psikomotorik. Memahami pengertian hasil belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan
satu titik persamaan. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa hasil
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Hasil belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi
dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya hasil belajar siswa.
2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, adapun faktor-faktor itu digolongkan sebagai berikut:
a. Faktor Internal Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri,
seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya. Faktor internal disebut juga faktor pada organism siswa. Muhibbin
Syah menyebutkan bahwa “yang termasuk faktor internal adalah aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis mencakup kondisi tubuh
siswa termasuk organ tubuh dan kondisi alat indera. Sedangkan aspek psiologis banyak sekali macamnya tetapi yang esensial antara lain
kecerdasan intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa”.
5
b. Faktor Eksternal
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non
sosial.
5
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2009, cet.ke-7, hlm.133-136
1. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orangtua,
praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. Contoh: kebiasaan yang diterapkan orangtua siswa dalam mengelola
keluarga family management practices yang keliru, seperti kelalaian orangtua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak
lebih buruk lagi. 2. Lingkungan non sosial, faktor-faktor yang termasuk lingkungan non
sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
6
c. Faktor pendekatan belajar approach to learning
“Faktor pendekatan merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi- materi pembelajaran”.
7
Pemilihan metode dan media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang menjadi objek pembelajaran. Untuk
memilih model pembelajaran tidak boleh sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan perlu pertimbangan.
Hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lainnya sangat erat kaitannya dan bersifat saling mendukung. Dalam faktor internal
terdapat faktor psikologis dan fisiologis siswa yang didukung faktor eksternal dan pendekatan belajar. Oleh karena itu lingkungan yang
merupakan bagian dari faktor eksternal dan metode belajar yang
6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008, cet.ke-14, hlm.137-138
7
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru ,….,hlm.132
merupakan bagian dari pendekatan belajar perlu diperhatikan dengan seksama dalam penerapannya. Hal ini dimaksudkan agar hasil belajar
yang akan dicapai dapat diperoleh dengan maksimal.
3. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan metode Role Playing adalah: Tes.
Menurut Arikunto, Tes merupakan “suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih
resmi karena penuh dengan batasan- batasan”.
8
Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah test Formatif pre test dan post test.
“Test Formatif dari kata form yang merupakan dasar dari istilah formatif, maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai
tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes
akhir ”.
9
a. Pre test dengan menggunakanTes Lisan tanya jawab sebelum
pembelajaran. b. Post test dengan menggunakan Tes Lisan tanya jawab sesudah
diterapkannya metode Role Playing.
B. Hakikat Metode Role Playing Bermain Peran
1. Pengertian Metode
Dari segi bahasa, metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti
“melalui” dan “hodos” berarti “jalan” atau “cara”. Metode adalah cara mendapatkan sesuatu.
10
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi revisi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm.33
9
Ibid, hlm.36
10
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, hlm. 143
Metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.
11
Selain itu adapula yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang
diperlukan bagi pengembangan disiplin ilmu tersebut. Menurut Suryosubroto metode adalah cara, yang dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut.
12
Adalagi pendapat yang mengatakan bahwa metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai tujuan itu bermakna ditempatkan pada
posisinya sebagai cara untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau tersistemasisasikannya
suatu pemikiran dengan pengertian yang terakhir ini, metode lebih memperlihatkan sebagai alat untuk mengolah dan mengembangkan suatu
gagasan sehingga menghasilkan suatu teori atau temuan. Dengan metode serupa itu, ilmu pengetahuan apapun dapat berkembang.
Fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari
ilmu pendidikan tersebut sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, atau menguji, dan menyusun data
yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dari dua pendekatan ini segera dapat dilihat bahwa pada intinya metode berfungsi
mengantarkan pada suatu tujuan kepada objek sasaran tersebut. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
metode mengajar, prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya:
a. Memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh
terhadap materi pelajaran. b.
Memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif.
11
Hanafi, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009, cet. pertama, hlm. 195
12
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, cet. pertama, hlm. 149
c. Memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
d. Memungkinkan siswa untuk selalu menguji kebenaran sesuatu.
e. Memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan berinkuiri
terhadap suatu topik permasalahan. f.
Memungkinkan siswa mampu menyimak. g.
Memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri. h.
Memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar.
2. Pengertian Metode Role Playing
Metode bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan
dengan hubungan antarmanusia interpersonal relationship, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang
diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian.
Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan
mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai
strategi pemecahan masalah. Dengan mengutip pendapat dari Shaftel dalam E. Mulyasa
mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi: 1 menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; 2
memilihperan; 3 menyusun tahap-tahap peran: 4 menyiapkan pengamat; 5 menyiapkan pengamat; 6 tahap pemeranan; 7
diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap 1 ; 8 pemeranan ulang; dan 9 diskusi dan evaluasi tahap II; dan 10
membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.
13
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada
13
E. Mulyasa. Majemen Berbasis Sekolah. Konsep Strategis dan Implementasi, Bandung. Remaja Rosda Karya, 2002, hlm.143
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, permainan tersebut bergantung kepada apa yang diperankan.
14
Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi
masalah yang secara nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa
bertanya dan menjawab bersama teman-temannya pada situasi tertentu.Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri
murid Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Lebih lanjut prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai
keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan
pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif
berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari Boediono, 2001. Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif,
karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.
15
Metode bermain peran yaitu suatu cara yang diterapkan dalam proses belajar mengajar dimana siswa diberikan kesempatan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menjelaskan sikap dan nilai- nilai serta memainkan tingkah lakuperan tertentu sebagaimana yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat. Dengan melalui metode bermain peran ini diharapkan nantinya siswa dapat: 1 membina nilai-nilai moral
tertentu; 2 meningkatkan kesadaran dan penghayatan terhadap nilai- nilai; 3 untuk membina penghayatan siswa terhadap suatu kejadian
atau hal yang sebenarnya dalam realitas hidup.
16
Permainan meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh dan mengembangkan dan memperhalus keterampilan motor kasar dan halus.
Permainan juga membantu anak-anak memahami tubuhnya: fungsinya dan bagaimana menggunakannnya dalam belajar. Anak-anak bisa mengetahui
bahwa bermain itu menyegarkan, menyenangkan dan memberikan kepuasan.
Permainan dapat membantu perkembangan kepribadian dan emosi, karena anak-anak mencoba melakukan berbagai peran, mengungkapkan
14
http:weblogask.blogspot.com201208model-pembelajaran-role-playing-dan.html
15
Ibid
16
Faturrohman dan Wuri Wuryandani, Pembelajaran PKn Di Sekolah Dasar, Yogyakarta: Nuha Literia, 2011, cet. I, hlm. 41
perasaan, menyatakan diri dalam suasana yang tidak mengancam, dan juga memperhatikan peran orang lain. Melalui permainan anak-anak bisa
belajar mematuhi aturan, menghargai hak orang lain.
3. Bermain dan Kemampuan Intelektual
Menurut Sudrajad fungsi bermain terhadap kemampuan intelektual dapat dilihat pada beberapa hal berikut ini:
1. Merangsang perkembangan kognitif Dengan bermain, sensori-motor indera-pergerakan anak-anak dapat
mengenal permukaan lembut, kasar, atau kaku. Permainan fisik akan mengajarkan anak akan batas kemampuannya sendiri.
2. Membangun struktur kognitif. Melalui permainan, anak-anak akan memperoleh informasi yang lebih
banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya akan lebih kaya dan lebih dalam.
3. Membangun kemampuan kognitif Kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi,
mengelompokkan,
mengurutkan. mengamati,
membedakan, meramalkan, menentukan hubungan sebab-akibat, membandingkan,
dan menarik kesimpulan. 4. Belajar memecahkan masalah.
Di dalam permainan anak-anak akan menemui berbagai masalah sehingga bermain akan memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengetahui bahwa ada beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah.
5. Mengembangkan rentang konsentrasi. Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang perhatian yang memadai,
seorang anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain peran pura-pura menjadi dokter, ayah-anak-ibu, guru, dll..
4. Bermain dan Perkembangan Bahasa
Dapat dikatakan bahwa “kegiatan bermain merupakan laboratorium
bahasa buat anak-anak. Di dalam bermain, anak-anak bercakap-cakap satu dengan yang lain, berargumentasi, menjelaskan, dan meyakinkan. Jumlah
kosakata yang dikuasai anak-anak dapat meningkat karena mereka dapat menemukan kata-kata baru
”.
