18
Penyelesaian  Sengketa  Pemilihan  Kepala  Daerah,  dan  Teroi  Dilema  dan  Pilihan Rasional Politisi.
Bab  III  :  Pada  bab  ini  peneliti  menjelaskan  mengenai  gambaran  umum, dinamika  sosial-politik  di  Kota  Tangerang  dan  penyelenggaraan  Pilwalkot
Tangerang 2013. Bab IV : Pada bab ini merupakan bagian yang berisi tentang permasalahan
yang peneliti angkat. Peneliti menjelaskan mengenai penyebab pasangan Arief R Wismansyah
–Sachrudin  dan  Ahmad  Marju  Kodri-Gatot  Suprijanto  tidak  lolos verifikasi  oleh  KPUD  Kota  Tangerang,    peran  Wahidin  Halim  sebagai  Walikota
Tangerang  dalam  sengketa  Pemilihan  Walikota  dan  Wakil  Walikota  Kota Tangerang 2013 dan bagaimana proses penyelesaian sengketa yang terjadi.
Bab V : Pada bab ini peneliti menyimpulkan pembahasan mengenai skripsi ini  sekaligus  menjadi  penutup  pada  pokok  permasalahan  sengketa  Pemilihan
Walikota  dan  Wakil  Walikota  Kota  Tangerang  2013  dan  selanjutnya  di  bab penutup ini terdapat juga saran yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi
agar  memperoleh  sebuah  solusi  untuk  meminimalisir  atau  mencegah permasalahan tersebut terjadi lagi.
BAB II KERANGKA TEORETIS  KONSEPTUAL
A.  Pemilihan Kepala Daerah
Pasal  1  ayat  2  Undang-Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia  Tahun 1945  menyatakan  bahwa  kedaulatan  berada  di  tangan  rakyat  dan  dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar, ini berarti rakyat memiliki kedaulatan, tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan
membentuk  pemerintahan  guna  mengurus  dan  melayani  seluruh  lapisan masyarakat, serta memilih wakil rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan.
Perwujudan  kedaulatan  rakyat  tersebut  dilaksanakan  melalui  Pemilu  secara langsung.
1
Secara sederhana, pemilihan umum didefinisikan sebagai sarana atau suatu cara  untuk  menentukan  orang-orang  yang  akan  mewakili  rakyat  dalam
menjalankan  pemerintahan.  Pemilihan  umum  didefinisikan  juga  sebagai  sebuah kesempatan ketika warga memilih pejabatnya dan memutuskan apa  yang mereka
ingin  pemerintah  lakukan  untuk  mereka.
2
Selanjutnya,  dalam  UU  No.  8  Tahun 2012:
“Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan  rakyat  yang  diselenggarakan  secara  langsung,  umum,  bebas,  rahasia,
jujur,  dan  adil  dalam  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia  berdasarkan  Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
”.
3 1
Undang-Undang    Nomor  8  Tahun  2012  Tentang  Pemilihan  Umum  Anggota  Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
2
Diakses  pada  30  Mei  2014  dari  http:sospol.pendidikanriau.com200912definisi- pemilihan-umum-secara.html.
3
Undang-Undang  Nomor 8 Tahun 2012.