Bagaimana karakter pemberitaan yang ingin dimunculkan Suara
kemudian larinya ke asas tunggal tadi kan. Tapi sebenarnya sih kalo saya, kita tidak perlu berdasarkan satu asas tadi ini sudah inheren terinternalisasi saya kira
ya tidak perlu lagi, dengan melihat kenyataan kita menyelami kehidupan ini ya inilah Indonesia, dan Indonesia adalah Indonesia yang dibangun dengan
pancasila misalnya kita berbeda suku, itu menjadi hambatan buat saya dengan anda, kita berbeda agama itu menjadi hambatan buat anda dengan saya, saya
kira itu tidak kan. Nah tanpa harus melihat itu tanpa kita sadari saya rasa sudah terinternalisasi. Dan kenapa anda dan saya bisa bertemu siang ini, yak arena
tidak kita sadari selama ini pancasila sudah kita jalankan, ideology NKRI sudah kita jalankan, bisa berelasi dengan banyak orang tanpa sekatan, kita bisa tahu
mereka, mereka bisa tahu anda, karena secara tidak langsung so what gitu loh
persoalannya. 9.
Dalam kasus pro kontra RUU Ormas, menurut harian Suara Pembaruan nilai moral apa yang dilanggar?
Nilai m oral… ya bisa iya bisa engga juga ya. Katakanlah anda, maksut
pertanyaan anda ada sebuah koreksi moral yang perlu kita lakukan terhadap RUU Ormas, bisa jadi, sekali lagi saya tidak membedah pasal demi pasalnya ya.
Bisa jadi ke dalam situasi Prokons itu pasti dibalik apa namanya kepentingan pragmatism ideologis pasti ada satu sisi moral sisi kesamaan sehingga itu
menjadi bahan sumber koreksi atau perbaikan itu pasti, itu pasti. Kita sekali lagi harus menyadari bahwa yang buat RUU Ormas itu juga bukan malaikat, dia bisa
saja melihat dari satu sisi, sisi pemerintah katakanlah, melihat kekacauan-
kekacauan ormas itu di satu sudut, oh Karena biang ini kerusuhan biangnya karena ormas tidak bisa di atur, di satu sisi. Tapi dia tidak tahu, kenapa
masyarakat itu atau ormas itu berbuat katakanlah di luar hukum, mungkin pesan moralnya kalo kalian polisi tegas, kami ngga akan seperti ini, iya kan? saya bisa
melihat dari ini dalam kasus RUU ormas, katakanlah seperti itu. Misalnya FPI, FBR, Forum Betawi Rembuk apalagi, Forum betawi itu apalagi segala macem
itu. Itu mereka turun ke jalan. Oke mungkin kita lihat merisaukan mereka membuat anarkis mereka berasalan menegakkan aqidah. Karena tidak ada apa,
tapi mereka beralasan lain, aparatnya tidak tegas, ada miras kok, ada prostitusi di situ, didiamkan malah di pelihara jadi ATM nya aparat kok. Pesan moral
dimana? Jadi kalo kita lihat kemana rantainya, ini kita lihat RUU ormas ini, oke susahnya apasih? Mengapa harus di atur? Karena selama ini lihat, karena perlu
di atur, karena apa? Karena aparat perlu mengatur. Ini ormas, inilah pesan moralnya, ini kalo kita lihat spasialnya ya. Penjelasan saya tadi soal RUU
Ormas perlu ada karena perlu aturan. Ya kan, karena perlu di atur. Logikanya kan karena selama ini tidak mau di atur. Tidak teratur alias liar. Dan fakta
memang seperti itu begitu FPI FBR, masyarakat resah. Mengapa dia liar? Kita telusuri lagi kan, karena aparat diam, ada pelanggaran moral, pelanggaran
norma, pelanggaran di depan mata di diamin. Ini alasan mereka menjadi liar. Jadi mereka mencari legitimasi, ini menjadi legitimasi sebab di biarin. Nah, ini
kan kontra kan, kontra dari RUU ormas kan. Kalo di atur gua jadi ga bisa liar kan. Tapi dia kan bisa alasan, pak polisi pak TNI pak ABRI, kalo anda nggak
diam kita nggak akan anarkis, karena anda diam, saya jadi merasa menertibkan.