5. Bermain dan Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial yang terjadi melalui proses bermain adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan sikap sosial
Ketika bermain, anak-anak harus memerhatikan cara pandang teman bermainnya, dan dengan demikian akan mengurangi sikap egosentrisnya.
Dalam permainan itu pula anak-anak dapat belajar bagaimana bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan haknya, dan peduli akan hak orang lain.
Anak-anak juga dapat belajar apa artinya sebuah tim dan semangat tim. b. Belajar berkomunikasi.
Agar dapat melakukan permainan, seorang anak harus dapat mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya. Karena itu melalui permainan, anak-
anak dapat belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya, juga mendengarkan pendapat orang lain. Di sini pula anak belajar untuk
menghargai pendapat orang lain dan perbedaan pendapat. c. Belajar mengorganisasi.
Permainan seringkali menghendaki adanya peran yang berbeda dan karena itu dalam permainan ini anak-anak dapat belajar berorganisasi sehubungan
dengan penentuan siapa yang akan menjadi apa. Melalui permainan ini anak-anak juga dapat belajar bagaimana menghargai harmoni dan mau
melakukan kompromi.
6. Bermain dan Perkembangan Emosi
Emosi akan selalu terkait di dalam bermain, entah itu senang, sedih, marah, takut, dan cemas. Oleh karena itu, bermain merupakan suatu
tempat pelampiasan emosi dan juga relaksasi. Menurut Zuhaerini dkk, bermain dan perkembangan emosi dapat
digolongkan menjadi beberapa hal yaitu; 1.
Kestabilan emosi Adanya tawa, senyum, dan ekspresi kegembiraan lain
mempunyai pengaruh jauh di luar wilayah bermain itu sendiri. Adanya kegembiraanperasaan senang yang dirasakan bersama
ini dapat mengarah pada kestabilan emosi anak-anak.
2. Rasa kompetensi dan percaya diri. Bermain menyediakan kesempatan kepada anak-anak untuk
mengatasi situasi. Kemampuan mengatasi situasi ini membuat anak merasa kompeten dan berhasil. Perasaan mampu ini pula
yang akan mengembangkan percaya diri anak-anak. Selain itu, anak-anak dapat membandingkan kemampuan pribadinya
dengan teman-temannya sehingga dia dapat memandang dirinya lebih wajar mengembangkan konsep diri yang realistis.
3. Menyalurkan keinginan. Di dalam bermain, anak-anak dapat menentukan pilihan ingin
menjadi apa dia. Bisa saja ia ingin menjadi ikan. bukan cacing; bisa juga ia menjadi komandan pasukan perangnya, bukan
prajurit biasa.
4. Menetralisir emosi negatif. Bermain dapat menjadi katup pelepasan emosi negatif
anak, misalnya rasa takut, marah, cemas, dan memberi anak-anak kesempatan untuk menguasai pengalaman traumatik.
5. Mengatasi konflik. Di dalam bermain sangat mungkin akan timbul konflik antara
satu anak dengan lainnya dan karena itu anak-anak bisa belajar memilih alternatif untuk menyikapi atau menangani konflik yang
ada.
6. Menyalurkan agresivitas secara aman. Bermain memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk
menyalurkan agresivitasnya secara aman. Dengan menjadi raksasa, misalnya, anak-anak dapat merasa mempunyai kekuatan
dan dengan demikian anak-anak dapat mengekspresikan emosinya yang intens yang mungkin ada tanpa merugikan siapa
pun.
7. Kelebihan dan Kekurangan Role Playing
a. Kelebihan Metode Role Playing 1 Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2 Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3 Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4 Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling
untuk dilupakan. 5 Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi
dinamis dan penuh antusias. 6 Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa
serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
7 Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya
dengan penghayatan siswa sendiri 8 Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa,
dan dapat menumbuhkanmembuka kesempatan bagi lapangan kerja.
b. Kelemahan Metode Role Playing 1. Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relatif
panjangbanyak. 2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru
maupun murid.
Dan ini
tidak semua
guru memilikinya.
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan
suatu adegan
tertentu. 4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami
kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti
tujuan pengajaran
tidak tercapai.
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
17
C. Hakikat Pendidikan IPS 1. PengertianPendidikan IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan
kependidikan menengah. Bahkan pada sebagian Perguruan Tinggi ada juga dikembangkan IPS ini sebagai salah satu mata kuliah, yang sasaran
utamanya adalah pengembangan aspek teoritis, seperti yang menjadi penekanan pada social sciences.
