rentang waktu tertentu, berasal dari institusi yang kredibel, kemudian pandangan-pandangan dia kita anggap katakanlah layak dipercaya.
5. Menurut Republika apakah perlu adanya RUU Ormas yang baru untuk
menggantikan UU Ormas yang lama?
Soal pro kontra RUU Ormas itu posisi Republika benar-benar berada di tengah- tengah. Di RUU Ormas kita lihat ada dua kubu, Kementrian Dalam Negeri
Kemendagri, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama NU, Dewan Perwailan Rakyat DPR ditengah-tengah kadang dia kesana kadang dia kesini. Kalau
Republika tepat ditengah-tengah posisinya karena argument kedua kubu tersebut sama-sama kuat. Pertama, Kemendagri melihat keberadaan ormas perlu
check and balance, perlu transparansi, perlu ijin, perlu regulasi segala macem ya kami pikir begitu ga mungkin kita ada di negara demokrasi ada lembaga
yang bisa jalan begitu aja tanpa diperiksa itu gila itu konyol, sangat ga masuk akal. Tapi disisi lain Muhammadiyah berpendapat RUU Ormas ini berpotensi
membuat negara kembali lagi menjadi otoriter gak salah pandangan tersebut, karena kebetulan memang ada pasal-pasal dalam RUU Ormas yang
melimpahkan kewenangan, pembekukan kepada daerah misalnya itu berada di tangan yang salah, formula itu akan sangat berbahaya sekali. Tetapi, pada saat
akhir-akhir pembahasan Kemendagri sudah melakukan revisi, sudah melakukan akomodasi tetapi mereka tetap bersikeras bahwa gakmau kita gakmau diatur
tetep gakmau kita jadi curiga dong lah elo kenapa gakmau diatur? Dapet dana dari siapa lo? Nah dari situ kita mulai lebih sedikit menyuarakan keberatan dari
kaum Muhammadiyah. Oke kita anggaplah kita Muhammadiyah dan NU itu
kredibel, tetapi apakah seluruh LSM yang tergabung dalam Koalisi Akbar Masyarakat Sipil itu kredibel? Apakah semuanya bisa mempertanggung
jawabkan pembiayaan mereka? Kemudian itu menjadi titik tolak pemikiran kami, walau NU dan Muhammadiyah organisasi Islam terbesar di Indonesia,
walau Republika media Islam terbesar di Indonesia sorry to say ini bukan masalah sepakat atau tidak sepakat tetapi kami tidak mau all out kami tidak mau
membabi buta membela kepentingan Muhammadiyah dan NU. Memang dalam hal ini kami perasa perlu adanya check and balance, pengujian, adanya
transparansi, kemudian soal adanya ormas asing yang sering digunakan sebagai instrument buat intelegen misalnya, itu fakta dan beneran ada yang seperti itu.
6. Bagaimana Republika memandang permasalahan dari kasus pro kontra
tersebut? Republika melihat kasus tersebut sebagai apa?
Kami melihat berita pro kontra RUU Ormas itu sebagai hal yang memang perlu disampaikan ke masyarakat karena ini mencangkup kehidupan kita sebagai
masyarakat madani jadi kami rasa ini berita penting dan berita yang perlu disorot oleh masyarakat. Alhamdulillah ada juga mahasiswa yang melihat
demikian.
7. Apa pandangan Republika mengenai asas Pancasila yang tercantum dalam
RUU Ormas?
Kita harus melihat konteks waktu disini. Dulu di zaman Soeharto, dia bisa bebas bekukan ormas karena tidak ada media yang control, tidak ada parlemen
yang mengontrol, tidak ada lembaga masyarakat yang bisa angkat suara akan hal itu. Jadi, kalau undang-undang yang sekarang disahkan oleh Kemendagri,