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif.
11
Hanafi, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009, cet. pertama, hlm. 195
12
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, cet. pertama, hlm. 149
c. Memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
d. Memungkinkan siswa untuk selalu menguji kebenaran sesuatu.
e. Memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan berinkuiri
terhadap suatu topik permasalahan. f.
Memungkinkan siswa mampu menyimak. g.
Memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri. h.
Memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar.
2. Pengertian Metode Role Playing
Metode bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan
dengan hubungan antarmanusia interpersonal relationship, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang
diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian.
Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan
mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai
strategi pemecahan masalah. Dengan mengutip pendapat dari Shaftel dalam E. Mulyasa
mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi: 1 menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; 2
memilihperan; 3 menyusun tahap-tahap peran: 4 menyiapkan pengamat; 5 menyiapkan pengamat; 6 tahap pemeranan; 7
diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap 1 ; 8 pemeranan ulang; dan 9 diskusi dan evaluasi tahap II; dan 10
membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.
13
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada
13
E. Mulyasa. Majemen Berbasis Sekolah. Konsep Strategis dan Implementasi, Bandung. Remaja Rosda Karya, 2002, hlm.143
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, permainan tersebut bergantung kepada apa yang diperankan.
14
Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi
masalah yang secara nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa
bertanya dan menjawab bersama teman-temannya pada situasi tertentu.Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri
murid Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Lebih lanjut prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai
keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan
pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif
berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari Boediono, 2001. Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif,
karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.
15
Metode bermain peran yaitu suatu cara yang diterapkan dalam proses belajar mengajar dimana siswa diberikan kesempatan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menjelaskan sikap dan nilai- nilai serta memainkan tingkah lakuperan tertentu sebagaimana yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat. Dengan melalui metode bermain peran ini diharapkan nantinya siswa dapat: 1 membina nilai-nilai moral
tertentu; 2 meningkatkan kesadaran dan penghayatan terhadap nilai- nilai; 3 untuk membina penghayatan siswa terhadap suatu kejadian
atau hal yang sebenarnya dalam realitas hidup.
16
Permainan meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh dan mengembangkan dan memperhalus keterampilan motor kasar dan halus.
Permainan juga membantu anak-anak memahami tubuhnya: fungsinya dan bagaimana menggunakannnya dalam belajar. Anak-anak bisa mengetahui
bahwa bermain itu menyegarkan, menyenangkan dan memberikan kepuasan.
Permainan dapat membantu perkembangan kepribadian dan emosi, karena anak-anak mencoba melakukan berbagai peran, mengungkapkan
14
http:weblogask.blogspot.com201208model-pembelajaran-role-playing-dan.html
15
Ibid
16
Faturrohman dan Wuri Wuryandani, Pembelajaran PKn Di Sekolah Dasar, Yogyakarta: Nuha Literia, 2011, cet. I, hlm. 41