Pendidikan IPS adalah “penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin
ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
17
http:ras-eko.blogspot.com201105model-pembelajaran-role-playing.html
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogispsikologis untuk tujuan pendidikan.”
18
Pendidikan IPS adalah “seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.”
19
Ilmu pengetahuan sosial merupakan sarana yang sangat bermanfaat dalam membentuk diri supaya memiliki keterampilan-keterampilan sosial
social skill yang memadai. Tanpa keterampilan sosial, manusia akan gagal dalam kehidupan sosialnya.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian IPS di atas dapat dikemukakan bahwa IPS adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
kehidupan sosial didukung dan berdasarkan pada bahan kajian geografis, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara dan sejarah, namun IPS bukan
merupakan penjumlahan, himpunan atau penumpukan, bahan-bahan ilmu sosial.
Ilmu pengetahuan sosial yang merupakan terjemahan social studies adalah disiplin ilmu yang mengkaji berbagai perilaku sosial dalam
masyarakat. Social studies adalah studies integrative dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
kewargaan khususnya lagi untuk membantu masyarakat dewasa membangun kemampuan membuat keputusan yang sehat bagi masyarakat
luar dalam masyarakat yang plural dan demokratis. Pengertian tersebut di atas nampak bahwa ilmu pengetahuan sosial
bertujuan mengembangkan tiga kemampuan dasar siswa dalam merespon masalah-masalah sosial yang timbul di dalam masyarakat, yaitu pertama
berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan apada pengembangan diri dan kepentingan masyarakat, dan yang ketiga
adalah berorientasi pada perkembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan diri, masyarakat maupun ilmu pengetahuan.
18
Sapriya, Pendidikan IPS, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 9
19
Ibid, hlm. 9
Dari beberapa pendapat tentang pengertian IPS di atas dapat dikemukakan bahwa IPS adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
kehidupan sosial didukung dan berdasarkan pada bahan kajian geografis, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara, dan sejarah, namun IPS bukan
merupakan penjumlahan, himpunan atau penumpukan, dan bahan-bahan ilmu sosial.
2. Tujuan Pendidikan IPS
Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari
program pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan peserta didik
menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. To prepare students to be well functioning citizens in a democratic society.
Sedangkan tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan penalaran dalam mengambil
keputusan setiap persoalan yang dihadapinya. Di sisi lain, Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan
antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat,
diharapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha mmebnatu peserta didik dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya.
Mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan
lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, juga merupakan salah satu tujuan dari
pembelajaran IPS.
Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya
tujuan tersebut. Dalam hal ini, kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi
pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan, agar pembelajaran IPS benar- benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan
keterampilan dasar bagi peserta didik untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka
terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari yang menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat.
Sedangkan tujuan pendidikan IPS di Sekolah Dasar SD adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar siswa yang
berguna untuk kehidupan sehari-harinya. IPS sangat erat kaitannya dengan persiapan anak didik untuk berperan aktif atau berpartisipasi dalam
pembangunan Indonesia dan terlibat dalam pergaulan masyarakat dunia global society. IPS harus dilihat sebagai suatu komponen penting dari
keseluruhan pendidikan kepada anak. IPS memerankan peranan yang signifikan dalam mengarahkan dan membimbing anak didik pada nilai-nilai
dan perilaku yang demokratis, memahami dirinya dalam konteks kehidupan masa kini, memahami tanggung jawabnya sebagai bagian dari masyarakat
global yang interdependen. Sedangkan tujuan IPS dalam pendidikan nasional adalah berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.
Arah mata pelajaran IPS ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan
berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Tujuan mata pelajaran IPS ditetapkan sebagai berikut:
1.
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.
