a. Meningkatkan sikap sosial
Ketika bermain, anak-anak harus memerhatikan cara pandang teman bermainnya, dan dengan demikian akan mengurangi sikap egosentrisnya.
Dalam permainan itu pula anak-anak dapat belajar bagaimana bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan haknya, dan peduli akan hak orang lain.
Anak-anak juga dapat belajar apa artinya sebuah tim dan semangat tim. b. Belajar berkomunikasi.
Agar dapat melakukan permainan, seorang anak harus dapat mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya. Karena itu melalui permainan, anak-
anak dapat belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya, juga mendengarkan pendapat orang lain. Di sini pula anak belajar untuk
menghargai pendapat orang lain dan perbedaan pendapat. c. Belajar mengorganisasi.
Permainan seringkali menghendaki adanya peran yang berbeda dan karena itu dalam permainan ini anak-anak dapat belajar berorganisasi sehubungan
dengan penentuan siapa yang akan menjadi apa. Melalui permainan ini anak-anak juga dapat belajar bagaimana menghargai harmoni dan mau
melakukan kompromi.
6. Bermain dan Perkembangan Emosi
Emosi akan selalu terkait di dalam bermain, entah itu senang, sedih, marah, takut, dan cemas. Oleh karena itu, bermain merupakan suatu
tempat pelampiasan emosi dan juga relaksasi. Menurut Zuhaerini dkk, bermain dan perkembangan emosi dapat
digolongkan menjadi beberapa hal yaitu; 1.
Kestabilan emosi Adanya tawa, senyum, dan ekspresi kegembiraan lain
mempunyai pengaruh jauh di luar wilayah bermain itu sendiri. Adanya kegembiraanperasaan senang yang dirasakan bersama
ini dapat mengarah pada kestabilan emosi anak-anak.
2. Rasa kompetensi dan percaya diri. Bermain menyediakan kesempatan kepada anak-anak untuk
mengatasi situasi. Kemampuan mengatasi situasi ini membuat anak merasa kompeten dan berhasil. Perasaan mampu ini pula
yang akan mengembangkan percaya diri anak-anak. Selain itu, anak-anak dapat membandingkan kemampuan pribadinya
dengan teman-temannya sehingga dia dapat memandang dirinya lebih wajar mengembangkan konsep diri yang realistis.
3. Menyalurkan keinginan. Di dalam bermain, anak-anak dapat menentukan pilihan ingin
menjadi apa dia. Bisa saja ia ingin menjadi ikan. bukan cacing; bisa juga ia menjadi komandan pasukan perangnya, bukan
prajurit biasa.
4. Menetralisir emosi negatif. Bermain dapat menjadi katup pelepasan emosi negatif
anak, misalnya rasa takut, marah, cemas, dan memberi anak-anak kesempatan untuk menguasai pengalaman traumatik.
5. Mengatasi konflik. Di dalam bermain sangat mungkin akan timbul konflik antara
satu anak dengan lainnya dan karena itu anak-anak bisa belajar memilih alternatif untuk menyikapi atau menangani konflik yang
ada.
6. Menyalurkan agresivitas secara aman. Bermain memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk
menyalurkan agresivitasnya secara aman. Dengan menjadi raksasa, misalnya, anak-anak dapat merasa mempunyai kekuatan
dan dengan demikian anak-anak dapat mengekspresikan emosinya yang intens yang mungkin ada tanpa merugikan siapa
pun.
7. Kelebihan dan Kekurangan Role Playing
a. Kelebihan Metode Role Playing 1 Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2 Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3 Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4 Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling
untuk dilupakan. 5 Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi
dinamis dan penuh antusias. 6 Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa
serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
7 Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya
dengan penghayatan siswa sendiri 8 Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa,
dan dapat menumbuhkanmembuka kesempatan bagi lapangan kerja.
b. Kelemahan Metode Role Playing 1. Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relatif
panjangbanyak. 2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru
maupun murid.
Dan ini
tidak semua
guru memilikinya.
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan
suatu adegan
tertentu. 4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami
kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti
tujuan pengajaran
tidak tercapai.
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
17
C. Hakikat Pendidikan IPS 1. PengertianPendidikan IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan
kependidikan menengah. Bahkan pada sebagian Perguruan Tinggi ada juga dikembangkan IPS ini sebagai salah satu mata kuliah, yang sasaran
utamanya adalah pengembangan aspek teoritis, seperti yang menjadi penekanan pada social sciences.
Pendidikan IPS adalah “penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin
ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
17
http:ras-eko.blogspot.com201105model-pembelajaran-role-playing.html