20
3. Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter mantap terhadap
kehidupan sosialnya. Pada hakekatnya manusia mempunyai cita-cita hidup damai dan sejahtera di dunia dalam mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan
itu harus didukung dan dibina bersama-sama manusia lainnya atau dengan kata lain dalam mewujudkan perlu adanya kerjasama antara manusia itu sendiri
berbeda dengan binatang, manusia tidak mungkin dapat hidup tanpa adanya bantuan dari manusia lain, karena hasrat untuk hidup kelompok dan hidup
bermasyarakat telah tumbuh dalam diri manusia. Dalam tersebut Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut sangat diperlukan demi kedamaian yang dicita-
citakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
D. Penelitian yang Relevan
Cahya Khaerani. Pengaruh Metode Role Playing Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Gerak Pada Tumbuhan. Skripsi, Program Studi
Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode role playing terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep gerak pada tumbuhan. Penelitian ini
20
Ibid
dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 4 Tangerang pada bulan November 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, sampel
diambil secara purposive sampling dan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah instrumen tes hasil belajar dan hasilnya diuji melalui
statistik tes “t”. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 6,61 sedangkan t tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,99 atau thitung
ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan ada pengaruh metode role playing terhadap hasil belajar biologi siswa diterima atau
disetujui. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode role playing membawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa.
E. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di kelas sebaiknya harus menciptakan suasana yang
menyenangkan agar siswa termotivasi dalam pembelajaran. Kenyataan yang terjadi sering kali guru kurang kreatif dalam menciptakan
suasana pembelajaran, guru hanya menggunakan cara pembelajaran yang masih konvensional. Sehingga dalam pembelajaran siswa kurang mampu
memahami materi, merasa jenuh, dan suasana kelas tidak kondusif karena siswa kurang bersemangat untuk belajar. Maka dari itu perlunya upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil pembelajaran IPS di kelas, salah satunya adalah melalui
penggunaan metode pembelajaran. Karena fungsi metode dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keingintahuan atau membangkitkan motivasi
dan rangsangan dalam kegiatan belajar. Melalui pembelajaran yang efektif diharapkan akan membantu meningkatkan hasil belajar siswa.
Setelah pembahasan mengenai kajian pustaka yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis perlu mengemukakan kerangka berpikir untuk
mendeskripsikan maksud dari penelitian ini.
Peningkatan Hasil Belajar
Bagan Kerangka Pikir
1. Guru kurang kreatif 2. Pemahaman siswa terhadap materi berkurang
3. Hasil belajar siswa menurun
P T K
Penggunaan Metode Role Playing
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara yang diberikan oleh peneliti terhadap permasalahan yang diteliti, dimana kebenarannya masih harus diuji
secara empiris. Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau
terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.
21
Hipotesis penelitian atau biasa disebut sebagai hipotesis verbal dibentuk berdasarkan kerangka berpikir yang disusun peneliti.
22
Namun perlu dipahami bahwa pertanyaan diterima atau ditolaknya hipotesis tidak dapat diidentikkan dengan keberhasilan atau kegagalan suatu
Penelitian. Sedangkan dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah: Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan mengembangkan model
pembelajaran metode Role Playing akan lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
21
S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, cet. ke-12, hlm. 38
22
Kadir dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta, FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2011, hlm.48
25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah.
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret sd Mei semester genap tahun pelajaran 20122013.
3. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V MI Al-Falah tahun pelajaran
20122013.
B. Metode dan Desain Intervensi TindakanRancangan Siklus Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas PTK atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research.
”Penelitian tindakan kelas PTK adalah penelitian tindakan Action Research yang dilakukan
dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas”.
1
Model penelitian tindakan kelas ini mengandung empat komponen, yaitu : 1.
Rencana Planningpada komponen ini, guru sebagai peneliti merumuskan rencana tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa.
2. Tindakan Action pada komponen ini, guru melaksanakan tindakan,
berdasarkan rencana tindakan yang telah direncanakan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau perubahan proses pembelajaran,
perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa yang diinginkan.
1
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara, 2009, cet.ke-9, hlm.58
3. Pengamatan Observasi pada komponen ini, guru mengamati dampak
atau hasil dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Apakah berdasarkan tindakan yang dilaksanakan itu
memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak.
4. Refleksi Reflection pada komponen ini, guru mengkaji dan
mempertimbangkan secara mendalam tentang hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan itu dengan mendasarkan pada berbagai
kriteria yang telah dibuat. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dapat melakukan perbaikan terhadap rencana awal yang telah dibuatnya jika
masih terdapat kekurangan sehingga belum memberikan dampak perbaikan dan peningkatan yang meyakinkan.
2
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap menurut Moh. Asrori adalah sebagai berikut:
Penjelasan alur di atas adalah: 1.
Rancanganrencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2
Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Wacana Prima, 2009, hlm.68-69
Perencanaan SIKLUS I
Pengamatan Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi Ii
Pelaksanaan
?